Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harapan dan Optimisme Membangun Talenta Muda Menuju Indonesia Emas 2045

26 Oktober 2024   16:27 Diperbarui: 26 Oktober 2024   17:19 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harapan dan Optimisme Membangun Talenta Muda Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdina

Wisuda ke-100 UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi momentum bersejarah yang mencerminkan harapan dan optimisme bagi para lulusan dalam menghadapi era Society 5.0. Pada masa ini, lulusan perguruan tinggi dituntut untuk memiliki kemampuan adaptif, inovatif, dan berpikiran maju agar dapat berkontribusi pada Indonesia Emas 2045.
Teori psikologi positif menyatakan bahwa harapan dan optimisme adalah modal mental yang mampu memperkuat daya tahan seseorang dalam menghadapi tantangan. Dalam konteks pendidikan tinggi, kedua nilai ini juga penting untuk membekali lulusan dalam berperan aktif dan menjadi motor penggerak pembangunan bangsa. Namun, belum semua lulusan memiliki keyakinan dan persiapan mental yang memadai untuk menghadapi ketidakpastian era 5.0. Dalam situasi ini, penting untuk memperkuat pendidikan karakter melalui nilai harapan dan optimisme yang relevan dengan tuntutan zaman, sehingga lulusan dapat lebih percaya diri dan tangguh menghadapi dunia kerja serta memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Berikut adalah lima konten dari Nilai Edukasi Lebih Operasional dari Harapan dan Optimisme:

Pertama: Optimisme sebagai Landasan Adaptabilitas dalam Era 5.0; Optimisme memfasilitasi lulusan untuk selalu berpikiran positif dalam merespons tantangan baru, terutama yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi dan pasar global di era 5.0. Dengan mengutamakan optimisme, lulusan dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi kompleksitas dunia industri, menjadikannya modal dasar untuk beradaptasi secara lebih lincah dan fleksibel.

Kedua: Harapan Sebagai Visi Jangka Panjang untuk Peran Bangsa; Harapan bukan sekadar cita-cita pribadi tetapi juga semangat kolektif yang akan menjadi kekuatan bagi bangsa. Dengan harapan yang kuat, lulusan diharapkan mampu memiliki visi jangka panjang yang terstruktur untuk menyongsong masa depan. Semangat ini berfungsi sebagai landasan dalam perencanaan dan pembentukan tujuan yang signifikan, baik untuk pengembangan diri maupun pembangunan Indonesia.

Ketiga: Membentuk Pemikiran Visioner yang Progresif; Harapan yang dibangun dengan strategi berpikir visioner dapat mengasah lulusan untuk berpikir jauh ke depan. Dalam hal ini, mereka perlu dilatih untuk menyusun rencana yang realistis namun progresif, sehingga setiap tindakan memiliki arah yang jelas. Melalui pemikiran yang visioner, lulusan akan lebih siap menghadapi dinamika pekerjaan serta mampu menciptakan solusi inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Keempat: Optimisme dalam Menerima Perubahan dan Inovasi; Di era Society 5.0, dunia kerja menuntut lulusan untuk lebih terbuka terhadap perubahan dan inovasi. Melalui optimisme, lulusan dapat menerima perubahan secara positif dan lebih berani dalam mengembangkan keterampilan baru. Ini juga berarti terbuka terhadap berbagai sudut pandang serta teknologi baru yang relevan dengan profesi mereka. Pendidikan tinggi diharapkan terus memperkuat sikap ini agar lulusan lebih siap berkolaborasi dan berkompetisi.

Kelima: Harapan sebagai Dorongan untuk Mencapai Potensi Maksimal; Harapan mendorong lulusan untuk senantiasa mengembangkan diri dan mencapai potensi terbaik mereka. Dengan landasan harapan, lulusan tidak hanya fokus pada hasil tetapi juga proses pembelajaran yang berkelanjutan. Sikap ini tidak hanya relevan dalam dunia kerja, tetapi juga menjadi modal bagi mereka dalam mengelola dan berkontribusi pada tantangan sosial di Indonesia.

Harapan dan optimisme menjadi nilai fundamental bagi lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk membangun kepercayaan diri dalam menghadapi era Society 5.0 serta berperan dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Dengan harapan yang mengarahkan visi jangka panjang dan optimisme sebagai modal dalam menghadapi ketidakpastian, lulusan memiliki peluang lebih besar untuk memberikan dampak positif bagi pembangunan bangsa. Untuk hal itu Pendidikan tinggi perlu terus mengintegrasikan pengembangan karakter harapan dan optimisme dalam kurikulum. Program yang mendukung pembentukan visi dan adaptabilitas, seperti pelatihan berpikir visioner dan pengembangan keterampilan soft skills, penting untuk dihadirkan secara berkesinambungan. Hal ini akan memperkuat mentalitas lulusan sebagai agen perubahan yang siap berinovasi dan berkolaborasi untuk membangun Indonesia yang maju dan berdaya saing di tahun 2045. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun