Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Memanfaatkan Augmented Reality (AR) untuk pemebelajaran Interaktif: Inovasi Pendidikan Era 5.0 Menuju Indonesia Emas 2045

25 Desember 2024   18:02 Diperbarui: 25 Desember 2024   19:21 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memanfaatkan Augmented Reality (AR) untuk Pembelajaran Interaktif: Inovasi Pendidikan Era 5.0 Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Teknologi terus berkembang pesat, mendorong sistem pendidikan untuk beradaptasi dengan pendekatan baru. Augmented Reality (AR) telah muncul sebagai alat revolusioner dalam pembelajaran interaktif. AR memungkinkan siswa untuk mengalami materi pelajaran secara visual dan nyata, menjadikan proses belajar lebih menarik dan mendalam. Teori Fun Learning menggarisbawahi pentingnya menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. Namun, GAP yang ada, seperti keterbatasan akses teknologi dan rendahnya literasi digital guru, menghambat penerapan AR secara luas. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan panduan praktis dalam memanfaatkan AR untuk meningkatkan kualitas pendidikan, membangun bangsa, dan menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut 6 straegi Optimalisasi AR untuk Pembelajaran Interaktif: 

Pertama: Menggunakan AR untuk Visualisasi Konsep Abstrak; Teknologi AR memungkinkan visualisasi konsep yang sulit dipahami melalui media tradisional. Contoh: Dalam pelajaran biologi, siswa dapat mempelajari anatomi manusia menggunakan aplikasi seperti Human Anatomy Atlas, yang menampilkan model 3D sistem organ. Hal ini membantu siswa memahami hubungan antarorgan dengan lebih jelas.

Kedua: Pembelajaran Sejarah yang Interaktif; AR dapat membawa siswa "kembali ke masa lalu" melalui pengalaman interaktif. Contohnya, aplikasi Civilisations AR memungkinkan siswa menjelajahi artefak sejarah dari berbagai peradaban. Dengan cara ini, pelajaran sejarah menjadi lebih menarik dan relevan.

Ketiga: Simulasi Ilmiah dalam Lingkungan Aman; Dalam pelajaran sains, AR dapat digunakan untuk simulasi eksperimen berisiko tinggi tanpa bahaya nyata. Contoh: Aplikasi Merge Cube memungkinkan siswa melakukan eksperimen kimia virtual, mengamati reaksi molekul dalam format 3D.

Keempat: Belajar Matematika dengan AR; AR dapat menyederhanakan konsep matematika yang rumit. Contoh: Aplikasi GeoGebra AR memungkinkan siswa memvisualisasikan grafik tiga dimensi, seperti parabola atau kurva sinus, secara real-time. Hal ini membuat siswa lebih mudah memahami hubungan antara persamaan dan representasi grafis.

Kelima: Meningkatkan Keterampilan Kreatif Melalui AR; AR juga mendukung pembelajaran seni dan desain. Contoh: Aplikasi QuiverVision memungkinkan siswa menggambar di atas kertas, lalu melihat karya mereka "hidup" dalam format 3D melalui AR. Pendekatan ini memupuk kreativitas dan inovasi siswa.

Keenam: Menyediakan Pembelajaran Kontekstual di Luar Kelas; AR memungkinkan pembelajaran berbasis lokasi, seperti menggunakan Google Expeditions untuk menjelajahi habitat hewan langsung dari tempat siswa berada. Hal ini memberikan pengalaman belajar kontekstual yang memperkaya wawasan siswa.

Pemanfaatan AR dalam pembelajaran interaktif memberikan peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di era 5.0. Dengan pengalaman visual yang imersif, AR tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik tetapi juga memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Hal itu akan berimplikasi: 1) Bagi Kepala Sekolah dan Pimpinan Pendidikan: Penting untuk menyediakan infrastruktur yang mendukung teknologi AR dan mendorong inovasi dalam metode pembelajaran; 2) Bagi Guru: Guru harus diberdayakan melalui pelatihan teknologi untuk memanfaatkan AR secara efektif dalam proses pembelajaran; 3) Bagi Tenaga Kependidikan: Perlu bekerja sama dengan pengembang teknologi untuk memastikan aplikasi AR relevan dengan kurikulum lokal.

Atas dasar itu, maka tulisan ini merekomendasikan bahwa: 1) Penyediaan Infrastruktur Digital: Sekolah harus berinvestasi dalam perangkat yang mendukung AR, seperti tablet atau headset; 2) Pelatihan Guru: Program pelatihan intensif tentang penggunaan AR harus menjadi prioritas untuk meningkatkan literasi digital guru; 3) Integrasi Kurikulum: Kurikulum deep learning harus mencakup penggunaan AR untuk pembelajaran lintas disiplin; 4) Kemitraan dengan Pengembang Teknologi: Kerja sama dengan perusahaan teknologi lokal dapat menghasilkan aplikasi AR yang relevan dengan kebutuhan pendidikan nasional; 5) Evaluasi dan Penyesuaian: Monitoring rutin dan umpan balik dari guru dan siswa dapat memastikan keberlanjutan implementasi AR.

Dengan memanfaatkan AR secara optimal, sistem pendidikan Indonesia akan mampu menghasilkan generasi muda yang kreatif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan global, mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun