Apakah Anda pernah merasa seperti moralitas adalah sesuatu yang hanya cocok untuk buku-buku sejarah yang berdebu? Ataukah Anda lebih suka berpegang pada moto hidup "Apa yang orang lain pikirkan tentangmu lebih penting daripada apa yang benar"? Selamat datang di dunia yang menyenangkan dan sembrono dari gila popularitas dan keabaiannya terhadap moralitas! Di sini, kita akan menjelajahi bagaimana orang-orang berani membalikkan meja etika demi memanjakan diri mereka sendiri dalam sorotan limelight.
 Moralitas? Apa Itu?
Mengapa membosankan diri Anda dengan moralitas ketika Anda bisa mendapatkan likes, followers, dan pengakuan? Moralitas hanyalah satu set aturan kuno yang membatasi kreativitas kita, bukan? Siapa yang perlu menghormati nilai-nilai lama saat ada trending challenge baru yang perlu ditindaklanjuti?
 Sacrificing Ethics for the 'Gram
Ada banyak cara untuk mengejar popularitas dan dengan bangga mengabaikan moralitas. Misalnya, mengambil rute kontroversial dengan menghina kelompok tertentu atau menyebarkan teori konspirasi yang menggelikan. Ingatlah, tidak peduli apakah Anda merusak citra atau kepercayaan orang lain selama Anda mendapatkan retweet!
Tentu saja, dengan gila popularitas, tidak ada yang lebih penting daripada mengejar tren terbaru. Jika itu berarti mengekspos hidup pribadi Anda dengan terang-terangan atau meniru perilaku selebriti yang kontroversial, mengapa tidak? Ingatlah, privasi itu hanya mitos yang diciptakan oleh orang yang tidak cukup kreatif untuk membagikan setiap aspek hidup mereka secara daring.
Morality: A Thing of the Past?
Mari kita hadapi, moralitas adalah relic dari masa lalu yang tidak memiliki tempat dalam dunia modern ini. Siapa yang peduli tentang memperlakukan orang lain dengan hormat atau bertindak jujur? Itu semua hanya penghalang menuju puncak popularitas yang sesungguhnya. Mengapa berusaha menjadi orang baik ketika Anda bisa menjadi orang yang paling diperhatikan?
The Art of Rationalization
Salah satu keterampilan utama dalam gila popularitas adalah keterampilan merasionalkan tindakan-tindakan yang meragukan. Ingat, selama Anda bisa menciptakan alasan yang masuk akal untuk tindakan Anda yang kurang bermoral, maka semuanya baik-baik saja! Misalnya, mengapa tidak mengambil kredit untuk karya orang lain dan menyebutnya "kolaborasi kreatif yang tidak disengaja"?
Desperate for Likes: How Far Will You Go?