Sebuah berita mengejutkan datang dari seorang pemimpin maskapai Qatar Airways, Akbar Al Baker baru-baru ini yang mengatakan bahwa pembelian pesawat Airbus A-380 adalah kesalahan terbesar,beritanya disini.
Memang bukan yang pertama kali kita mendengar berita yang kuramg menyenangkan mengenai kehadiran sang Superjumbo ini pada industri aviasi.
Pada umumnya terdapat dua hal yang dapat disimpulkan dari semua berita tersebut dimana ada yang mengatakan pesawat ini sebagai kegagalan dan ada yang menyebut sebagai kesalahan seperti yang diutarakan sang CEO Qatar Airways.
Kedua hal tersebut mungkin ada benarnya, paling tidak dari sisi maskapai pengguna yang menyadari betapa beratnya biaya untuk mengoperasikan sang Superjumbo ini.
Namun bila dilihat sisi pencapaian teknologi tidalah sepenuhnya benar sebagai kegagalan terutama melihat pesawat ini sebagai pencapaian karya manusia dalam teknologi yang luar biasa, sama halnya ketika sang jumbo Boeing B-747 lahir dikala itu.
Sang superjumbo lahir sebagai hasil persaingan tanpa henti antara Airbus dan Boeing.
Persaingan antara dua pabrikan pesawat terbesar didunia ini memang selalu menarik, tidak hanya dari segi jumlah pemesanan pesawat oleh para maskapai saja atau dari produk pesawat mereka saja melainkan karena kedua pabrikan ini membawa kebanggaan nasional atau National Pride negara-negara dari dua benua yaitu Amerika dan Eropa.
Kita tentu masih ingat persaingan dalam pengembangan supersonik antara dua benua ini dimana dimenangkan oleh Eropa dengan pesawat SST Concorde nya mengalahkan Boeing dengsn B-2707 nya.
Sehingga bisa jadi benar ketika ada yang mengatakan bahwa Airbus-380 ini lahir karena atas dasar kebanggaan dari negara-negara dibelakang Airbus dan bukan karena atas dasar kebutuhan atau permintaan maskapai.
Sebagai fakta, Boeing B-747 lahir karena adanya permintaan dari CEO PanAm ketika itu yang menginginkan pesawat jet dengan kapasitas dua kali lipat dari pesawat jet Boeing B-707 ketika itu.
Pesawat Airbus A-350 lahir karena desakan dari para maskapai pelanggan Airbus yang mengingkan pesawat saingan Boeing B-787 Dreamliner, walau sebelumnya Airbus menyiapkan pesawat dengan kerangka badan pesawat Airbus A-330 nya dan bukan mengembangkan dari awal.