Mohon tunggu...
Ahmad Soleh Mustofa
Ahmad Soleh Mustofa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa IAIN Jember

Kenali dirimu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Ilmu dan Guru

30 Maret 2020   11:16 Diperbarui: 30 Maret 2020   11:08 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang dapat berasal dari ide, pengalaman, observasi, intuisi, dan yang berasal dari wahyu dalam suatu ajaran agama. Sedangkan seorang guru memiliki berbagai macam sebutan, misalnya: Ustadz, Kiai, Buya, Asatid, Murobbi dan lain sebagainya. Ilmu sangat erat kaitannya dengan guru karena melalui perantaranya ilmu dapat dikembangkan dan disalurkan kepada peserta didik yang kemudian dapat diterapkan dalam masyarakat.

Dewasa ini pendidikan di indonesia diwarnai dengan berbagai macam kasus yang menyedihkan, Contohnya: Murid melaporkan guru kepolisi karena di cubit, siswa tantang guru honorer karena ditegur merokok, dan lain sebagainya. Kasus ini menunjukkan bahwa kurangnya rasa hormat dan memuliakan terhadap seorang guru

Semua tindakan yang dilakukan guru semata-mata hanya untuk kebaikan dan kemajuan peserta didik, tindakan itu merupakan teguran dan peringatan terhadap peserta didik agar tidak mengulangi kesalahan yang diperbuat, peringatan itu dapat dilakukan secara lisan, dan secara fisik. Karena sebagian peserta didik terkadang tidak menghiraukan apabila hanya diberi peringatan secara lisan atau dinasehati, perlu adanya tindak lanjut atau peringatan yang lebih merangsang peserta didik untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Meskipun terkadang guru memukul atau menghukum peserta didik itu semua semata-mata hanya untuk kebaikannya, sebagai seorang murid harus bisa intropeksi diri atas hukuman yang diberikan.

Pendidikan dulu berbeda dengan sekarang, guru tedahulu tidak segan untuk menghukum muridnya yang melakukan pelanggaran, misalnya: bolos, merokok, mencontek, dan baju tidak rapi. Tapi apakah setelah diberi hukuman seorang murid merasa kesal dan tidak terima atas perlakuan seorang guru terhadap dirinya...?. Jawabannya tidak, mereka menerima hukuman tersebut karena mereka menyadari kesalahannya dan mengaharap bukan hanya ilmu tetapi juga barokah dari gurunya, sehingga meskipun ilmu yang didapat sedikit tetapi dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat, itu semua karena barokah ilmu dari seorang guru. 

Berbeda dengan kasus yang marak terjadi sekarang, seorang murid bukan hanya berani melawan atau membantah gurunya tapi bahkan berani melaporkan gurunya ke polisi gara-gara memberi hukuman kepada murid. Mengapa hal semacam ini bisa terjadi..?. bukannya seorang guru merupakan ladang ilmu yang seharusnya dimuliakan, dihormati, dan dijunjung tinggi harkat martabatnya karena mengingat jasanya yang begitu besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di negri ini.

Dalam menanggapi kasus seperti ini alangkah baiknya tidak saling menyalahkan satu sama lain, agar tidak menambah permasalahan yang ada. Jadikanlah kasus semacam ini sebagai pelajaran dan evaluasi bagi diri sendiri, sekarang yang harus dipikirkan bagaimana caranya agar kasus semacam itu tidak terjadi lagi dalam pendidikan di indonesia. Solusi yang dapat ditempuh seagai berikut:

A. Sebagai Orang Tua
Orang tua disini sebagai wali murid yang bertanggung jawab atas anaknya, tentunya setiap orang tua tidak rela apabila ada yang menyakiti anaknya. Kasih sayang terhadap seorang anak merupakan wujud tanggung jawab dari orangtua. Tetapi ketika seorang anak mendapat hukuman dari sekolah karena melanggar peraturan, maka sebagai orang tua alangkah lebih baiknya mengklarifikasi terlebih dahulu kepada pihak sekolah atau guru yang bersangkutan. Jangan terbawa emosi dan langsung lapor polisi, semua dapat diselesaikan secara kekeluargaan, karena laporan dari seorang anak belum tentu benar dan sesuai dengan kenyataanya. Dengarkan penjelasan dari pihak sekolah dengan kepala dingin, tenang, dan sabar. Karena tentunya hukuman yang diambil oleh guru merupakan rasa peduli dan kasih sayang guru terhadap muridnya.


B. Sebagai murid
Sebagai peserta didik harus berani dan mau mempertanggung jawabkan kesalahan yang telah diperbuat, kalau tidak mau menerima hukuman maka jangan membuat pelanggaran. Ilmu yang bermanfaat tergantung dari rida seorang guru, ketika kalian sudah berani membantah dan melawan guru maka ilmu yang dipelajari tidak akan membawa manfaat. Contohlah para sesepuh dan pendahulu kita, para wali, para kiai ketika beliau semua menuntut ilmu. 


C. Sebagai guru
Ketika memberikan hukuman atau tindakan terhadap seorang murid alangkah lebih baiknya guru mempertimbangkan aspek atau efek jera bagi seorang murid, sebisa mungkin hindari hukuman yang bersifat fisik yang dapat menyakiti murid. Berilah hukuman yang bersifat edukatif dan membuat peserta didik sadar akan kesalahannya

"Jika kau menginginkan rezeki yang barokah muliakanlah kedua orang tuamu, dan jika kau menginginkan ilmu yang bermnafaat maka muliakanla gurumu".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun