Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menanamkan Nilai Kemersamaan melalui Pendidikan, Kunci Membangun Generasi Unggul Indonesia Emas 2045

16 November 2024   22:13 Diperbarui: 16 November 2024   22:41 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok. Kiriman MTs. Matlaul Anwar Pamentasan Kabupaten Bandung Upaca Peringatan Hari Pahlawan Nasional sekaligus Upacara Bendera Senin 11 Nopember 2024

Menanamkan Nilai Kebersamaan melalui Pendidikan: Kunci Membangun Generasi Unggul Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Era 5.0 menghadirkan berbagai tantangan bagi generasi muda, termasuk peningkatan individualisme dan kurangnya empati di masyarakat. Dalam konteks Indonesia yang kaya keberagaman, tantangan ini menjadi ancaman bagi persatuan dan pembangunan bangsa. 

Menurut teori pembangunan manusia, pendidikan tidak hanya bertujuan mencerdaskan, tetapi juga membentuk karakter yang mampu hidup berdampingan. Namun, data menunjukkan kesenjangan dalam penerapan nilai kebersamaan di institusi pendidikan, menciptakan gap antara kebutuhan sosial dan implementasi pembelajaran karakter. 

Tulisan ini penting untuk menunjukkan bahwa pendidikan berbasis nilai kebersamaan adalah strategi kunci untuk membangun Gen Z sebagai generasi yang tidak hanya kompeten, tetapi juga berkarakter inklusif, siap menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut ini adalah eksplorasi lebih lanjut mengenai Menanamkan Nilai Kebersamaan melalui Pendidikan:

Pertama: Integrasi Kebersamaan dalam Kurikulum Pendidikan; Kurikulum pendidikan perlu menekankan nilai kebersamaan melalui pelajaran yang menanamkan empati, kepedulian, dan toleransi. 

Misalnya, kegiatan seperti project-based learning yang melibatkan kerja tim lintas budaya dan agama dapat mengasah keterampilan kolaborasi dan pemahaman keberagaman. Selain itu, program seperti peace education dapat menjadi bagian dari materi pembelajaran wajib.

Kedua: Peran Guru Sebagai Teladan Kebersamaan; Guru adalah pilar utama dalam membangun nilai kebersamaan. Mereka tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga panutan dalam perilaku sehari-hari. Guru yang memperlihatkan sikap terbuka, mendukung keberagaman, dan mendorong dialog dapat menjadi inspirasi bagi siswa untuk mengadopsi nilai kebersamaan dalam kehidupan mereka.

Ketiga: Pendidikan Berbasis Pengalaman; Program seperti kegiatan live-in, pelatihan kepemimpinan, atau pengabdian masyarakat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk memahami pentingnya kerja sama dan kepedulian sosial. Melalui interaksi langsung dengan masyarakat yang beragam, siswa dapat belajar nilai empati dan membangun solidaritas.

Keempat: Penggunaan Teknologi untuk Mendukung Kolaborasi; Di era digital, teknologi dapat menjadi alat untuk menanamkan nilai kebersamaan. Platform pembelajaran daring yang menghubungkan siswa dari berbagai latar belakang memungkinkan mereka berkolaborasi dalam proyek-proyek global. Misalnya, kompetisi inovasi atau hackathon yang melibatkan tim lintas negara dapat memperkuat nilai kebersamaan sekaligus mempersiapkan siswa menghadapi era globalisasi.

Kelima: Peran Orang Tua dan Komunitas; Orang tua dan komunitas memiliki peran penting dalam mendukung pendidikan kebersamaan. Keluarga dapat menjadi tempat pertama bagi anak belajar tentang toleransi dan kerja sama. Komunitas lokal, seperti organisasi pemuda atau lembaga sosial, juga dapat menyelenggarakan kegiatan yang mendorong nilai kebersamaan, seperti gotong royong atau dialog lintas budaya.

Pendidikan yang menanamkan nilai kebersamaan adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan era 5.0 dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. 

Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan komunitas: 1) Pemerintah harus mengintegrasikan nilai kebersamaan dalam kurikulum pendidikan nasional; 2) Guru perlu dilatih secara khusus untuk menjadi teladan dalam menanamkan nilai kebersamaan. 

3) Institusi pendidikan harus mengadakan lebih banyak program berbasis pengalaman untuk meningkatkan empati dan kerja sama siswa; 4) Teknologi harus dimanfaatkan untuk menciptakan ruang kolaborasi lintas budaya dan negara; 5) Keterlibatan aktif orang tua dan komunitas perlu ditingkatkan melalui program-program sosial yang mendukung pendidikan kebersamaan.

Dengan pendidikan berbasis nilai kebersamaan, Indonesia akan memiliki generasi muda yang siap membangun bangsa menuju kejayaan di era 2045. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun