Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Santri dan Kemandirian Ekonomi, Pilar Kewirausahaan Menyongsong Indonesia Emas 2045

22 Oktober 2024   15:11 Diperbarui: 22 Oktober 2024   16:38 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Santri dan Kemandirian Ekonomi: Pilar Kewirausahaan Menyongsong Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Indonesia sedang menuju masa yang dikenal sebagai bonus demografi, di mana mayoritas populasi berada dalam usia produktif. Kondisi ini memberikan peluang besar untuk mengakselerasi pembangunan ekonomi, namun juga menuntut kesiapan generasi muda dalam menciptakan lapangan kerja dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. 

Santri, sebagai bagian dari generasi muda yang dibentuk oleh pendidikan agama di pesantren, memiliki potensi untuk menjadi penggerak kemandirian ekonomi.

 Sayangnya, masih terdapat kesenjangan antara pendidikan kewirausahaan dan peluang ekonomi yang bisa diakses oleh santri. 

Oleh karena itu, penting untuk membahas bagaimana kemandirian ekonomi dapat diperkuat di kalangan santri agar mereka dapat berperan lebih signifikan dalam membangun bangsa menuju Indonesia Emas 2045.  Berikut adalah lima konten dari Santri dan Kemandirian Ekonomi: Pilar Kewirausahaan Menyongsong Indonesia Emas 2045:

Pertama: Pendidikan Kewirausahaan di Pesantren; Pesantren memiliki peran yang strategis dalam membentuk karakter santri, tidak hanya dalam aspek keagamaan tetapi juga kemandirian ekonomi. Saat ini, semakin banyak pesantren yang mulai mengajarkan keterampilan kewirausahaan, seperti pengelolaan bisnis, manajemen keuangan, dan pemasaran. 

Dengan pendidikan yang memadukan nilai-nilai agama dan keterampilan praktis, santri dibekali dengan pengetahuan yang memungkinkan mereka memulai usaha sendiri setelah menyelesaikan pendidikan. 

Pesantren dapat mengembangkan kurikulum yang lebih terintegrasi dengan program kewirausahaan, misalnya melalui inkubator bisnis berbasis pesantren yang mendukung inovasi dan kreativitas santri.

Kedua: Membangun Pola Pikir Inovatif; Di era Revolusi Industri 4.0, inovasi menjadi kunci utama dalam menciptakan kesuksesan ekonomi. Santri perlu diajarkan untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan dunia usaha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun