2) Penyediaan program magang dan mentoring: Gen Z dapat mengembangkan keterampilan praktis melalui pengalaman langsung di perusahaan; 3) Kolaborasi dalam inovasi pembelajaran: Contohnya, industri dapat mendukung pengembangan aplikasi pembelajaran atau menyediakan platform pembelajaran online gratis.
Ketiga: Peran Guru: Adopsi Teknologi dan Pembelajaran Inovatif; Guru adalah ujung tombak transformasi pendidikan. Untuk menghadapi era 5.0, guru perlu: 1) Mengikuti pelatihan rutin: Pelatihan teknologi digital dan metodologi pembelajaran berbasis teknologi, seperti flipped classroom atau gamifikasi.
2) Meningkatkan literasi digital: Memanfaatkan alat digital seperti Learning Management System (LMS) dan alat analitik untuk memahami kebutuhan siswa. 3) Mendorong pembelajaran kolaboratif: Guru dapat menggunakan teknologi untuk membangun komunitas pembelajaran di mana siswa dapat berbagi dan belajar bersama.
Pada prinsipnya, Kolaborasi antara guru, pemerintah, dan industri menjadi pilar utama untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang adaptif terhadap transformasi digital. Pemerintah harus mengutamakan kebijakan dan infrastruktur yang mendukung, industri perlu terlibat aktif dalam menyelaraskan kebutuhan pasar dengan kurikulum, dan guru perlu terus meningkatkan kompetensinya.
Untuk para pendidik nasional, langkah nyata yang dapat diambil adalah: 1) Berpartisipasi dalam pelatihan berbasis teknologi yang diselenggarakan pemerintah atau industri. 2) Menjadi fasilitator dalam pembelajaran kolaboratif berbasis teknologi. 3) Mengadvokasi kebutuhan transformasi digital kepada pemangku kebijakan di wilayah masing-masing.
Dengan strategi kolaborasi ini, talenta muda Indonesia akan siap menjadi agen perubahan yang tidak hanya mampu bersaing tetapi juga memimpin inovasi di era 5.0.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H