Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Deep Learning untuk Pendidikan Dasar: Membangun Fondasi di Era 5.0

19 Desember 2024   00:03 Diperbarui: 19 Desember 2024   00:03 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deep Learning untuk Pendidikan Dasar: Membangun Fondasi di Era 5.0

Oleh: A, Rusdiana

Transformasi global menuju era 5.0 menuntut sistem pendidikan yang mampu menyiapkan generasi muda menghadapi kompleksitas dunia. Semisal anak kelas 2 SD, berusia sekitar 7--8 tahun, adalah kelompok usia yang sedang mengembangkan rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, dan kreativitas.  yang umumnya berusia sekitar 7--8 tahun, berada pada tahap perkembangan yang disebut usia pertengahan anak-anak atau middle childhood dalam istilah psikologi perkembangan. Pada tahap ini: Kognitif: Anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir logis dan memahami hubungan sebab-akibat. Menurut teori perkembangan kognitif Jean Piaget, mereka berada dalam tahap operasional konkret, di mana mereka dapat memecahkan masalah yang melibatkan situasi nyata dan konkret tetapi belum sepenuhnya berpikir abstrak. Emosional dan Sosial: Anak-anak pada usia ini mulai membangun rasa tanggung jawab, bekerja sama, dan mengenali perasaan orang lain, yang merupakan fondasi keterampilan sosial. Fisik: Mereka juga menunjukkan perkembangan motorik halus dan kasar yang lebih baik, seperti kemampuan menggambar detail, menulis, atau bermain olahraga.

Istilah Lain yang Berkaitan: 1) Usia Emas untuk Pembelajaran (Golden Age): Disebut demikian karena otak anak sangat plastis dan dapat menyerap informasi dengan cepat; 2) Usia Sekolah Awal (Early School Age): Menandakan transisi dari bermain bebas menuju pembelajaran formal yang terstruktur. Pada tahap ini, pendekatan pembelajaran yang mendalam dan menyenangkan, seperti joyful learning atau deep learning, sangat penting untuk memaksimalkan potensi anak.

Namun, pendekatan pembelajaran tradisional yang berfokus pada hafalan seringkali menghambat potensi mereka untuk berkembang lebih jauh. Paul Ramsden, melalui model pembelajaran deep learning, menawarkan pendekatan yang mendalam dan kolaboratif. Model ini mendorong eksplorasi aktif, pemahaman mendalam, dan penerapan pengetahuan dalam situasi nyata. Sayangnya, praktik di lapangan menunjukkan GAP antara pendekatan pembelajaran yang efektif dengan implementasinya, khususnya di pendidikan dasar. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan wawasan strategis bagi pemangku kepentingan pendidikan kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidik, dalam menerapkan pendekatan deep learning guna membangun fondasi kuat menuju visi Indonesia Emas 2045. Berikut Strategi Implementasi Deep Learning Model Paul Ramsden; untuk Pendidikan Dasar: Membangun Fondasi di Era 5.0: 

Pertama: Membangun Rasa Ingin Tahu: Proyek Kreatif; Anak kelas 2 SD memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Proyek kreatif, seperti membuat poster atau buku tentang hewan peliharaan, memungkinkan mereka mengeksplorasi topik menarik dengan cara yang menyenangkan. Selain itu, kegiatan ini mengasah keterampilan riset, kreativitas, dan presentasi.

Kedua: Kontekstualisasi Materi: Pembelajaran Berbasis Permainan; Permainan edukatif seperti menghitung koin dapat membantu siswa memahami konsep dasar matematika secara kontekstual. Dengan cara ini, pembelajaran terasa relevan dan bermakna, memotivasi siswa untuk terlibat lebih aktif.

Ketiga: Meningkatkan Keterampilan Bahasa: Cerita Bergilir; Kegiatan bercerita bergilir mendorong kreativitas sekaligus meningkatkan keterampilan berbicara dan mendengarkan. Setiap siswa menyumbang satu kalimat untuk membangun cerita bersama, memperkuat kemampuan berpikir kritis dan kerja tim.

Keempat: Mengembangkan Pemikiran Kritis: Diskusi Kelas; Diskusi tentang buku cerita memberikan ruang bagi siswa untuk memahami tema, karakter, dan pesan moral. Aktivitas ini melatih siswa mengemukakan pendapat, menghargai perspektif orang lain, dan berpikir kritis terhadap berbagai interpretasi.

Kelima: Refleksi Diri: Menggambar dan Menulis; Memberikan waktu refleksi setelah pelajaran memungkinkan siswa memahami apa yang telah dipelajari. Mereka dapat menggambar atau menulis satu ide utama yang mereka sukai. Aktivitas ini membantu siswa menginternalisasi pembelajaran dan mengembangkan pemahaman mendalam.

Keenam: Eksplorasi Alam: Belajar dari Lingkungan Sekitar; Mengunjungi taman atau kebun sekolah memberi siswa kesempatan untuk belajar secara langsung tentang ekosistem. Pengamatan langsung dan diskusi setelahnya mengasah rasa ingin tahu, kemampuan bertanya, dan pemahaman ilmiah.

Singktnya model pendekatan deep learning pada anak kelas 2 SD menciptakan pengalaman belajar yang interaktif, kolaboratif, dan mendalam. Hal ini tidak hanya membantu siswa memahami konsep secara lebih baik, tetapi juga menumbuhkan keterampilan penting seperti kreativitas, berpikir kritis, dan kolaborasi. untuk hal itu, maka pra pemangku Kepentingan, perlu melakukkan upaya-upaya yang strategis, diantaranya: 1) Kepala Sekolah: -Mendukung implementasi kurikulum berbasis proyek dan eksplorasi, dan menyediakan pelatihan untuk guru agar dapat menggunakan metode deep learning secara efektif; 2) Guru: -Mengintegrasikan permainan, proyek kreatif, dan diskusi kelas ke dalam pembelajaran sehari-hari, dan Mendorong siswa untuk aktif bertanya dan berkolaborasi dengan teman sekelas. 3) Tenaga Kependidikan: -Menyediakan fasilitas pendukung seperti media belajar interaktif dan ruang eksplorasi, dan Memastikan lingkungan sekolah mendukung pembelajaran berbasis deep learning.

Dengan penerapan yang strategis, pendekatan deep learning dapat menjadi dasar penting untuk membangun generasi emas Indonesia yang kreatif, inovatif, dan siap bersaing di era 5.0. Kolaborasi semua pihak sangat diperlukan untuk mewujudkan pendidikan yang bermakna bagi masa depan bangsa. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun