Tebasan pedang itu berayun dari kiri ke kanan dengan beringas. Peluhnya mulai bercucuran membasahi dahi. Telapak tangan terbakar menahan gagang.
Serangan yang cepat itu nyatanya masih belum cukup. Kebo Alas, ketua bandit Hutan Larangan, masih mampu mengelak dengan mudahnya.
Dimas Pradana mulai ngos-ngosan. Jurus-jurus yang ia keluarkan semuanya tidak menyentuh sehelai benang pun dari baju musuh.
"Mampus, kau!" pekik Lurah Wiratama.
Tubuhnya menerjang ke depan. Pedangnya menebas kuat. Seketika angin tajam menderu. Berderaklah tanah yang dipijaknya hingga rumput pun tercabut dari akarnya.
"Tebasan ekor naga api," gumam Dimas.
Melihat ayahnya menggunakan jurus itu, ia pun segera meniru. Dialirkan tenaga dalam dari tangan menuju pedang. Setelah cukup, ia lepaskan jurus yang sama persis.
Kini dua empasan angin tajam menderu bersamaan. Kebo Alas segera silangkan tangan.
Bum!
Dentum ledakan kedua jurus itu terdengar keras. Debu dan asap membuncah ke udara.