Mohon tunggu...
Ahmad Afandi
Ahmad Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh

Masih Belajar Menulis (Kembali) !!

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Merebut Desa - Bagian 4

23 Oktober 2024   16:02 Diperbarui: 23 Oktober 2024   16:43 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sebuah desa (Pexels.com/Natasha Lois)

"Kami tidak bisa lakukan ini semua tanpa pemuda ini, Ketua. Dialah yang membantu kami tadi." Inani lalu berpaling ke arah Dimas.

Dimas segera menjura. Ia cukup terhormat untuk bertemu langsung dengan ketua laskar yang Inani ikuti.

Si ketua manggut-manggutkan kepala. Ia lalu menyuruh dua pria yang membopong si bandit untuk pergi. Bersama dengan beberapa orang lain, bandit yang masih kaku dan tidak sadarkan diri itu dibawa ke suatu tempat khusus yang ditunjuk oleh ketua sebelumnya.

"Terima kasih atas bantuanmu, pemuda baik. Mari, masuklah bersama kami terlebih dahulu," ajak si ketua laskar untuk masuk ke dalam lingkungan markas.

*** 

Dimas bersila menikmati buah lengkeng di dalam balai bambu. Balai tersebut tidak terlalu luas, mungkin hanya muat delapan orang. Tempat masuknya pun hanya ada satu di sisi kiri berupa sebuah pintu. Pada sisi seberang kanan terpasang sebuah bendera kuning besar dengan kepala naga di tengahnya. 

Kendi kecil diambil lalu ia kucurkan airnya dalam sebuah gelas bambu. Ditenggaklah air itu cepat-cepat. Ia kemudian mengambil beberapa biji lengkeng lagi. Rasa manis dan tebalnya daging buah membentuk kenikmatan rasa yang luar biasa. Mulutnya penuh dengan daging lengkeng hingga ia lupa telah menghabiskan sepiring.

Si ketua dan Inani kemudian datang menghampiri. Keduanya duduk berseberangan dengan Dimas.

"Aku tahu kau pasti suka dengan buah lengkeng itu. Meskipun buah itu tumbuh liar, tetapi rasanya cukup manis dengan dagingnya yang tebal," ucap si ketua dengan tertawa kecil. Ia lalu memanggil anggota laskar yang lain dan memintanya mengambilkan suguhan tambahan.

Merah muka Dimas. Betapa tololnya ia menghabiskan sepiring buah di rumah orang. Inani hanya tertawa sambil menutupi mulutnya. Tak lama kemudian suguhan berupa buah pisang dan lengkeng lagi sudah tiba.

"Inani menceritakan padaku bahwa kau sudah membantu dirinya dalam melawan para bandit. Kami sangat berterima kasih padamu atas bantuan tersebut. Sekarang, bolehkah aku mengenal dirimu, Saudara?" kata si ketua sambil mengupas sebuah pisang dan memakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun