Tembalang - Dampak pandemi Corona atau Covid-19 yang sedang mewabah di Indonesia yang paling mengerikan adalah bila sudah masuk merapuhnya ketahanan pangan keluarga, masyarakat dan nasional.
Konsekuensi PSBB diberlakukan, yang pasti akan banyak pembatasan kerumunan orang,termasuk di pasar akan diberlakukan social distancing atau jaga jarak sosial, akibatnya pengunjung pasar merosot, penjualan akan tidak sesuai harapan, akibatnya para pedagang banyak yang gulung tikar termasuk pedagang sayur mayur.Â
Inilah yang ditakutkan para ibu rumah tangga, jika tidak ada pedagang sayur mayur lantas bagaimana bisa memenuhi kebutuhan makanan sehat dirumah. Maka perlu adanya gerakan meningkatkan ketahanan pangan keluarga, lebih khusus lagi pada sayuran dengan membangun kebun sayur keluarga untuk tangkal dampak pandemi virus Corona (Covid-19).
Membuat ketahanan pangan di keluarga melalui program Kebun Sayur Keluarga ini dilakukan untuk menyiasati kebutuhan sayuran bagi keluarga tanpa harus membeli, alias memetik dari halaman rumah sendiri, dapat dimulai dengan memenuhi kebutuhan sayuran sehari-hari dengan cara produksi sendiri. Lantas bagaimana caranya?
Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) peserta kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Tembalang, Semarang pun mengajari warga menanam dengan sistem hidroponik tersebut. Dengan menyasar beberapa warga untuk dibina, kegiatan ini disabut baik oleh warga, sebab baru tahu kalau sayuran atau buah bisa ditanam menggunakan air. Selain media hydroponik juga mengembangkan tanaman pangan di dalam pot, seperti bawang, cabai, dan tanaman obat.
Ungki, salah satu warga mengatakan, bercocok tanam dengan sistem hidroponik dapat memberikan kegiatan baru dan dapat mengisi waktu luang dikala pandemi covid19 ini.