Industri aviasi khususnya aviasi sipil komersial dan private telah menjadi penggerak perekonoman dunia dalam beberapa dekade terakhir ini.
Industri aviasi menciptakan konektivitas antar bangsa dengan tidak saja melalui penerbangan komersial kepada orang saja namun juga berupa kargo yang membuat pergerakan laju perekonomian dunia menjadi lebih cepat dan tersebar dengan perdagangan antar bangsa.
Sebagai industri yang besar pula, industri aviasi dalam perkembangannya tidak luput dari goncangan-goncangan atau turbelensi yang diakibatkan oleh banyak hal pula seperti serangan teroris, keadaan ekonomi serta kesehatan (wabah).
Kejadian 9/11 telah membuat industri aviasi berusha keras untuk meyakinkan pengguna transportasi udara akan keamanan penerbangan dengan mengeluarkan dana yang tidak kecil seperti pengetatan pemeriksaan di bandara.
Krisis keuangan dunia pada tahun 2008 juga sempat mengganggu industri aviasi khususnya aviasi sipil komersial.
Wabah dalam kesehatan juga beberapa kali membawa turbelensi kepada industri aviasi yaitu wabah SARS di Asia Timur serta Kanada pada tahun 2002 dan 2003 serta wabah Avian Flu beberapa tahun kemudian dan tahun 2013.
Akan tetapi industri aviasi selalu berhasil melewati turbelensi-turbelensi walau membutuhkan waktu dan investasi yang tidak kecil pula dari sektor maskapai dan sektor bandara.
Pandemi Covid-19 memang menjadi salah satu turbelensi di industri aviasi namun tercatat sebagai yang terburuk dan terlama dalam sejarah dunia aviasi sipil konersial.
Pada acara Arab Aviation Summit 2021 beberapa waktu yang lalu, pihak IATA menyebutkan industri aviasi mengalami kerugian sebesar 84,3 milyar dollar pada tahun 2020