Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Pengalaman Kolaboratif yang Menyenangkan: Strategi Fun Learning untuk Pendidikan Era 5.0

24 Desember 2024   22:30 Diperbarui: 25 Desember 2024   03:15 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: SMA-Egs-Bdg, tersedia di https://www.smaegsbdg.sch.id/2024/05/membangun-pengalaman-belajar-yang.html

Membangun Pengalaman Kolaboratif yang Menyenangkan: Strategi Fun Learning untuk Pendidikan Era 5.0

Oleh: A. Rusdiana

Di era Society 5.0, kolaborasi menjadi salah satu keterampilan utama yang harus dimiliki generasi muda. Pendidikan tidak hanya berfokus pada hasil akademik, tetapi juga pada penguasaan soft skills, seperti kerja sama, komunikasi, dan pemecahan masalah. Teori fun learning menekankan bahwa pembelajaran yang melibatkan kolaborasi dengan pendekatan menyenangkan dapat meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa. Namun, banyak guru masih menerapkan metode pembelajaran individu yang kurang memberi ruang untuk kerja sama. GAP ini menunjukkan perlunya pendekatan kolaboratif untuk menjawab tantangan pendidikan di era 5.0. Tulisan ini bertujuan memberikan panduan bagi guru muda dan pemangku kepentingan dalam membangun pengalaman kolaboratif yang mendukung penerapan kurikulum deep learning. Berikut 5 strategi membangun pengalaman kolaboratif:

Pertama: Simulasi Realistis untuk Mengembangkan Keterampilan Praktis; Aktivitas seperti simulasi bisnis mini di kelas ekonomi memungkinkan siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah nyata. Sebagai contoh, siswa dapat berperan sebagai pemilik bisnis dan karyawan untuk memahami konsep manajemen, pemasaran, dan keuangan. Pendekatan ini mengajarkan tanggung jawab bersama dan cara berkomunikasi dalam kelompok.

Kedua: Eksperimen Ilmiah Berkelompok untuk Memahami Konsep Mendalam; Dalam pelajaran sains, eksperimen berkelompok seperti menguji reaksi kimia atau mengamati proses fotosintesis memberikan pengalaman belajar langsung. Guru dapat membagi siswa menjadi tim kecil, di mana setiap anggota memiliki peran spesifik seperti pencatat data, pengamat, atau pelapor hasil. Proses ini tidak hanya meningkatkan pemahaman tetapi juga melatih keterampilan koordinasi.

Ketiga: Pemanfaatan Teknologi untuk Kolaborasi Virtual; Platform seperti Google Workspace for Education, Microsoft Teams, atau Zoom memungkinkan siswa bekerja sama secara virtual. Guru dapat merancang proyek kelompok online, seperti membuat presentasi tentang perubahan iklim. Fitur berbagi dokumen dan diskusi daring memudahkan siswa untuk berkolaborasi tanpa terbatas ruang dan waktu.

Keempat: Permainan Kolaboratif untuk Memupuk Kegembiraan Belajar; Menggunakan permainan edukatif berbasis kerja sama, seperti permainan papan strategi atau aplikasi pembelajaran kolaboratif, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Misalnya, dalam permainan teka-teki matematika berkelompok, siswa belajar memecahkan masalah bersama sambil menikmati tantangan yang diberikan.

Kelima: Pendampingan Guru sebagai Fasilitator Kolaborasi; Guru berperan penting sebagai fasilitator yang mengarahkan kolaborasi. Sebagai contoh, dalam diskusi kelompok, guru dapat memandu siswa dengan memberikan pertanyaan pemantik dan memastikan setiap anggota tim berkontribusi. Pendekatan ini mengembangkan rasa saling menghargai dan mendorong ide-ide kreatif.

Pengalaman kolaboratif yang menyenangkan memberikan dampak besar pada pembentukan keterampilan siswa di era 5.0. Dengan simulasi, eksperimen berkelompok, pemanfaatan teknologi, permainan kolaboratif, dan peran fasilitator guru, siswa dapat belajar dengan cara yang menarik sekaligus mendalam. Tulisan ini merekomendasikan bahwa: 1) Guru muda perlu berinovasi dalam merancang aktivitas kolaboratif yang relevan dengan kurikulum deep learning; 2) Kepala sekolah dan pemimpin pendidikan harus mendukung pelatihan guru untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran kolaboratif; 3) Pemerintah dan institusi pendidikan perlu memfasilitasi pengembangan platform digital untuk mendukung kolaborasi siswa.

Dengan membangun kolaborasi yang menyenangkan, generasi muda akan siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun