Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Benang Intelektual: Kemampuan Memahami Isu Lintas Sektor untuk Pendidikan Unggul

12 Januari 2025   21:11 Diperbarui: 12 Januari 2025   21:11 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Handal Selaras, tersedia di https://www.handalselaras.com/isu-lintas-sektor-dalam-renas-pb

Benang Intelektual: Kemampuan Memahami Isu Lintas Sektor untuk Pendidikan Unggul

Oleh: A. Rusdiana

Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, pemimpin yang efektif harus mampu mengatasi tantangan kompleks, seperti transformasi digital dan revolusi teknologi. Menurut Nick Lovegrove dan Matthew Thomas, pemimpin kolaboratif memiliki karakteristik utama yang membantu mereka menjembatani berbagai sektor, dengan salah satu pilar utamanya adalah benang intelektual. Karakteristik ini memungkinkan mereka memahami dan mengintegrasikan tren global, seperti kecerdasan buatan (AI), ke dalam konteks lokal tanpa melupakan nilai-nilai budaya. Namun, terdapat kesenjangan antara kebutuhan sistem pendidikan era 5.0 dan kemampuan pemimpin untuk menghadirkan solusi lintas sektor. Pendidikan unggul menjadi fondasi penting bagi visi Indonesia Emas 2045. Tulisan ini bertujuan menggali relevansi benang intelektual sebagai landasan kepemimpinan kolaboratif dalam membangun pendidikan berkualitas bagi guru, dosen, pejabat muda, dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya. Berikut lima elemen penting dari relevansi benang intelektual sebagai landasan kepemimpinan kolaboratif dalam membangun pendidikan berkualitas:

Pertama: Pemahaman Lintas Sektor sebagai Fondasi Pendidikan Unggul; Benang intelektual merujuk pada kemampuan untuk menjalin keterkaitan antara berbagai sektor, seperti teknologi, ekonomi, dan budaya. Dalam pendidikan, hal ini berarti memahami bagaimana revolusi teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pembelajaran. Misalnya, seorang kepala sekolah yang memahami potensi AI dapat mengintegrasikan teknologi ini untuk membuat pembelajaran lebih adaptif, tanpa menghilangkan esensi kearifan lokal.

Kedua: Kepekaan terhadap Tren Global dan Adaptasi Lokal; Pemimpin kolaboratif dengan benang intelektual mampu mendeteksi tren global, seperti personalisasi pendidikan, dan mengadaptasinya sesuai kebutuhan lokal. Misalnya, dalam pendidikan vokasi, tren global seperti penggunaan simulasi VR dapat diintegrasikan untuk meningkatkan keterampilan siswa, sekaligus mempersiapkan mereka untuk tantangan lokal di pasar kerja.

Ketiga: Kolaborasi Antar Disiplin Ilmu; Pendidikan era 5.0 membutuhkan pendekatan multidisiplin. Guru dan dosen perlu dilatih untuk mengintegrasikan wawasan dari berbagai bidang, seperti sains, seni, dan teknologi. Seorang dosen yang mengajarkan data sains, misalnya, dapat mengaitkan pembelajaran ini dengan dampak sosialnya melalui kolaborasi lintas fakultas.

Keempat: Inovasi Berbasis Nilai Lokal; Pemimpin pendidikan dengan benang intelektual tidak hanya mengadopsi teknologi modern, tetapi juga memastikan inovasi tersebut tetap relevan dengan nilai lokal. Contohnya, penggunaan teknologi berbasis AI untuk mengembangkan kurikulum pembelajaran bahasa daerah yang lebih menarik, sehingga siswa tetap memiliki apresiasi terhadap budaya mereka.

Kelima: Membangun Jaringan Lintas Sektor; Kepemimpinan kolaboratif membutuhkan kemampuan untuk membangun jaringan yang kuat dengan pemangku kepentingan dari sektor lain, seperti industri dan pemerintah. Hal ini penting untuk menciptakan sinergi yang dapat mendukung pendidikan unggul. Misalnya, kepala sekolah dapat menggandeng perusahaan teknologi untuk menyediakan pelatihan berbasis keterampilan digital bagi siswa dan tenaga pendidik.

Pemimpin kolaboratif dengan benang intelektual memegang kunci untuk menghadirkan pendidikan unggul di era 5.0. Melalui pemahaman lintas sektor, adaptasi tren global, inovasi berbasis nilai lokal, dan kolaborasi multidisiplin, mereka mampu membangun sistem pendidikan yang relevan dan kompetitif. Dengan ini, merekomendasikan kepada para pemangku kepemtimgan pendidikan: 1) Para Pemimpin Pendidikan: Mengembangkan kapasitas untuk memahami dan mengintegrasikan isu lintas sektor melalui pelatihan dan program pengembangan profesional; 2) Bagi Guru dan Dosen: Mengadopsi pendekatan multidisiplin dalam pembelajaran untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan; 3) Pemangku Kebijakan: Mendorong kolaborasi antara sektor pendidikan, industri, dan pemerintah untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inovatif dan inklusif.

Dengan pendekatan ini, pendidikan Indonesia tidak hanya siap menyongsong era 5.0 tetapi juga menjadi pilar utama menuju visi Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun