Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Peringatan Hari Ibu Ke-96: Momentum Pemberdayaan Perempuan Muda Menuju Indonesia Emas 2045

22 Desember 2024   09:39 Diperbarui: 22 Desember 2024   09:39 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twibon Selamat Hari Ibu 2024 YSPD Al-Mishbah Cipadung Bandung (22/12/2024)

Peringatan Hari Ibu Ke-96: Momentum Pemberdayaan Perempuan Muda Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember di Indonesia bukan sekadar bentuk penghargaan atas jasa seorang ibu, tetapi juga menjadi tonggak sejarah kebangkitan perempuan Indonesia. Fenomena peringatan ini membawa makna penting dalam memperkuat eksistensi perempuan, terutama dalam menghadapi tantangan di era Industri 5.0 dan menyongsong Indonesia Emas 2045. Teori pembelajaran kolaboratif menjadi landasan untuk mendorong perempuan muda, khususnya calon pendidik, agar mampu berkontribusi secara strategis dalam pembangunan bangsa. Namun, GAP masih terlihat: kurangnya keterlibatan perempuan dalam sektor formal, terbatasnya akses pendidikan berkualitas, dan minimnya pelibatan perempuan muda dalam pengambilan keputusan strategis. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang Hari Ibu sebagai momentum pemberdayaan perempuan muda untuk membangun bangsa. Mari kita elaborasi satu-persatu:

Pertama: Sejarah Hari Ibu sebagai Dasar Kesetaraan Gender; Peringatan Hari Ibu dimulai dari Kongres Perempuan Indonesia I pada 1928 di Yogyakarta. Kongres ini melahirkan gagasan besar, seperti pembentukan organisasi solid "Perserikatan Perempuan Indonesia" dan tuntutan pendidikan untuk perempuan. Sejarah ini menjadi dasar perjuangan kesetaraan gender yang relevan hingga era 5.0. Perempuan muda perlu memahami akar sejarah ini untuk membangun kesadaran kolektif dalam memperjuangkan peran mereka di masa depan.

Kedua: Peran Perempuan sebagai Motor Penggerak Pembangunan; Perempuan adalah motor penggerak keberhasilan pembangunan. Dalam konteks pendidikan, calon pendidik perempuan dapat berperan sebagai agen perubahan dengan menerapkan pembelajaran berbasis kolaborasi. Misalnya, membangun komunitas belajar yang inklusif atau mengintegrasikan teknologi untuk mendukung akses pendidikan. Dengan demikian, perempuan muda dapat menjadi pilar utama pembangunan bangsa.

Ketiga: Mendorong Kolaborasi di Era Industri 5.0; Industri 5.0 menuntut kolaborasi lintas sektor dan lintas generasi. Perempuan muda harus dilatih untuk memanfaatkan teknologi digital dan kecerdasan buatan guna meningkatkan produktivitas dan inovasi. Peringatan Hari Ibu dapat dijadikan momentum untuk mengadakan pelatihan kepemimpinan dan teknologi yang fokus pada kolaborasi, khususnya bagi perempuan di bidang pendidikan.

Keempat: Mengintegrasikan Nilai-nilai Hari Ibu dalam Kurikulum Pendidikan
Hari Ibu tidak hanya dirayakan, tetapi juga dapat menjadi bagian dari kurikulum pendidikan. Calon pendidik dapat mengajarkan nilai-nilai seperti kesetaraan, solidaritas, dan perjuangan melalui metode pembelajaran berbasis proyek. Contohnya, siswa dapat diajak untuk membuat karya yang mencerminkan kontribusi perempuan dalam pembangunan masyarakat.

Kelima: Pemberdayaan Perempuan Muda melalui Kebijakan Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, perlu mengembangkan kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan muda. Beasiswa khusus untuk calon pendidik perempuan, pelatihan teknologi digital, dan program mentorship dapat menjadi langkah konkret untuk mencetak generasi perempuan yang kompeten dan berdaya saing global.

Peringatan Hari Ibu bukan hanya perayaan, tetapi juga refleksi atas perjuangan perempuan Indonesia dalam membangun bangsa. Bagi perempuan muda, khususnya calon pendidik, Hari Ibu adalah pengingat akan tanggung jawab besar untuk terus berkontribusi dalam pendidikan dan pembangunan di era 5.0. Hal itu, akan berimplikasi bagi pemangku kepentingan pendidikan: 1) Kepala Sekolah/Pimpinan: Mendorong program berbasis kolaborasi untuk pemberdayaan perempuan muda; 2) Guru/Dosen: Mengintegrasikan nilai-nilai perjuangan perempuan dalam proses pembelajaran; 3) Tenaga Kependidikan (Tendik): Mengembangkan lingkungan kerja yang inklusif bagi perempuan.

Melalui langkah strategis ini, perempuan muda dapat lebih berdaya dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun