Persiapan Talenta Muda Menghadapi Era Bonus Demografi melalui Program MBKM
Oleh: A. Rusdiana
Bonus demografi yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 merupakan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Dengan proporsi penduduk usia produktif yang lebih besar, Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi jika dapat memanfaatkan SDM yang berkualitas. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menjadi salah satu inisiatif pemerintah untuk mempersiapkan talenta muda menghadapi era ini. Berlandaskan nilai-nilai Pancasila, MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan, wawasan global, dan jiwa kepemimpinan. Namun, terdapat GAP antara kesiapan mahasiswa saat ini dengan kompetensi yang dibutuhkan di era global. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk membahas pentingnya persiapan talenta muda melalui MBKM untuk menghadapi bonus demografi dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Untuk lembih mendalami dan memahami kepentingan itu, mari kita brake down satu persatu:
Pertama: Program Magang sebagai Sarana Pengembangan Keterampilan Kerja; Salah satu pilar utama MBKM adalah program magang yang memungkinkan mahasiswa untuk terjun langsung ke dunia kerja. Magang memberikan mahasiswa pengalaman praktis, keterampilan teknis, dan pengetahuan tentang budaya kerja profesional. Selain itu, magang membantu mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari di kampus ke situasi nyata di industri. Pengalaman ini penting untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, sehingga mahasiswa lebih siap memasuki dunia kerja setelah lulus. Dengan keterlibatan aktif alumni sebagai mentor di tempat magang, mahasiswa juga bisa mendapatkan arahan langsung tentang tantangan di lapangan.
Kedua: Pertukaran Pelajar untuk Meningkatkan Wawasan Global; Dalam era globalisasi, memiliki wawasan global dan kemampuan beradaptasi di lingkungan internasional sangat penting. MBKM memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengikuti program pertukaran pelajar, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Program ini tidak hanya memperkaya pengetahuan akademik mahasiswa, tetapi juga meningkatkan kemampuan interaksi lintas budaya dan memahami berbagai perspektif global. Pertukaran pelajar memungkinkan mahasiswa untuk membangun jejaring internasional yang bermanfaat bagi karier mereka di masa depan. Selain itu, pengalaman ini menumbuhkan sikap inklusif, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan, yang merupakan nilai-nilai utama Pancasila.
Ketiga: Proyek Desa untuk Membangun Empati Sosial dan Kepemimpinan; MBKM juga menyediakan program proyek desa yang berfokus pada pengabdian masyarakat. Mahasiswa diajak untuk terlibat langsung dalam menyelesaikan permasalahan di desa, mulai dari pembangunan infrastruktur hingga peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan. Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya mengasah keterampilan teknis mereka, tetapi juga membangun empati sosial dan kepemimpinan. Mereka belajar untuk memahami kebutuhan masyarakat, berkomunikasi dengan berbagai pihak, dan menciptakan solusi yang berkelanjutan. Proyek desa juga mengajarkan mahasiswa nilai gotong royong, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama, yang sejalan dengan semangat Pancasila.
Keempat: Pengembangan Soft Skills melalui Kolaborasi Lintas Bidang; Kolaborasi lintas bidang menjadi salah satu cara untuk memperkuat soft skills mahasiswa. Dalam program MBKM, mahasiswa dari berbagai jurusan dapat bekerja sama dalam satu proyek. Misalnya, mahasiswa teknik dapat bekerja dengan mahasiswa ekonomi dalam mengembangkan solusi untuk tantangan industri yang kompleks. Melalui kolaborasi ini, mahasiswa belajar untuk berpikir kritis, memecahkan masalah secara kreatif, dan mengelola tim yang beragam. Soft skills seperti kemampuan komunikasi, kerja sama, dan adaptabilitas sangat dibutuhkan di dunia kerja modern, dan kolaborasi lintas bidang memberikan mahasiswa pengalaman langsung dalam mengembangkan keterampilan tersebut.
Kelima: Peningkatan Jiwa Kepemimpinan dan Kemandirian; Selain keterampilan teknis dan soft skills, MBKM juga berperan dalam membentuk jiwa kepemimpinan dan kemandirian mahasiswa. Melalui berbagai program, mahasiswa didorong untuk mengambil inisiatif, memimpin proyek, dan bertanggung jawab atas keputusan yang mereka buat. Keterlibatan mahasiswa dalam proyek-proyek sosial, penelitian, dan magang memberikan mereka ruang untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan yang dibutuhkan di masa depan. Kemandirian dalam mengambil keputusan dan mengelola proyek ini sangat relevan dalam menciptakan pemimpin-pemimpin masa depan yang siap menghadapi era bonus demografi dan tantangan global.
Persiapan talenta muda menghadapi bonus demografi 2030 sangatlah penting, mengingat potensi besar yang dapat diperoleh jika generasi ini dipersiapkan dengan baik. Program MBKM, dengan pendekatan berbasis Pancasila, memberikan landasan yang kuat untuk mengembangkan keterampilan teknis, soft skills, wawasan global, serta jiwa kepemimpinan yang dibutuhkan di era global. Untuk memperkuat implementasi MBKM, institusi pendidikan harus semakin aktif melibatkan mahasiswa dalam program magang, pertukaran pelajar, proyek desa, dan kolaborasi lintas bidang. Dengan demikian, talenta muda Indonesia akan siap menjadi motor penggerak ekonomi yang berdaya saing global, membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H