Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kolaborasi dengan Alumni dan Mentor: Strategi Adaptasi Mahasiswa dalam MBKM untuk Menghadapi Bonus Demografi 2030

13 September 2024   22:30 Diperbarui: 13 September 2024   22:31 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kolaborasi dengan Alumni dan Mentor: Strategi Adaptasi Mahasiswa dalam MBKM untuk Menghadapi Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mendominasi struktur populasi. Fenomena ini menghadirkan peluang sekaligus tantangan bagi bangsa. Salah satu cara untuk memaksimalkan potensi bonus demografi adalah dengan mempersiapkan talenta muda melalui pendidikan yang adaptif dan relevan. Dalam konteks Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), kolaborasi dengan alumni dan mentor menjadi strategi kunci dalam membantu mahasiswa beradaptasi dengan perubahan di dunia kerja. Teori pembelajaran kolaboratif dan transfer pengetahuan menunjukkan bahwa dukungan dari mentor dan alumni dapat mempercepat proses belajar, meningkatkan relevansi, dan mengoptimalkan hasil belajar. Namun, ada GAP atau kesenjangan dalam hal pemanfaatan jaringan alumni dan mentor oleh mahasiswa MBKM. Tulisan ini penting untuk membahas bagaimana kolaborasi ini dapat meningkatkan talenta muda dan mempersiapkan mereka untuk bonus demografi 2030.

Pertama: Akses terhadap Pengetahuan Praktis dan Pengalaman Nyata
Salah satu manfaat utama dari kolaborasi dengan alumni dan mentor adalah akses langsung ke pengetahuan praktis dan pengalaman nyata di dunia kerja. Dalam MBKM, mahasiswa tidak hanya belajar secara teori, tetapi juga dari pengalaman individu yang sudah menghadapi dinamika industri. Alumni dapat berbagi tantangan yang mereka hadapi, solusi yang berhasil, dan cara-cara untuk tetap relevan di tengah perubahan industri. Hal ini membantu mahasiswa untuk lebih cepat memahami realitas kerja dan menyesuaikan ekspektasi mereka.

Kedua: Pembentukan Jaringan Profesional yang Lebih Kuat; Kolaborasi dengan alumni dan mentor juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk membangun jaringan profesional lebih awal. Jaringan ini tidak hanya bermanfaat untuk mencari pekerjaan di masa depan, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan informasi yang berkelanjutan. Dengan dukungan alumni, mahasiswa dapat mengeksplorasi berbagai jalur karier, memahami tren pasar tenaga kerja, dan mengidentifikasi peluang yang sesuai dengan keahlian mereka.

Ketiga: Pengembangan Soft Skills Melalui Asistensi dan Mentoring; Alumni dan mentor sering kali menjadi sumber utama dalam pengembangan soft skills, seperti komunikasi, kepemimpinan, dan manajemen waktu. Mahasiswa yang terlibat dalam program MBKM dan mendapatkan asistensi dari alumni atau mentor lebih mampu mengembangkan keterampilan ini dengan cepat. Hal ini sangat penting karena soft skills sering kali menjadi pembeda utama antara kandidat dalam proses seleksi kerja. Dengan adanya mentoring, mahasiswa dapat memperoleh umpan balik langsung, memperbaiki kekurangan, dan mempersiapkan diri lebih baik untuk tantangan karier ke depan.

Keempat: Adaptasi Lebih Cepat terhadap Perubahan Industri; Di era digital dan Revolusi Industri 4.0, industri mengalami perubahan cepat yang memengaruhi pola kerja dan kompetensi yang dibutuhkan. Kolaborasi dengan alumni dan mentor membantu mahasiswa MBKM untuk lebih cepat beradaptasi dengan perubahan ini. Melalui interaksi dan bimbingan, mereka dapat memahami tren teknologi terbaru, keterampilan yang paling dicari oleh perusahaan, dan strategi untuk tetap relevan di pasar kerja. Adaptasi ini penting untuk menghindari "skill gap" yang sering kali menjadi hambatan bagi lulusan baru.

Kelima: Perencanaan Karier yang Lebih Matang dan Terarah; Kolaborasi dengan alumni dan mentor memungkinkan mahasiswa untuk mendapatkan panduan langsung dalam merencanakan karier mereka. Banyak mahasiswa yang belum memiliki gambaran jelas tentang jalur karier yang ingin mereka tempuh. Dengan adanya mentor, mereka dapat mendiskusikan potensi karier, mengeksplorasi pilihan, dan merancang langkah-langkah konkret untuk mencapai tujuan mereka. Perencanaan karier yang matang dan terarah membantu mahasiswa untuk lebih percaya diri dan siap menghadapi pasar tenaga kerja.

Kolaborasi dengan alumni dan mentor dalam program MBKM terbukti memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa, mulai dari akses ke pengetahuan praktis hingga pengembangan soft skills yang esensial. Melalui kolaborasi ini, mahasiswa dapat beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan industri dan mempersiapkan diri untuk bonus demografi 2030. Rekomendasinya, universitas harus lebih proaktif dalam membangun platform yang memfasilitasi interaksi antara mahasiswa dengan alumni dan mentor. Selain itu, perlu adanya program pelatihan dan mentoring yang lebih terstruktur agar proses transfer pengetahuan dan pengalaman bisa berlangsung lebih efektif. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun