Belakangan ini kita banyak mendengar istilah 'the new normal' yang akan merubah cara kita dalam semua aspek kehidupan sehari-hari dari segi kesehatan.
The new normal sendiri menurut Wikipedia adalah gambaran yang terjadi setelah krisis keuangan pada antara tahun 2007-2012, dimana perubahan terjadi pada sektor keuangan dan ekonomi setelah krisis. The new normal adalah sebuah perubahan dari yang sebelumnya tidak biasa (dilakukan/diterapkan) menjadi kebiasaan atau diterapkan.
Kejadian 9/11 di Amerika pada tahun 2001 membuat the new normal diterapkan pada sektor penerbangan yang sangat terpukul setelah kejadian tersebut dimana para maskapai di Amerika saat itu memerlukan waktu 6 minggu untuk mengembalikan pelanggaannya ke dalam pesawat mereka.
Para maskapai banyak yang meningkatkan anggaran untuk meningkatkan keamanan kepada pelanggannya walau harus menghapuskan layanan makanan yang hangat dan minuman yang terdahulu diberikan kepada pelanggannya.
Kejadian 9/11 merubah langit yang bersahaja menjadi benteng yang super kokoh karena untuk dapat terbang para penumpang harus melalui protokol keamanan yang super ketat di seluruh bandara sebelum naik pesawat.
Beberapa protokol keamanan yang dahulunya tidak dilakukan mulai diberlakukan setelah kejadian 9/11 yang telah menyebabkan tutupnya seluruh bandara di AS selama 4 hari oleh Pemerintahnya setelah kejadian.
Kini the new nomal pada dunia penerbangan tetap diberlakukan setidaknya di Amerika sendiri sebagai negara yang secara langsung mengalami kejadian serangan teroris melalui dunia penerbangan.
Pandemi Covid -19
The new normal mulai didengungkan kembali saat ini untuk menyiapkan kita semua setelah pandemi ini berakhir, bukan untuk mendampingi kita selama pandemi.
Bila the new normal setelah 9/11 adalah sektor keamanan pada dunia penerbangan dan keuangan pada kiris 2009 maka sektor kesehatan adalah sektor yang paling terdepan dalam the new normal saat ini karena yang kita sedang hadapi adalah pandemi Covid-19.
Bila dulu orang takut terbang setelah 9/11 untuk alasan keamanan, kini orang bukan takut untuk terbang tetapi takut akan kemuningkanan penyebaran virus selama penerbangan, walau hal ini paling tidak berlaku untuk beberapa dari kita yang sadar penuh.
Pemerintah telah menyiapkan the new normal untuk kita semua begitu juga moda transportasi baik darat laut maupun udara, karena transportasi adalah sektor yang memindahkan orang dari satu tempat ke tempat lain dan memiliki potensi juga untuk memindahkan virus dari satu tempat ke tempat lain.
Penerapan physical distancing adalah salah satunya cara terbaik diterapkan baik itu dalam mobil, kereta api maupun pesawat terbang, akan tetapi kejadian baru-baru ini dengan menumpuknya penumpang di terminal Soetta membuat kita bertanya, akan seperti apa penerapan the new normal pasca pandemi Covid-19 dikala masih berlangsung pun banyak dari masyarakat kita yang belum secara penuh menanamkan makna physical distancing dimana hal tersebut  hanya merupakan  satu dari banyak  hal yang terdapat pada penerapan the new normal itu.
Seluruh moda transportasi telah memberikan informasi lengkap dengan penerapan physical distancing didalam armadanya dengan memberi jarak satu tempat duduk antar satu penumpang dengan lainnya.
Walau pertanyaan berikutnya adalah apakah physical distancing juga akan diterapkan pasca pandemi  covid-19 dikala semua perusahaan transportasi akan sangat menggantungkan akan jumlah tempat duduk yang terisi untuk dapat bertahan dalam usahanya. Pengurangan penjualan tempat duduk berarti pengurangan pemasukkan dan akhirnya pengeluaraan, pengeluaran boleh selama itu tidak mengurangi tingkat keselamatan.
Semua masih dalam area abu-abu, paling tidak itu yang ada di benak di beberapa dari kita, kehidupan normal dulu mungkin tidak akan sama, the new normal yang mulai disiapkan oleh Pemerintah dan seluruh sektor dalam hal kesehatan, akan tetapi itu semua akan sia-sia apabila kita juga tidak memiliki persiapan akan era tersebut.
The new normal juga harus disiapkan oleh kita semua sebagai individu dan tidak terkecuali bagi yang suka berpegian atau berlibur pastinya dan sebagai pengguna moda transportasi.
Responsibel dan Responsif
Jadilah wisatawan yang responsibel dan responsif apabila kegiatan wisata sudah mulai dimungkinkan kembai, tapi apa itu wisatawan yang responsible dan responsif.
Ada baiknya kita juga sudah mempersiapkan diri kita dalam menjalani kehidupan ini dengan merubah dari yang mungkin tidak biasa kita lakukan menjadi kebiasaan terutama dalam menjaga kesehatan dalam semua aktifitas yang kita lakukan.
Untuk menjadi wisatawan yang bertanggungjawab atau responsible salah satu cara mungkin bisa dimulai dengan membiasakan membuang sampah pada di tempatnya dan jika tidak ada tempat sampah di tempat wisata, kantongi dulu atau kumpulkan dulu dikantong hingga ada tempat sampah.
Kalau kita di kapal laut atau kapal feri, jangan buang sampah di laut dan menerapkan apa yang sudah kita biasakan lakukan yaitu menggunakan masker, mencuci tangan sesering mungkin dan menjaga jarak dalam berinteraksi dengan orang lain.
Untuk menjadi responsif tidaklah sulit yaitu dengan lebih peka dan tanggap terhadap apa yang terjadi disekitar tempat wisata atau selama kita berlibur, apabila kita berada dikapal tapi tidak menyediakan perlengkapan keselamatan, tanyakan akan hal tersebut ke kapten kapal, dan bila tidak mendapat jawaban yang sesuai, kita harus berani meminta untuk disediakan atau bila kita melihat kenapa kok tidak ada tempat sampah di sekitar tempat wisata, tanyakan kepada pemandu wisata kita atau coba berbicara dengan pengelola atau kepala Desa setempat untuk disediakan.
Perlengkapan keselamatan dalam kapal itu sudah diatur dalam konvesi kelautan tentang keselamatan penumpang dilaut atau SOLAS ( Safety of Life At Sea) termasuk penyediaan pelampung, sesuatu yang sudah ada sebelum  the new normal.
Responsif juga pada peraturan dan ketentuan yang diberlakukan oleh Pemerintah dan Kementrian terkait karena ini merupakan mengatur kita dalam melakukan wisata.
Akan tetapi memang akan agak sulit untuk hal responsif ini karena tidak semua orang dapat menerima saran kita dan mungkin kita bisa mendapat respons yang negatif, namun dengan bahasa dan cara yang baik dalam berkomunikasi, yakinlah bahwa pesan kita dapat diterima dengan baik.
Menjaga keselamatan sama pentingnya dengan menjaga kesehatan, terapkan the new normal pada diri kita dulu sambil melihat penerapan the new normal yang diterapkan oleh Pemerintah untuk kedepannya dan beradaptasi dengan keadaan dan kebiasaan baru.
Disebutkan di sebuah pemberitaan di internet bahwa membutuhkan lebih dari 98 tahun untuk Amerika menjadi bangsa yang besar seperti saat itu sebelum 9/11 namun hanya memerlukan 77 menit untuk membuat semuanya menjadi kacau.
Hal tersebut adalah satu hal yang tidak diinginkan oleh semua negara termasuk Indonesia.
Beberapa maskapai juga saat ini telah menerapkan protokol kesehatan bagi pelanggannya, ada baiknya kita juga mengetahuinya dan dijadikan pedoman dalam melakukan penerbangan.
Kedisiplinan akan memberi pelatuk kepada kepatuhan, yang pada akhirnya menjadikan kita sebagai insan yang bertanggungjawab dan responsif baik terhadap diri kita sendiri, orang lain dan lingkungan dimanapun kita berada.
Keras kepala terserah tapi jangan keras hati, karena egoisme lahir sebagai produk hati yang keras, putus asa bisa jadi sebuah hal yang manusiawi tapi jangan putus semangat karena semangat akan bangkit saat manusia putus asa.
Selamat datang di the new normal dan salam pariwisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H