Mohon tunggu...
Ahmad Aunullah
Ahmad Aunullah Mohon Tunggu... Konsultan - Pelaku Wisata

Pelaku wisata yang tidak suka berada indoor terlalu lama. Berkantor di Lombok, bertempat tinggal kebanyakaan di laut.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Membangun Nation Branding lewat Pariwisata

17 Mei 2020   23:16 Diperbarui: 17 Mei 2020   23:34 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua pasti sudah tahu makna dari kata 'Branding' itu terutama dalam penerapannya pada produk yaitu sebagai pembeda satu merek dengan lainnya untuk jenis barang tertentu, hal yang sama sebenarnya bila diterapkan dalam negara.

Semua negara akan berlomba-lomba untuk menarik investasi dari luar dan untuk hal tersebut sebuah negara pasti akan menerapkan sebuah strategi dalam menjaring investor masuk ke negara tersebut dan dalam strategi tersebut pasti akan terdapat beberapa hal yang sebagai pembeda dengan negara lain untuk menarik keinginan para investor dari luar seperti biaya tenaga kerja yang murah dan tingkat keamanan yang terjamin dan lainnya.

Nation Branding pertama dikemukakan oleh seorang konsultan dari Inggris bernama Simon Anholt yang pada tahun 1998 mengatakan bahwa lokasi/tempat dan negara dapat dilihat sebagai 'brand' dan sejak itu pula beberapa negara didunia memandang penting Nation Branding dalam mempresentasikan negaranya  kepada dunia melalui wajah dan reputasi sebuah negara dalam perdagangan dan usaha dengan negara-negara lain.

Nation Branding dapat mengukur reputasi sebuah negara melalui berbagai faktor seperti pemerintahaan, budaya, pariwisata, investasi, ekspor dan masyarkatnya, namun dalam ini saya hanya melihat dari faktor pariwisata, satu bidang yang saya sangat cintai, pekerjaan saya yang juga  liburan saya.

Pariwisata

Pariwisata adalah sektor yang menjadi sektor unggulan bagi beberapa negara dalam menjalankan perekonomian, seperti Maladewa yang dapat dikatakan sektor utama mereka adalah pariwisata.

Pariwisata adalah cara kita menampilkan sebuah daerah dengan tidak saja melalui keindahan alamnya saja namun juga dengan kebudayaan, tradisi  dan adat istiadat nya yang masih dipelihara baik oleh masyarkat lokal.

Badan Dunia UNESCO mengatakan bahwa melalui pariwisata, sebuah kebudayaan dapat dipelihara dengan baik dan dapat dikenal oleh banyak orang.

Kita sebagai bangsa Indonesia sangat bangga memiki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang tersebesar di 34 propinsi yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri dan bersifat otentik.

Dan kita semua tahu bahwa keunikan dan keotentikan adalah hal yang sangat penting dalam pariwisata yang berakar pada kelokalan, dimana sesuatu yang lokal pasti akan unik dan otentik.

Pariwisata bukan membangun tempat liburan dengan berbagai aktivitas bagi turis, namun lebih dari itu, pariwisata memperkenalkan jati diri dan kelokalan sebuah daerah melalui budaya tradisi dan adat istiadatnya.

Kalau kita melihat pulau atau pasir diseluruh dunia akan terlihat sama bentuknya namun tidak demikian bila kita melihat budaya, tradisi dan adat istiadat.

Para turis melakukan liburan di sebuah daerah tidak hanya untuk melihat keindahan alam tapi mereka akan lebih senang apabila dapat ikut serta dalam kegiatan lokal sebuah daerah seperti belajar bertenun, batik atau memasak makanan khas daerah.

Bila turis berpegian selama 2 minggu ke berbagai destinasi wisata di Indonesia, mereka akan melihat bermacam-macam kegiatan lokal dan ribuan jenis makanan khas daerah.

Untuk membangun Nation Branding dalam sektor pariwisata, kita melihat dari dua hal yaitu wajah dan reputasi dari pariwisata sebuah negara.

Kita bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan modal utama untuk mengembangkan pariwisata nya yaitu keanekaragaman budaya, tradisi dan adat istiadat dan modal tersebut adalah modal awal dalam membangun Nation Branding yang mempresentasikan bangsa kita yang terdiri dari berbagai macam kebudayaan, tradisi dan adat istiadat hidup bersama dalam keharmonisan.

Tapi tunggu, modal awal tidaklah cukup untuk berhasil membangun Nation Branding, itu hanya menampilkan wajah dari negara kita, belum menunjukan reputasi bangsa kita di kalangan turis.

Bagaimana menunjukan reputasi kita dalam pariwisata ? jawabannya ada pada pelayanan.
Pelayanan kepada turis yang buruk akan memberikan reputasi buruk kepada dunia pariwisata, bahkan bisa terjadi dalam hitungan menit di jaman media sosial saat ini.

Sumber : WisataPremium.com
Sumber : WisataPremium.com
Kepuasan para turis tidak hanya terletak pada pelayanan dalam memenuhi kebutuhan wisatanya saja seperti fasilitas hotel dan transportasi yang nyaman dan aman melainkan juga pada bagaimana para turis dapat menghargai apa yang dimiliki dari sebuah daerah/destinasi wisata.

Keramahtamahan masyarkat lokal dalam membangun hubungann emosional dengan para turis dengan mengajak mereka dalam berpartisipasi dalam kegiatan lokal adalah salah satu contoh cara memberikan kepuasan kepada turis.

Hubungan emosional turis dengan masyarakat dapat berujung pada aliran modal masuk ke daerah tersebut saat turis memutuskan untuk tinggal di daerah tersebut karena kecintaannya pada daerah dan masyarkat disana.

Branding 'Unity in Diversity' yang sudah diterapkan oleh Kementrian Pariwisata dalam berbagai pameran wisata di seluruh dunia adalah bukti bahwa Indonesia terdiri dari perbedaan yang menyatu walau kini kata-kata tersebut sudah jarang terdengar lagi dan dunia pariwisata, entah mengapa.

Pariwisata dan Nation Branding

Hubungan antara pariwisata dengan 'Nation Branding' terletak pada bagaimana sebuah negara dapat menawarkan produk pariwisatanya kepada para wisatawan melalui penampilan dan reputasi negara tersebut, sebuah negara yang sering berperang terus dan tidak bersih tidak mungkin  akan dikunjungi namun tidak sebaliknya.

Keindahan alam, budaya, tradisi serta adat istiadat adalah merupakan 'attraction' sebuah daerah dalam menjaring turis untuk berlibur.

Mendengar kata 'attraction'  saya jadi teringat tulisan di Kompas.com pada tanggal 7 Januari 2020 yang bertajuk : 'Hadapi Booming Pariwisata, Desa Wisata Milik Masyarakat Perlu Dikembangkan'  dimana pada artikel tersebut seorang senior dalam dunia pariwisata yaitu Prof. Azril Azahari mengatakan bahwa 'Atraksi bukanlah pertunjukan tapi daya tarik', suatu hal yang disalah artikan oleh beberapa pihak saat ini.

Memang benar apa yang dikatakan beliau bahwa bukan dengan banyak pertunjukan yang diadakan untuk mengembangkan wisata tapi pada daya tarik sebuah destinasi wisata dalam menarik perhatian para turis dengan keunikan, keotentikan yang merupakan kelokalan sebagai akar rumput pariwisata.

Pelayanan wisata akan mencerminkan reputasi sebuah daerah dikalangan turis dalam memberikan pengalaman berlibur mereka yang tidak hanya akan berkesan melainkan dapat membangun hubungan emosional yang saya sudah utarakan sebelum ini dimana akan dapat terjadinya aliran modal masuk.

Untuk membangun Nation Branding memang tidak hanya dari sektor pariwisata saja, melainkan dari sektor lain misalnya tingkat keamanan, stabilitas ekonomi, regulasi dan kebijakan pemerintahnya dan lainnya, semboyan negara kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang sudah tercermin dalam wajah pariwisata Indonesia seharusnya juga menjadi semboyan pada sektor lain seperti keamanan dan ekonomi pada utamanya dengan begitu Indonesia dapat dilihat sebagai negara yang aman, damai dan harmonis, tidak saja tempat yang nyaman dan aman untuk berlibur tapi juga sebuah negara untuk berinvestasi.

Pariwisata Indonesia sudah memberikan modal awal bagi bangsa kita untuk membangun Nation Branding, sekarang tinggal kita semua sebagai bangsa besar dan kaya raya untuk secar Bersama-sama dan Bersatu membangun Nation Branding itu.  

BHINNEKA TUNGGAL IKA

Berbeda tapi satu itulah yang ada dalam pemikiran para pendiri bangsa kita dimana mereka sangat memahami bangsa Indonesia dan  melihat jauh  kedepan saat menetapkan semboyan negara kita ini dan harus disadari bahwa pariwisata Indonesia juga berbasis atau bersemboyan pada Bhinneka Tunggal Ika tersebut bukan pada argumentasi pendapat atau kepentingan dan ego sektoral yang berkelanjutan yang seharusnya pembangunan.

Branding Pariwisata kita terhimpun dari keanekaragaman budaya, tradisi dan adat istiadat yang kita miliki, Indonesia sudah indah terlihat dan tanpa diucapkan dalam kata-kata sekalipun, namun keunikan dan keotentikan dari setiap daerah yang berbeda-beda itulah yang membuat bangsa  Indonesia sebagai satu wajah yang sangat ramah, kaya raya dan hidup dalam keharmonisan.

Semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' atau 'Unity in Diversity' sudah sangat sesuai dengan wajah bangsa kita, sekarang kita tinggal bersatu terus memberikan pelayanan terbaik kepada para turis yang merupakan tamu kita untuk meningkatkan reputasi pariwisata kita dalam membantu dalam membangun Nation Branding kita.

Dan hanya sekedar menyelingi atikel ini, bahwa destinasi wisata yang merupakan pekarangan dari masyarakat setempat bukanlah arena bermain bagi pihak yang tidak mengenal kelokalan daerah tersebut, sehingga jadikan masyarakat lokal sebagai pemain utama, sehingga kelokalan yang dibangun tetap unik dan otentik dan tetap tidak tersentuh oleh banyak kepentingan.

Maju Terus Pariwisata Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun