Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Personal: Melalui Bimbingan Berbasis Deep Learning
Oleh: A. Rusdiana
Kemajuan teknologi telah mengubah wajah pendidikan, terutama dalam menciptakan pembelajaran yang personal dan adaptif. Pendekatan deep learning, sebagai bagian dari revolusi industri 5.0, memberikan peluang untuk mendukung calon pendidik, khususnya perempuan muda, dalam menghadapi tantangan zaman. Namun, penerapan teknologi dalam pembelajaran sering kali terbatas pada aspek-aspek teknis tanpa menyentuh kebutuhan individu pembelajar. GAP inilah yang dapat diatasi melalui bimbingan berbasis teknologi. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran personal, termasuk relevansinya dalam program seperti Praktik Ibadah Tilawah, Tahfid, dan Tahsin, demi menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut adalah lima langkah teknis dan operasional:
Pertama: Teknologi untuk Pembelajaran Adaptif; Deep learning memungkinkan penciptaan algoritma yang dapat menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu. Dalam konteks bimbingan, teknologi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mentee, memberikan rekomendasi personal, dan menciptakan pengalaman belajar yang relevan dan efektif.
Kedua: Platform Digital untuk Mentoring; Platform digital, seperti Learning Management Systems (LMS) atau aplikasi khusus mentoring youtube, dan gogle drive dapat membantu melacak perkembangan peserta bimbingan. Data yang terkumpul dapat digunakan mentor untuk memberikan umpan balik yang lebih mendalam, memastikan pembelajaran tetap fokus pada tujuan individu.
Video Tahfidz Nurul Azizah, tersedia di https://www.youtube.com/watch?v=2OpUeux4vnM
Ketiga: Meningkatkan Keterlibatan dan Motivasi; Dengan pendekatan yang personal, teknologi dapat meningkatkan keterlibatan peserta dalam pembelajaran. Visualisasi data kemajuan belajar atau pemberian penghargaan digital menjadi cara untuk memotivasi mentee. Teknologi ini sangat membantu dalam program-program seperti Praktik Ibadah Tilawah, Tahfid, dan Tahsin, di mana pelacakan hasil belajar dapat memastikan efektivitas program.
Keempat: Mengurangi Kesenjangan Akses Pendidikan; Teknologi berbasis cloud memungkinkan program bimbingan diakses dari mana saja, terutama di daerah terpencil. Dengan ini, calon pendidik perempuan dapat mengakses materi dan mentoring berkualitas tinggi tanpa terhalang oleh lokasi geografis.
Kelima: Hubungan Bimbingan dengan Praktik Ibadah Tilawah, Tahfid, dan Tahsin; Pelaksanaan Praktik Ibadah Tilawah, Tahfid, dan Tahsin, untuk mahasiswa S-1 MPI, menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dapat diterapkan untuk mendukung program pembelajaran berbasis bimbingan. Teknologi ini memastikan bahwa proses pembelajaran berlangsung secara terarah dan terukur, membantu peserta untuk menginternalisasi nilai-nilai yang diajarkan.