Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keterlibatan Pemangku Kepentingan Internasional untuk Meningkatkan talenta Muda di Era 5.0

7 Januari 2025   16:28 Diperbarui: 7 Januari 2025   16:28 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterlibatan Pemangku Kepentingan Internasional untuk Meningkatkan Talenta Muda di Era 5.0

Oleh: A. Rusdiana

Era 5.0 menuntut adaptasi pendidikan tinggi dalam menghadapi perkembangan teknologi dan globalisasi. Pemangku kepentingan pendidikan, seperti pimpinan institusi, dosen, dan tenaga kependidikan, memiliki peran kunci dalam menciptakan talenta muda yang unggul dan siap bersaing. Namun, sistem pendidikan Indonesia masih menghadapi tantangan berupa kesenjangan antara kurikulum yang ada dengan kebutuhan global. Teori pembelajaran kolaboratif menunjukkan bahwa keterlibatan berbagai pihak, baik lokal maupun internasional, dapat memperkaya materi ajar dan memberikan perspektif global. Sayangnya, keterlibatan pemangku kepentingan internasional dalam pendidikan di Indonesia masih terbatas, menciptakan celah (GAP) dalam menghadapi tantangan global. Oleh karena itu, tulisan ini menekankan pentingnya keterlibatan pemangku kepentingan internasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan, membangun talenta muda, dan mendukung Indonesia Emas 2045.  Berikut elaborasi pentingnya keterlibatan pemangku kepentingan:

Pertam: Pengayaan Kurikulum melalui Kolaborasi Global; Melibatkan universitas atau institusi dari luar negeri, seperti Korea Selatan dalam evaluasi kurikulum berbasis teknologi, dapat memberikan sudut pandang baru. Contohnya, program studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) S2 yang bekerja sama dengan universitas di Korea Selatan berhasil mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam pembelajaran. Inisiatif seperti ini memungkinkan mahasiswa untuk memahami tren global dan meningkatkan daya saing mereka di tingkat internasional.

Kedua. Program Pertukaran Dosen dan Tenaga Kependidikan; Pertukaran dosen dan tenaga kependidikan antara universitas dalam dan luar negeri memperkaya kompetensi tenaga pengajar. Contoh, dosen dari Indonesia yang mengikuti program fellowship di Eropa mampu membawa pengalaman dan pendekatan pengajaran inovatif, seperti flipped classroom atau blended learning, yang relevan dengan kebutuhan mahasiswa masa kini.

Ketiga: Pengembangan Jaringan Internasional untuk Penelitian Bersama; Keterlibatan pemangku kepentingan internasional juga dapat diwujudkan melalui penelitian bersama. Penelitian berbasis isu global, seperti keberlanjutan lingkungan atau pendidikan berbasis teknologi, membuka peluang bagi mahasiswa dan dosen untuk terlibat dalam proyek global yang bermanfaat. Sebagai contoh, kolaborasi antara universitas Indonesia dan Australia menghasilkan studi tentang penggunaan teknologi virtual reality (VR) untuk pendidikan jarak jauh di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).

Keempat: Integrasi Perspektif Global dalam Kebijakan Pendidikan; Pemangku kepentingan internasional, seperti UNESCO atau organisasi pendidikan global lainnya, dapat memberikan rekomendasi kebijakan pendidikan yang relevan. Misalnya, pengadopsian kebijakan pembelajaran berbasis kompetensi (Competency-Based Education/CBE) di beberapa universitas di Indonesia yang sebelumnya diterapkan di negara-negara maju. Hal ini memungkinkan institusi pendidikan untuk mencetak lulusan yang kompeten secara global.

Kelima: Program Magang dan Kerja Sama Industri Global; Mahasiswa juga dapat diuntungkan dari program magang di perusahaan multinasional yang bekerja sama dengan universitas. Contoh, program magang di perusahaan teknologi di Jepang atau Jerman memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menghadapi tantangan industri global, sekaligus membangun jejaring profesional.

Keterlibatan pemangku kepentingan internasional menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan membangun talenta muda Indonesia yang unggul di era 5.0. Kolaborasi global tidak hanya memberikan manfaat akademik, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional. Hal ini berimplikasi kepada: Pemimpin institusi pendidikan, dosen, dan tenaga kependidikan perlu melihat keterlibatan internasional sebagai langkah strategis untuk mencapai tujuan pendidikan jangka panjang. Mahasiswa MPI S2 dan program studi serupa harus didorong untuk aktif dalam kegiatan kolaboratif, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Maka dengan ini merekomedasikan bahwa: 1) Untuk Pimpinan Institusi: Buat kebijakan yang mendukung kerja sama internasional, seperti penandatanganan MoU dengan universitas luar negeri; 2) Untuk Dosen dan Tendik: Tingkatkan kapasitas melalui program pelatihan dan pertukaran internasional; 3) Untuk Mahasiswa: Aktif mengikuti program magang atau penelitian yang melibatkan institusi global; 4) Untuk Pemerintah: Berikan insentif kepada institusi pendidikan yang menjalin kerja sama internasional.

Keterlibatan pemangku kepentingan internasional adalah investasi strategis yang diperlukan untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Dengan memperkuat kolaborasi ini, Indonesia dapat menciptakan generasi muda yang inovatif dan kompetitif di tingkat global. Wallahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun