Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memisahkan Kehidupan Pribadi dan Profesional di Media Sosial

15 Oktober 2024   06:04 Diperbarui: 15 Oktober 2024   06:09 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kerjo, tersedia di kerjoo.com

Memisahkan Kehidupan Pribadi dan Profesional di Media Sosial: Kunci Etika Guru dalam Membangun Talenta Muda Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Media sosial telah menjadi salah satu alat komunikasi yang banyak digunakan oleh guru dan siswa di era digital ini. Guru dapat memanfaatkan platform ini untuk memperkuat pembelajaran dan membina talenta muda. Namun, potensi masalah muncul ketika batas antara kehidupan pribadi dan profesional menjadi kabur. Secara teori, menjaga etika profesionalitas dalam berinteraksi di media sosial adalah salah satu komponen utama dari etika digital. Guru yang tidak memisahkan kehidupan pribadi dan profesional melalui media sosial berisiko menghadapi berbagai masalah, seperti pelanggaran privasi atau menurunnya rasa hormat dari siswa. GAP yang sering terjadi adalah kurangnya kesadaran mengenai bagaimana menjaga batasan tersebut, khususnya dalam konteks pendidikan. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan panduan praktis bagi guru dalam memisahkan kehidupan pribadi dan profesional di media sosial, yang sangat penting dalam pengembangan talenta muda menuju Indonesia Emas 2045. Berikut adalah lima konten operasional teknis tentang memisahkan kehidupan pribadi dan profesional bagi guru di media sosial:

Pertama: Membuat Akun Terpisah untuk Kehidupan Pribadi dan Profesional;  Guru harus memiliki dua akun media sosial yang terpisah satu untuk kehidupan pribadi dan satu lagi untuk keperluan profesional. Akun profesional digunakan untuk berinteraksi dengan siswa, berbagi materi pembelajaran, dan mengembangkan diskusi yang relevan dengan bidang pendidikan. Akun pribadi, di sisi lain, sebaiknya tidak diakses oleh siswa dan digunakan hanya untuk lingkaran keluarga atau teman dekat.

Kedua: Menyaring Konten yang Dibagikan di Akun Pribadi; Konten di akun pribadi sering kali bersifat lebih santai dan pribadi. Namun, bagi guru, penting untuk menyadari bahwa apa yang diposting di media sosial dapat dengan mudah menyebar. Guru perlu lebih berhati-hati dalam membagikan informasi atau opini pribadi, terutama yang sensitif, agar tidak menimbulkan dampak negatif pada hubungan profesionalnya dengan siswa dan kolega.

Ketiga: Memastikan Akun Pribadi Tetap Tertutup atau Private; Salah satu cara untuk melindungi kehidupan pribadi guru adalah dengan memastikan pengaturan privasi pada akun pribadi selalu diatur ke "private" atau tertutup. Dengan demikian, hanya orang-orang yang benar-benar diizinkan yang dapat melihat konten tersebut. Langkah ini juga mencegah siswa atau orang tua siswa mengakses informasi pribadi guru yang mungkin tidak sesuai dengan hubungan profesional.

Keempat: Membatasi Interaksi Pribadi dengan Siswa di Media Sosial; Interaksi yang terlalu pribadi dengan siswa di media sosial dapat melanggar batasan profesional. Guru harus tetap menjaga komunikasi yang formal dan terkait dengan hal-hal akademik. Menerima permintaan pertemanan dari siswa di akun pribadi sebaiknya dihindari, atau jika memang diperlukan, guru dapat menggunakan akun profesionalnya untuk berinteraksi dengan siswa agar hubungan tetap profesional dan terjaga dengan baik.

Kelima: Menggunakan Akun Profesional sebagai Sumber Inspirasi dan Edukasi; Akun profesional guru di media sosial dapat dimanfaatkan sebagai alat pengembangan talenta muda. Di sini, guru dapat berbagi metode pembelajaran, berbagi artikel inspiratif, dan berdiskusi dengan siswa mengenai topik-topik pendidikan. Dengan mengelola akun ini secara profesional, guru dapat memberikan teladan kepada siswa dalam menggunakan media sosial secara positif dan produktif.

Memisahkan kehidupan pribadi dan profesional di media sosial adalah langkah penting bagi guru dalam menjaga profesionalitas dan integritas di era digital. Dengan mempraktikkan lima langkah teknis ini, memisahkan akun, menyaring konten, menjaga privasi, membatasi interaksi pribadi, dan memanfaatkan akun profesional untuk edukasi guru dapat membangun relasi yang lebih sehat dengan siswa dan memberikan contoh yang baik dalam penggunaan media sosial.

Untuk mendukung upaya ini, pihak sekolah dan lembaga pendidikan harus menyediakan pedoman jelas tentang penggunaan media sosial yang etis bagi guru. Pelatihan tentang etika digital dan privasi di media sosial juga perlu diadakan secara berkala untuk memperkuat kesadaran guru dalam menghadapi era teknologi ini. Hanya dengan menjaga batasan profesionalitas, guru dapat berperan optimal dalam mengembangkan talenta muda Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun