Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kolaborasi pemangku Kepentingan untuk Pendidikan Berdaya Saing di Era 5.0

29 Januari 2025   08:27 Diperbarui: 29 Januari 2025   08:27 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kolaborasi Pemangku Kepentingan untuk Pendidikan Berdaya Saing di Era 5.0

Oleh: A. Rusdiana

Era Society 5.0 mengintegrasikan teknologi digital dengan berbagai sektor, termasuk pendidikan, untuk menghadapi tantangan global. Dalam konteks ini, pendidikan di Indonesia harus bertransformasi agar mampu bersaing di tingkat internasional. Namun, masih terdapat kesenjangan dalam pemanfaatan teknologi pendidikan, terutama pada pelatihan guru muda, keselarasan kurikulum, serta evaluasi platform pembelajaran digital. Teori ekosistem kolaboratif menekankan pentingnya keterlibatan aktif berbagai pemangku kepentingan kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (tendik), pengembang teknologi, dan pemerintah untuk menciptakan sistem pendidikan yang terintegrasi. Sayangnya, kolaborasi ini sering terhambat oleh komunikasi yang kurang efektif atau kesenjangan prioritas antara pihak-pihak terkait. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan pendidikan dalam membangun bangsa, meningkatkan kompetensi guru muda, dan menghadapi tantangan era 5.0 untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut lima elemen penting untuk menguraikan pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan pendidikan dalam membangun bangsa, meningkatkan kompetensi guru muda, dan menghadapi tantangan era 5.0:

1. Menyatukan Visi melalui Forum Diskusi Rutin; Kolaborasi yang efektif dimulai dari keselarasan visi. Forum diskusi rutin antara kepala sekolah, guru, tendik, pengembang teknologi, dan pemerintah dapat menjadi medium untuk menyelaraskan tujuan pendidikan berbasis teknologi. Dalam forum ini, kepala sekolah dapat memimpin diskusi strategis, guru dapat menyampaikan kebutuhan pembelajaran di kelas, dan pengembang teknologi dapat menawarkan solusi berbasis inovasi. Sebagai contoh, evaluasi platform digital seperti Learning Management System (LMS) dapat dilakukan secara bersama-sama untuk memastikan sistem tersebut relevan dengan kebutuhan sekolah. Selain itu, forum ini juga dapat membahas tantangan implementasi di lapangan, seperti keterbatasan infrastruktur teknologi.

2. Pengembangan Kapasitas Guru Muda; Guru muda memegang peran penting dalam adopsi teknologi pendidikan, namun sering kali membutuhkan pelatihan tambahan. Kolaborasi dengan pengembang teknologi dapat membantu guru muda memahami cara memanfaatkan perangkat pembelajaran interaktif dan platform digital secara efektif. Sebagai langkah awal, program pelatihan khusus guru muda dapat difokuskan pada: 1) Penggunaan teknologi interaktif, seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR); 2) Strategi pembelajaran digital, seperti flipped classroom dan gamifikasi; 3) Pengelolaan data siswa untuk personalisasi pembelajaran. Dengan pengembangan kapasitas yang baik, guru muda dapat menjadi motor penggerak inovasi di sekolah.

3. Peran Kepala Sekolah sebagai Agen Perubahan; Kepala sekolah memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin transformasi digital di lingkungan pendidikan. Mereka perlu memfasilitasi proses kolaborasi antar pemangku kepentingan, mendorong inovasi, dan memastikan keberlanjutan pengembangan teknologi pendidikan. Kepala sekolah yang proaktif dapat: 1)  Menginisiasi proyek uji coba teknologi pendidikan; 2) Membuka peluang kemitraan dengan pihak eksternal, seperti startup teknologi; 3) Memberikan insentif kepada guru yang berkontribusi aktif dalam pengembangan pembelajaran digital. Peran kepemimpinan yang kuat akan menciptakan ekosistem kolaborasi yang produktif.

4. Dukungan Pemerintah melalui Kebijakan dan Infrastruktur; Pemerintah memegang peranan penting sebagai pembuat kebijakan dan penyedia infrastruktur. Untuk memastikan keberhasilan kolaborasi, pemerintah perlu: 1) Memberikan subsidi bagi sekolah untuk pengadaan perangkat teknologi; 2) Memperluas akses internet ke daerah-daerah terpencil; 3) Menyusun kebijakan pelatihan guru berbasis teknologi. Dukungan pemerintah ini akan mempercepat transformasi digital pendidikan dan memastikan semua wilayah memiliki akses yang setara.

5. Evaluasi Berbasis Data sebagai Langkah Berkelanjutan; Kolaborasi antar pemangku kepentingan harus diiringi evaluasi berbasis data yang dilakukan secara berkala. Pengembang teknologi dapat menyediakan analitik penggunaan platform, sementara guru dan kepala sekolah dapat memberikan umpan balik terkait dampak teknologi terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, pengukuran efektivitas pembelajaran digital dapat dilakukan dengan: 1)  Analisis data hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan teknologi; 2) Survei kepuasan guru terhadap perangkat digital yang digunakan; 3) Laporan teknis dari pengembang teknologi untuk mengidentifikasi area yang memerlukan pengembangan lebih lanjut. Evaluasi berkelanjutan ini akan memastikan inovasi teknologi pendidikan berjalan sesuai kebutuhan.

Kolaborasi antar pemangku kepentingan pendidikan merupakan kunci dalam membangun ekosistem pembelajaran yang relevan di era 5.0. Kepala sekolah, guru muda, tendik, pengembang teknologi, dan pemerintah perlu bersinergi untuk menciptakan inovasi pendidikan yang berdaya saing global. Maka dengan ini, merekomendasikan: 1) Membangun forum diskusi rutin untuk menyatukan visi dan strategi implementasi teknologi; 2) Mengadakan pelatihan berkelanjutan bagi guru muda untuk meningkatkan kompetensi digital; 3) Mendorong kepala sekolah untuk menjadi agen perubahan dalam transformasi digital; 3) Memperkuat peran pemerintah dalam menyediakan infrastruktur dan kebijakan pendukung; 4) Melakukan evaluasi berbasis data untuk memastikan keberlanjutan pengembangan teknologi pendidikan.

Dengan kolaborasi yang kuat, pendidikan Indonesia akan mampu menghadapi tantangan era 5.0 dan meraih visi Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun