Mempraktikkan Small Step System: Strategi Fun Learning untuk Membangun Pendidikan Berkualitas di Era 5.0
Oleh: A. Rusdiana
Era Society 5.0 menuntut pendidikan untuk tidak hanya mencetak individu yang cerdas secara akademik tetapi juga kreatif, adaptif, dan memiliki kemampuan berpikir kritis. Salah satu pendekatan yang relevan adalah fun learning dengan penerapan small step system, sebuah metode pembelajaran bertahap yang memungkinkan peserta didik mempelajari konsep secara mendalam melalui langkah-langkah kecil yang terencana. Dalam teori fun learning, pembelajaran dirancang agar menyenangkan sekaligus bermakna, mendorong peserta didik untuk terlibat aktif. Sayangnya, banyak guru dan pemangku kepentingan pendidikan masih terjebak pada pendekatan konvensional yang memadatkan materi dalam waktu singkat tanpa mempertimbangkan tingkat pemahaman anak. GAP ini memperlihatkan pentingnya tulisan ini sebagai panduan praktis bagi para guru muda, kepala sekolah, dan tenaga pendidik lainnya untuk mempraktikkan small step system guna menghadapi tantangan di era 5.0 dan menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut strategi Mempraktikkan Small Step System:
Pertama: Penguatan Dasar melalui Langkah Kecil yang Sistematis; Small step system memberikan landasan pembelajaran yang kokoh dengan memecah materi menjadi bagian kecil yang mudah dipahami. Misalnya, dalam pembelajaran matematika dasar, guru dapat menggunakan permainan interaktif untuk mengenalkan penjumlahan sederhana sebelum melanjutkan ke konsep yang lebih kompleks seperti pengurangan atau perkalian. Strategi ini memastikan setiap anak dapat memahami setiap tahap sebelum melangkah ke tahap berikutnya.
Kedua: Integrasi Teknologi untuk Pembelajaran Bertahap; Penerapan teknologi seperti aplikasi pembelajaran adaptif dapat memperkuat small step system. Guru muda dapat menggunakan aplikasi yang dirancang untuk menyesuaikan tingkat kesulitan berdasarkan kemampuan peserta didik. Sebagai contoh, aplikasi seperti Khan Academy Kids memungkinkan anak belajar dengan cara yang menyenangkan sekaligus bertahap.
Ketiga: Penggunaan Proyek Mini untuk Pembelajaran Kontekstual; Menerapkan small step system melalui proyek-proyek kecil yang relevan dengan kehidupan sehari-hari memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Misalnya, dalam pelajaran sains, siswa dapat diminta membuat eksperimen sederhana seperti menanam biji untuk memahami proses fotosintesis. Proyek ini membantu siswa belajar dengan cara praktik langsung dan memperkuat daya ingat mereka.
Keempat: Membangun Kebiasaan Belajar Positif Melalui Pengulangan Bertahap; Pembelajaran bertahap juga membantu membentuk kebiasaan belajar positif. Guru dapat menerapkan sistem pengulangan secara terstruktur, seperti memberikan soal latihan harian dengan tingkat kesulitan yang bertahap. Hal ini meningkatkan rasa percaya diri siswa, karena mereka merasa mampu menyelesaikan setiap tahap.
Kelima: Melibatkan Pemangku Kepentingan dalam Desain Kurikulum Deep Learning; Agar small step system berjalan efektif, kepala sekolah, dosen, dan tenaga kependidikan lainnya harus dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi kurikulum berbasis pembelajaran mendalam (deep learning). Diskusi bersama pemangku kepentingan tentang desain modul pembelajaran bertahap dapat memastikan bahwa pendekatan ini diterapkan secara konsisten di berbagai jenjang pendidikan.
Penerapan small step system dalam fun learning merupakan strategi efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di era 5.0. Dengan langkah kecil yang terstruktur, teknologi pendukung, dan keterlibatan aktif pemangku kepentingan, peserta didik dapat memahami konsep secara mendalam sekaligus menikmati proses belajar. Tulias ini, merekomendasikan kepada: 1) Guru muda perlu memanfaatkan teknologi dan metode inovatif untuk menerapkan small step system; 2) Kepala sekolah dan pemangku kepentingan harus mendukung pengembangan kurikulum berbasis deep learning yang mengakomodasi langkah-langkah bertahap; 3) Pemerintah dan institusi pendidikan harus menyediakan pelatihan berkala bagi guru dan tenaga pendidik untuk mempraktikkan metode ini secara optimal.
Dengan pendekatan ini, Indonesia dapat mempersiapkan generasi emas yang siap menghadapi tantangan global pada 2045.
Wallahu A'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H