Mohon tunggu...
Ahmad Hakiki
Ahmad Hakiki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Tim pengabdian masyarakat Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Kelompok 3, Desa Murung Raya, Kecamatan Bakumpai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Edukasi dan Praktik Cara Pembuatan MPASI dalam Pencegahan Stunting

3 September 2022   21:49 Diperbarui: 3 September 2022   22:01 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Edukasi dan Praktik Cara Pembuatan MPASI dalam Pencegahan Stunting/dok pribadi

Barito Kuala 2022- Kesehatan adalah keadaan sehat jasmani dan bebas dari segala macam penyakit. Keadaan sehat dapat berupa produktivitas fisik, sosial dan mental yang berguna untuk diri sendiri atau orang lain. 

Masih banyak permasalahan kesehatan yang terjadi di Indonesia, hal ini terjadi karena beberapa faktor contohnya seperti lingkungan, sosial, budaya, dan politik. Selain itu faktor sarana, prasarana, dan perilaku juga bisa mempengaruhi Kesehatan. Salah satu contoh masalah kesehatan yang ada di Indonesia khususnya di daerah Barito Kuala yang perlu perhatian lebih adalah masalah stunting.

Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh asupan makanan yang tidak mencukupi dalam jangka waktu lama , masalah stunting dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental anak. 

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak sangat dipengaruhi oleh gizi, jika anak memiliki gizi yang buruk hal ini akan mempengaruhi kesehatan pada anak tersebut. Anak-anak di bawah usia 5 tahun merupakan kelompok anak yang rawan terhadap gizi buruk, dampak dari kurang gizi tidak hanya pada bidang kesehatan saja tetapi juga menurunkan kualitas sumber daya manusia.

Pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat bisa menjadi faktor yang mempengaruhi gizi pada anak. WHO bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan bayi hingga usia 6 bulan hanya diberi ASI eksklusif. 

Oleh karena itu, bayi baru bisa mendapatkan makanan tambahan sejak usia 6 bulan. Seperti makanan padat dan setengah padat sebagai makanan pendamping selain ASI. Ketika usia enam bulan, bayi menjadi lebih aktif, sehingga diperlukan makanan pendamping untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya untuk perkembangan dan pertumbuhannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping ASI seperti kesesuaian, ketersediaan, dan presentasi. Cara pemberian MP-ASI yang kurang tepat pada bayi bisa menyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal, dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa nilai gizi anak yang mendapat makanan pendamping ASI pada usia 6 bulan lebih baik daripada anak yang mendapat makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan. 

Hal ini berkaitan dengan sistem pencernaan pada anak tersebut baik dari segi kesiapan menerima makanan baru maupun pada proses penyerapan makanan.

MPASI membantu memenuhi kebutuhan harian bayi yang tidak dapat dipenuhi oleh ASI atau susu formula setelah bayi berhenti menyusui. Selain itu, makanan pendamping ASI dapat membantu melatih keterampilan seperti keterampilan otot mulut pada saat makan, keterampilan motorik, dan mencegah malnutrisi pada bayi. 

Dok pribadi
Dok pribadi

Pada usia ini, bayi secara bertahap dapat belajar makan makanan padat, tetapi ada hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan makanan padat pertama terlalu dini karena dapat menyebabkan:

1. Risiko tersedak lebih besar, dikarenakan keterampilan motorik yang belum siap.

2. Bisa menyebabkan gangguan pencernaan.    

3. Kemungkinan dapat menyebabkan alergi, gangguan pada kulit, dan obesitas.

Gambar 2. Praktik pembuatan pudding Berbahan dasar labu/dok pribadi
Gambar 2. Praktik pembuatan pudding Berbahan dasar labu/dok pribadi

Selain kegiatan edukasi tentang pentingnya MPASI dan cara pemberiannya yang tepat, saya (Tim Pengabdian Masyarakat) juga melakukan kegiatan praktik cara pembuatan MPASI yaitu membuat pudding yang berbahan dasar dari labu. 

Pudding sendiri sudah bisa diberikan kepada anak yang berusia 6 bulan ke atas dengan cara bertahap sedikit demi sedikit dan jangan terlalu sering karena anak memerlukan adaptasi terhadap makanan baru. Berikut resep pembuatan pudding berbahan dasar labu :

Bahan :

• 300 gr labu yang sudah dikukus

• 300 ml air

• 100 -200 ml susu UHT

• 5 sendok makan gula pasir

• 1/4 sendok teh garam

• 1 bungkus agar putih

Cara Pembuatan :

1. Haluskan labu yang sudah di kukus dengan ditambah 300 ml air hingga halus (bisa menggunakan blender)

2. Masukkan labu yang telah di kukus tadi kedalam panci

3. Tambahkan susu UHT sekitar 100-200 ml

4. Kemudian tambahkan 5 sendok makan gula pasir dan 1/4 sendok teh garam

5. Tambahkan 1 bungkus agar putih, setelah itu sambil diaduk rata,masak sampai mendidih

6. Kemudian masukkan puding ke wadah/cetakan

7. Tunggu hingga dingin, dan siap untuk dinikmati

Gambar 3. Foto Bersama ibu-ibu yang hadir dalam kegiatan Edukasi dan Praktik cara pembuatan MPASI dalam pencegahan stunting/dok pribadi
Gambar 3. Foto Bersama ibu-ibu yang hadir dalam kegiatan Edukasi dan Praktik cara pembuatan MPASI dalam pencegahan stunting/dok pribadi
Dari kegiatan tersebut terlihat para ibu-ibu yang hadir antusias dan fokus mendengarkan materi yang disampaikan, semoga dengan berjalannya kegiatan ini akan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya MPASI dan cara pemberiannya yang tepat sehingga bisa diterapkan dikehidupan sehari-hari.

Referensi :

Lestiarini, S. and Sulistyorini, Y. (2020) ‘Perilaku Ibu pada Pemberian Makanan.

Pendamping ASI (MPASI) di Kelurahan Pegirian’, Jurnal PROMKES, 8(1), p. 1. doi: 10.20473/jpk.v8.i1.2020.1-11.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (2014) Situasi dan Analisis  ASI Eksklusif. Jakarta.

https://hellosehat.com/parenting/bayi/gizi-bayi/mpasi-6-bulan/ [ diakses pada hari kamis 25 Agustus 2022 pukul 14.37].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun