Mohon tunggu...
Ahmad zaenal abidin
Ahmad zaenal abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjahit kata

Seorang penyulam yang percaya bahwa jahitan kata bisa merubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Lars Ullrich dan Ketukan Drum Kehidupan

26 September 2021   16:05 Diperbarui: 26 September 2021   16:34 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Semesta terkadang memberi pesan dengan jalan tak biasa, bahwa kehidupan kadang tak selalu seirama dengan harapan, tapi semua yang nampak tak beraturan sejatinya adalah sebuah kumpulan nada, yang bermetamorfosis menjadi sebuah symphony kehidupan. Boleh jadi dari sebuah ketukan drum sebuah band metal tersohor, Metallica. 

Jika kita simak seksama setiap lagu yang dibawakan oleh Metallica, sekilas ketukan drum Lars Ullrich nampak tak beraturan. Dia bisa merubah ketukan pada bait yang sama, entah menambah atau mengurangi tempo, atau menambahkan speedket pada snare dan bass drum. 

Caranya memainkan drum nampak tak bisa ditebak, penuh dengan kejutan. Sepintas caranya bermain bisa merusak symphony sebuah lagu, merubah komposisi yang telah diracik harmonis oleh duo gitaris dan vocal Kirk Hammet dan James Hetfield. 

Tapi coba dengar salah satu karya masterpiece Metallica, The Unforgiven.   Lagu yang dimulai dengan nada minor itu jauh dari kesan cengeng, dibuka petikan gitar akustik, walau dengan meldoy gitar mendayu-dayu, ketukan drum Lars Ullrich membuat lagu itu tetap gagah dengan sentuhan metal yang kental. 

Lagu ini seperti mengingatkan kita akan aneka kehidupan kita yang nampak tak beraturan, memulai banyak hal dengan langkah minor berupa air mata dan kesedihan. 

Tapi jika kita coba zoom out semua awal kepedihan itu, dan mencoba mengetuk nurani kita hingga berdebam-debam, mengambil langkah yang tak biasa, langkah yang tak terduga, yang terlihat adalah sebuah symphony cinta ketuhanan. 

Bahwa tidak dikabulnya doa adalah bentuk pengkabulan itu sendiri, biarkan saja itu menjadi rahasia, tabir ketuhanan yang terhijab dari kita.

Dalam lagu masterpiece nya yang lain berjudul Master of Puppet, Lars Ullrich bahkan mengetuk irama drumnya tak hanya berbeda, tapi nyeleneh dan terkesan sedikit gila, dia melawan tempo dan tablature  nada yang jadi pakem hampir semua drummer di dunia. 

Bagaimana mungkin, lagu yang awalnya sudah di gas dengan tempo cepat dengan suara rhythm gitar yang meraung-raung di iringi ketukan drum yang tak kalah cepat, memacu andrenalin bagi siapapun yang mendengarnya, tiba-tiba nyaris berhenti, lalu menurunkan tempo menjadi lebih lambat,di iringi melody gitar yang mendayu-dayu Indah, seolah mengingatkan kita akan pentingnya sebuah jeda. 

Ditengah kompetisi kehidupan yang menguras emosi dan melelahkan hati, kita memerlukan jeda sejenak dari hiruk pikuk perjalanan. Seperti pesan indah Syeikh Ibnu Athailah dalam Alhikam:

 "Istirahatkan dirimu dari tadbiir (melakukan  pengaturan-pengaturan)! Maka apa-apa yang selainmu (Allah) telah melakukannya untukmu, janganlah engkau (turut) mengurusinya untuk dirimu." 

Kita memerlukan jeda, istirahatlah sejenak, gunakan rem kehidupan sebelum melanjutkan injak gas kenyataan. 

Dalam lagu ini Lars Ullrich seolah menguatkan sebuah pesan semesta, saat tempo lagu melambat, saat melody keindahan membuat kita terlena, ketukan drumnya tetap kencang, dia tak mengurangi tempo, malah variasi ketukannya makin bertambah, kombinasi snare dan tom-tom yang di selingi pukulan pada cymbal bertalutan membuat lagu ini mampu mengacak-ngacak perasaan. 

Bahwa boleh jadi kita istirahatkan diri, jeda sejenak akan semua aturan-aturan dan upaya dari diri kita, tapi ketukan doa dan pedal harapan tak boleh berkurang, tempo kencang akan rahmat Tuhan tak boleh mengendur. 

Biarlah segala ketidakpastian, ketidakberaturan yang dihamparkan semesta tetap terhijab dari pandangan lahir kita, karena sejatinya semua itu adalah ketidakberaturan yang teratur. 

Kita hanya bisa menikmati symphony kehidupan yang telah Tuhan aturkan, karena ujung dari semua perjuangan ini adalah cinta. 

Seperti ketukan drum yang nampak tak beraturannya Lars Ullrich, semua adalah sebuah komposisi kehidupan. 

Dengarkan pelan pesan Tuhan melalui semesta penciptaan, lalu nikmati Rahmat-Nya yang tak terbilang. 

Hari ini kita jeda sejenak, nikmati melody kehidupan, tapi doa dan harapan tetap berkelindan. 

Selamat menikmati hari libur, selamat berbahagia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun