Memperkuat Kolaborasi Talenta Muda melalui Pengembangan Sistem Penilaian Kolaboratif
Oleh: A. Rusdiana
Bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya sebagai negara maju pada tahun 2045, yang dikenal sebagai Indonesia Emas.
Dalam menghadapi peluang ini, institusi pendidikan memiliki peran penting dalam mencetak talenta muda yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga mampu berkolaborasi secara efektif. Sayangnya, evaluasi kinerja mahasiswa dalam sistem pendidikan saat ini masih sering berfokus pada penilaian individu, bukan kolaborasi tim. Inilah celah yang perlu diperbaiki.
Teori kolaborasi menyatakan bahwa bekerja dalam tim memungkinkan berbagai perspektif untuk bersinergi, menciptakan solusi yang lebih inovatif dan efektif. Namun, tanpa sistem penilaian yang baik, kemampuan berkolaborasi sulit diukur dan dikembangkan secara optimal. Maka, penting untuk mengembangkan sistem penilaian kolaboratif berbasis teknologi yang lebih transparan dan komprehensif.
Tulisan ini membahas pentingnya integrasi platform digital untuk penilaian kolaboratif dalam mendukung pengembangan talenta muda, khususnya melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Berikut lima langkah operasional teknis yang dapat Mengembangkan Sistem Penilaian Kolaboratif:
Pertama: Penggunaan Teknologi untuk Transparansi Penilaian; Platform digital dapat memberikan transparansi dalam proses penilaian kolaboratif dengan mencatat kontribusi setiap anggota tim secara real-time.
Sistem ini memungkinkan dosen dan mentor MBKM untuk melihat dan mengevaluasi secara lebih akurat sejauh mana mahasiswa berpartisipasi dalam proyek tim. Teknologi ini juga memungkinkan mahasiswa memberikan penilaian terhadap rekan satu tim mereka, menciptakan evaluasi yang lebih menyeluruh.
Kedua: Pengukuran Soft Skills Melalui Evaluasi Kolaboratif; Salah satu kekurangan sistem penilaian tradisional adalah sulitnya mengukur soft skills seperti kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama. Dengan sistem penilaian kolaboratif, soft skills dapat dinilai berdasarkan kontribusi nyata dalam proyek tim.
Sebagai contoh, mahasiswa yang sering mengambil inisiatif, membantu menyelesaikan konflik, atau menjadi penghubung antaranggota tim dapat dikenali dan diapresiasi melalui teknologi yang mendukung penilaian ini. Hal ini akan membuat mereka lebih siap menghadapi dunia kerja yang sangat menuntut keterampilan tersebut.
Ketiga: Mempersiapkan Talenta Muda untuk Era Industri 4.0; Dalam era Industri 4.0, kolaborasi tidak hanya terjadi secara fisik tetapi juga dalam ruang digital. Sistem penilaian kolaboratif yang berbasis platform digital akan membantu mahasiswa mempersiapkan diri untuk kolaborasi lintas negara, budaya, dan waktu.
Ini akan menjadi bekal penting bagi mereka yang nantinya bekerja dalam lingkungan global di era revolusi digital. Mereka akan belajar bagaimana membagi tugas, mengatur waktu, dan berkomunikasi secara efektif dalam konteks digital.
Keempat: Mendorong Evaluasi yang Lebih Holistik di MBKM; Salah satu keunggulan program MBKM adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk terjun langsung ke dunia kerja melalui magang, proyek sosial, atau penelitian.
Namun, agar evaluasi pengalaman ini lebih komprehensif, diperlukan sistem yang mampu menilai kinerja mahasiswa secara menyeluruh, termasuk kemampuan berkolaborasi. Dengan integrasi platform penilaian kolaboratif, MBKM dapat memberikan umpan balik yang lebih lengkap, tidak hanya dari sisi pencapaian akademis, tetapi juga bagaimana mahasiswa bekerja dalam tim dan menyelesaikan masalah secara kolektif.
Kelima: Mengatasi Tantangan Plagiasi dan Kejujuran Akademik; Sistem penilaian kolaboratif berbasis teknologi juga dapat membantu mengurangi plagiasi dan meningkatkan kejujuran akademik. Dengan adanya pelacakan kontribusi secara real-time, setiap mahasiswa akan bertanggung jawab atas perannya dalam tim.
Sistem ini juga memungkinkan untuk mendeteksi kesamaan pekerjaan di antara anggota tim, sehingga mencegah adanya peniruan pekerjaan yang tidak jujur. Selain itu, mahasiswa akan lebih terdorong untuk berkontribusi secara nyata karena kontribusi mereka dapat dipantau dan dievaluasi secara objektif.
Singkatnya, sistem penilaian kolaboratif berbasis platform digital memiliki potensi besar untuk mendukung pengembangan talenta muda yang siap bersaing di dunia kerja dan berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Program MBKM dapat memanfaatkan teknologi ini untuk memberikan evaluasi yang lebih holistik, yang tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga kemampuan kolaboratif mahasiswa.
Dalam menghadapi era Industri 4.0 dan bonus demografi 2030, kolaborasi akan menjadi salah satu kunci kesuksesan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
Sebagai rekomendasi, institusi pendidikan dan pembina MBKM perlu segera mengintegrasikan platform ini untuk meningkatkan efektivitas penilaian. Selain itu, evaluasi yang holistik harus terus dikembangkan dengan fokus pada kemampuan kolaboratif sebagai salah satu indikator keberhasilan.
Dengan demikian, talenta muda Indonesia dapat tumbuh sebagai individu yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga mampu berkolaborasi secara efektif dalam menghadapi tantangan global.
Wallahu A'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H