Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kerja Sama yang Mendalam: Prinsip Kolaborasi dalam Kurikulum Deep Learning untuk Menyongsong Era 5.0 dan Indonesia Emas 2045

19 Desember 2024   06:25 Diperbarui: 19 Desember 2024   06:25 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Masri, tersedia di https://www.masri.id/2023/12/optimalisasi-layanan-pendidikan-melalui. kerjasama-google_vignette

Kerja Sama yang Mendalam: Prinsip Kolaborasi dalam Kurikulum Deep Learning untuk Menyongsong Era 5.0 dan Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Transformasi pendidikan di era 5.0 menuntut inovasi dalam pendekatan pembelajaran untuk membangun talenta muda yang tangguh dan siap menghadapi kompleksitas dunia modern. Salah satu pendekatan unggul adalah deep learning, yang mengutamakan pemahaman mendalam dan pengembangan kemampuan berpikir kritis serta kolaboratif. Paul Ramsden (1992) melalui karyanya Learning to Teach in Higher Education menjelaskan pentingnya strategi pembelajaran yang melampaui hafalan semata dan berfokus pada keterhubungan konsep. Namun, pendekatan ini menghadapi tantangan implementasi, terutama dalam mendorong kolaborasi yang bermakna di kelas. Kerja sama yang mendalam menjadi elemen kunci dalam memperkuat hasil pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif dan emosional. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi konsep kerja sama yang mendalam dalam kurikulum deep learning, sebagai pedoman bagi calon manajer pendidikan untuk menciptakan generasi muda yang berdaya saing di Indonesia Emas 2045.

Pertama: Hakikat Kerja Sama yang Mendalam dalam Kurikulum Deep Learning; Konsep kerja sama yang mendalam menekankan pentingnya kolaborasi untuk memperluas pemahaman siswa. Prinsip ini mengacu pada penelitian Paul Ramsden (1992) dan dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-tokoh pendidikan lainnya, seperti yang dijelaskan dalam sumber SpringLink. Melalui pendekatan ini, siswa diajak untuk bekerja dalam tim, berbagi ide, dan bersama-sama memecahkan masalah kompleks. Kolaborasi yang intensif membantu siswa mengintegrasikan berbagai perspektif, yang pada akhirnya memperdalam pemahaman konsep secara menyeluruh. Sebagai contoh, model problem-based learning (PBL) dalam kurikulum deep learning memberi ruang bagi siswa untuk membentuk kelompok kerja, mengidentifikasi masalah nyata, dan mencari solusi bersama. Proses ini melatih kemampuan berpikir analitis sekaligus interpersonal, yang sangat dibutuhkan di era 5.0.

Kedua: Mindful, Meaningful, dan Joyful Learning; Landasan teoritis atau logis untuk memfokuskan pendidikan dasar (Mendikdas) pada tiga pendekatan utama;  Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning adalah sebagai berikut: 1) Mindful Learning; secra teoritis didasarkan pada konsep mindfulness yang diajukan oleh Ellen Langer (1997), mindful learning mengajarkan siswa untuk hadir secara penuh dalam proses belajar. Pendekatan ini melibatkan kesadaran penuh terhadap apa yang sedang dipelajari, sehingga siswa dapat berpikir kritis dan terbuka terhadap perspektif baru. Secara Logis, di usia dasar, anak-anak sedang mengembangkan fokus dan perhatian. Mindful learning membantu mereka untuk: a) Memahami materi secara mendalam; b) Meningkatkan kemampuan regulasi emosi selama proses belajar; c) Membangun kebiasaan belajar yang berkelanjutan. 2) Meaningful Learning, secara teoritis, diperkenalkan oleh David Ausubel dalam teorinya tentang pembelajaran bermakna (meaningful learning theory), pendekatan ini berfokus pada pengaitan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk menciptakan pemahaman yang relevan dan kontekstual. Secara Logis; Pada tahap pendidikan dasar, anak-anak sangat responsif terhadap materi yang relevan dengan kehidupan mereka. Pembelajaran bermakna: a) Membantu siswa menghubungkan konsep baru dengan pengalaman mereka; b) Mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan pemecahan masalah; c) Memastikan bahwa apa yang dipelajari dapat diaplikasikan di dunia nyata. 3) Joyful Learning; secara teoritis; Joyful learning didukung oleh teori motivasi intrinsik dari Edward Deci dan Richard Ryan (Self-Determination Theory), yang menunjukkan bahwa suasana belajar yang menyenangkan meningkatkan motivasi belajar anak-anak. Secara Logis; Anak-anak di pendidikan dasar belajar paling baik dalam lingkungan yang memicu rasa senang dan keterlibatan aktif. Joyful learning: a) Membantu menciptakan pengalaman belajar yang positif; b) Mengurangi kecemasan belajar dan meningkatkan kreativitas; c) Membangun fondasi emosional yang baik untuk pembelajaran sepanjang hayat.

Ketiga pendekatan Mindful, Meaningful, dan Joyful Learning, berkolaborasi untuk menciptakan pembelajaran yang holistik. Dengan menerapkan pendekatan ini, pendidikan dasar tidak hanya berfokus pada hasil akademik, tetapi juga pada pengembangan keterampilan emosional, sosial, dan kognitif, yang sangat penting di Era 5.0 untuk membangun generasi penerus yang tangguh dan adaptif menuju Indonesia Emas 2045. untuk hal itu, sejatinya: 1) Mindful Learning: Terapkan latihan perhatian penuh sebelum pelajaran dimulai, seperti pernapasan sederhana atau refleksi; 2) Meaningful Learning: Buat proyek berbasis pengalaman nyata, seperti eksplorasi lingkungan sekitar; 3) Joyful Learning: Gunakan pendekatan berbasis permainan atau seni untuk membangun keterlibatan siswa. Pendekatan ini tidak hanya relevan secara teori tetapi juga sangat aplikatif untuk diterapkan di kelas pendidikan dasar.

Dengan demikin, kerja sama yang mendalam berakar pada tiga pendekatan utama dalam pembelajaran: 1) Mindful Learning; Pendekatan ini, sebagaimana dijelaskan dalam artikel di SpringLink, menekankan kesadaran penuh dalam proses belajar. Siswa diajak untuk hadir secara mental dan emosional, memperhatikan detail, dan menerima ide baru dengan terbuka. Hal ini menciptakan suasana belajar yang fokus, mengurangi stres, dan meningkatkan refleksi, yang sangat bermanfaat untuk memperdalam kolaborasi. 2) Meaningful Learning; Dengan meaningful learning, siswa tidak hanya memahami konsep secara mendalam, tetapi juga mengaitkannya dengan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Proses ini menjadikan kerja sama lebih relevan, karena setiap anggota tim dapat menyumbangkan perspektif unik berdasarkan pengalaman mereka, sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih aplikatif; 3) Joyful Learning
Suasana pembelajaran yang menyenangkan menjadi elemen penting dalam kerja sama yang mendalam. Aktivitas seperti permainan, diskusi interaktif, atau proyek kreatif memotivasi siswa untuk lebih terlibat secara emosional, meningkatkan keinginan mereka untuk bekerja sama dan menyumbangkan ide-ide segar dalam kelompok.

Keempat: Relevansi Kerja Sama yang Mendalam di Era 5.0; Di era 5.0, kerja sama yang mendalam bukan hanya sekadar keterampilan akademik, tetapi juga kompetensi utama untuk menghadapi tantangan global. Pendidikan yang mengintegrasikan kolaborasi dengan pemahaman konseptual membantu siswa menjadi calon pemimpin yang siap berinovasi. Kurikulum yang berbasis kerja sama ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks, seperti pembelajaran berbasis teknologi atau simulasi proyek dunia nyata, untuk menghasilkan solusi yang relevan dan berdaya saing tinggi.

Singkatnya, konsep kerja sama yang mendalam dalam kurikulum deep learning memberikan landasan kuat bagi pengembangan talenta muda yang adaptif dan inovatif. Prinsip mindful, meaningful, dan joyful learning tidak hanya memperluas pemahaman siswa, tetapi juga mempersiapkan mereka menghadapi kompleksitas dunia kerja di era 5.0. untuk hal itu, maka Pemangku Kepentingan Pendidikan: 1) Kepala Sekolah dan Pemimpin Pendidikan mengintegrasikan kolaborasi mendalam dalam kebijakan kurikulum dan memastikan sumber daya pendukung, seperti teknologi dan pelatihan guru, tersedia. 2) Guru dan Dosen; Menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek yang mendorong kerja sama siswa, serta memberikan ruang untuk refleksi mendalam dan eksplorasi ide. 3) Tenaga Kependidikan (Tendik); Mendukung pelaksanaan program pembelajaran kolaboratif dengan menyediakan fasilitas dan infrastruktur yang memadai, seperti ruang diskusi atau platform digital kolaboratif.

Melalui pendekatan ini, pendidikan Indonesia dapat membentuk generasi muda yang kreatif, kritis, dan kolaboratif, siap menyongsong tantangan era 5.0 dan mengantar bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun