Siapa yang tidak suka berlibur di pulau, duduk di pasir putih menunggu sunset di sore hari, nongkrong di cafe tepi pantai serta segala aktivitas lainnya yang membuat liburan di pulau memang berbeda dengan di tempat lain.
Indonesia sangat kaya raya dengan banyaknya pulau yang tersebar mulai dari pulau-pulau di Kepulauan Nias, Kepulauan Sunda Kecil hingga Raja Ampat, dengan kekayaan itu pula Indonesa sebenarnya memiliki potensi wisata pulau yang besar pula.
Pulau-pulau yang penulis maksud disini adalah pulau kecil, sedang dan besar yang terpisah dari pulau utamanya seperti kepulauan Seribu, pulau-pulau di Lombok, Flores dan lainnya.
Kita mengetahui bahwa pariwisata bukan hanya sekedar destinasi namun juga adat istiadat dan budaya dan Indonesia juga kaya akan itu dengan keanekaragaman adat istiadat dan budaya yang berbeda dari satu daerah dengan lainnya.
Namun tanpa kita sadari tidak semua pulau-pulau tersebut menjadikan kedua hal tersebut terutama budaya sebagai salah satu dari daya tariknya, kecuali pulau-pulau utamanya.
Daya tarik atau attraction adalah alasan wisatawan memilih sebuah destinasi sebagai tujuan berliburnya dan semakin banyak daya tarik sebuah destinasi semakin meningkatnya minat wisatawan.
Kita lebih sering melihat penawaran penyewaan sepeda, kapal dan alat snorkeling dan diving, hal ini memang lumrah karena untuk mengakomodasi para wisatawan untuk mengisi liburannya dengan kegiatan-kegiatan alam tersebut.
Para pelaku pariwisata di pulau bisa jadi lebih berfokus pada pelayanan untuk wisatawan seperti hotel, restoran, cafe, toko retail dan lainnya dan melupakan bahwa daya tarik budaya bisa memperkaya kegiatan yang mereka bisa  tawarkan kepada wisatawan.
Memang tidak bisa disalahkan bila ada yang mengatakan bahwa kita hanya menawarkan apa yang menjadi permintaan wisatawan, disini hukum ekonomi memang berlaku antara permintaan dan penawaran.
Akan tetapi pertanyaan berikutnya adalah apakah mereka sudah pernah mencoba untuk menawarkan?
Apakah pertunjukan budaya tidak cocok diadakan di pulau ?
Sebuah bangunan di tepi pantai berlantai dua dengan restoran atau cafe di lantai dasar seta ruangan terbuka di lantai dua yang bisa dijadikan sunset point serta sebagai tempat pertunjukan tari-tarian sebelum atau sesudah sunset bukankah bisa menjadi tempat yang lebih mengasyikan ?
Bagaimana pula bila yang melakukan tari-tarian tersebut adalah anak-anak atau remaja dari pulau tersebut ?, dengan begitu mereka juga bisa mendapatkan nilai ekonomis nya serta belajar untuk mempertahankan budaya mereka sendiri.
Atau adanya pagelaran budaya dan konser musik tradisional saat musim liburan atau musim ramai tiba sebagai pengganti acara-acara yang seremonial yang justru biasa terdengar.
Perbedaan antara lokasi dan asal penduduk lokal disana juga bisa terjadi seperti di Pulau Moyo yang masuk administrasi Sumbawa namun penduduk disana hampir 100% berasal dari Bima dan masih banyak lagi pulau dengan perbedaan ini di Indonesia.
Keadaan ini justru akan lebih memperkaya keunikan pulau tersebut karena dapat menampilkan dua budaya.
Penduduk pulau pun bisa meningkatkan keahlian dan pendapatan mereka dari wisata pulau mereka melalui kegiatan yang justru untuk memperkenalkan kebudayaan mereka, identitas mereka.
Keunikan bisa menimbulkan rasa penasaran dan diikuti oleh pertanyaan dan ketika jawaban dari pertanyaan tersebut menarik perhatian wisatawan, bukan hal yang mustahil timbul keinginan untuk lebih mengetahuinya dan saat hubungan emosional antara destinasi wisata dengan wisatawan mulai tumbuh.
Sanggar-sanggar budaya yang menjadi rumah bagi penduduk lokal terutama generasi penerus untuk belajar dan mempertahankan budaya mereka justru sedikit keberadaannya di daerah-daerah serta tidak sebanyak toko, restoran dan hotel.
Sanggar-sanggar budaya ini bisa mengajarkan tari-tarian kepada anak-anak dan remaja di pulau, sebuah prosesi pernikahan adat setempat bisa menjadi hal yang sangat menarik.
Pulau utama atau main island yang umumnya merupakan bagian utama atau pintu gerbang derahnya, justru kurang memperkenalkan budaya kepada wisatawan yang berlibur di pulau-pulau di daerah administrasi mereka sendiri.
Pulau adalah juga daratan dengan pantai, laguna, pasir putih dan lainnya dan juga fasilitas pendukung wisata bukan satu-satunya yang utama dalam mengembangkan wisata disebuah destinasi, kita jangan melupakan bahwa kelokalan adalah akar rumput dari pariwisata.
Dan apabila kita kembali kepada hukum ekonomi tentang permintaan dan penawaran, kita bisa juga mengatakan bahwa keunikan bisa menciptakan permintaan yang akhirnya adanya penawaran.
Dan keunikan itu bernama kelokalan berupa adat istiadat dan budaya dan bila dikemas dengan baik maka akan lebih meningkatkan daya tarik wisatawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H