Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Karakteristik Kepemimpinan Kolaboratif untuk Pendidikan Unggul di Era 5.0

12 Januari 2025   13:25 Diperbarui: 12 Januari 2025   13:25 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karakteristik Gaya Kepemimpinan Kolaboratif untuk Pendidikan Unggul di Era 5.0

1. Pendahuluan

Indonesia tengah berada dalam era transformasi besar, yaitu era 5.0, di mana teknologi dan inovasi menjadi motor penggerak utama. Dalam konteks pendidikan, tantangan ini memerlukan pemimpin yang kolaboratif, mampu mengintegrasikan berbagai elemen, dan menghadirkan solusi inovatif. Teori kepemimpinan kolaboratif oleh Nick Lovegrove dan Matthew Thomas menyoroti pentingnya karakteristik khusus dalam membangun kolaborasi yang efektif. Beberapa karakteristik yang dikemukakan, seperti motivasi seimbang, kecerdasan kontekstual, dan jaringan integrasi, sangat relevan untuk diterapkan dalam kepemimpinan pendidikan. Namun, terdapat kesenjangan dalam implementasi gaya kepemimpinan kolaboratif, khususnya di sektor pendidikan. Hal ini menjadi tantangan dalam mengoptimalkan kolaborasi lintas sektor, termasuk guru, dosen, tenaga kependidikan, dan siswa. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi karakteristik gaya kepemimpinan kolaboratif guna mempersiapkan pendidikan menuju Indonesia Emas 2045. Berikut  Emam karakteristik pemimpin kolaboratif Nick Lovegrove dan Matthew Thomas, yang perlu diketahui dalam memimpin suatu kolaborasi, yaitu:

Pertama: Motivasi yang Seimbang; Pemimpin kolaboratif memiliki motivasi yang mencakup dua dimensi: nilai ekonomi dan dampak sosial. Dalam konteks pendidikan, ini berarti menciptakan program pembelajaran yang tidak hanya relevan secara akademik, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat. Contohnya adalah penerapan metode pengajaran berbasis proyek yang menyelesaikan masalah nyata di masyarakat.

Kedua: Keterampilan yang Dapat Dipindah Tangankan; Pemimpin kolaboratif harus mampu mengajarkan keterampilan yang dapat digunakan di berbagai situasi, seperti analisis data, perencanaan strategis, dan pengelolaan pemangku kepentingan. Dalam pendidikan, keterampilan ini penting untuk mengatasi perubahan kurikulum dan teknologi yang cepat, serta untuk melatih guru/dosen agar lebih adaptif terhadap kebutuhan siswa.

Ketiga: Kecerdasan Kontekstual; Kemampuan untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya, bahasa, dan keyakinan di lingkungan pendidikan adalah elemen kunci dari kepemimpinan kolaboratif. Seorang kepala sekolah, misalnya, perlu menunjukkan empati terhadap latar belakang siswa yang beragam dan menciptakan lingkungan inklusif untuk semua.

Keempat: Jaringan Integrasi; Jaringan lintas sektor memungkinkan pemimpin mengakses berbagai sumber daya dan perspektif untuk pengambilan keputusan. Dalam pendidikan, kepala sekolah atau rektor dapat membangun kolaborasi dengan industri, pemerintah, dan masyarakat untuk memperkaya program pendidikan dan meningkatkan peluang kerja bagi lulusan.

Kelima: Pikiran yang Siap; Pemimpin kolaboratif harus siap menghadapi ketidakpastian dan mengambil keputusan yang tidak konvensional. Misalnya, dalam pendidikan, ini bisa berarti mengadopsi teknologi baru, meski awalnya membutuhkan investasi besar. Keberanian untuk berubah ini penting untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan berdaya saing.

Keenam: Benang Intelektual; Kemampuan memahami isu-isu lintas sektor adalah keunggulan pemimpin kolaboratif. Dalam pendidikan, hal ini berarti mampu melihat bagaimana tren global, seperti revolusi teknologi, dapat diterapkan dalam konteks lokal. Contohnya adalah mengintegrasikan teknologi AI dalam pembelajaran tanpa mengesampingkan nilai-nilai lokal.

Kepemimpinan kolaboratif merupakan gaya kepemimpinan yang sangat relevan untuk menghadapi tantangan era 5.0 dan mendukung pendidikan menuju Indonesia Emas 2045. Karakteristik seperti motivasi yang seimbang, keterampilan yang dapat dipindah tangankan, kecerdasan kontekstual, jaringan integrasi, pikiran yang siap, dan benang intelektual menjadi pilar penting dalam membangun sistem pendidikan yang inklusif dan inovatif. Dengan ini, merkomendasikan bahwa: 1) Pemangku kepentingan pendidikan perlu melatih guru, dosen, dan kepala sekolah untuk mengembangkan karakteristik gaya kepemimpinan kolaboratif; 2) Institusi pendidikan harus mendorong kolaborasi lintas sektor dengan pemerintah, industri, dan masyarakat; 3) Program penghargaan perlu dirancang untuk mengapresiasi pemimpin pendidikan yang berhasil menerapkan kepemimpinan kolaboratif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun