Sumber Hand Out Etikom, Tersedia di https://digilib.uinsgd.ac.id/42883/1/01_Ho-Etika-Komunikasi-Segan-202021-2022 digib.pdf
Menjaga Etika Komunikasi dan Sopan Santun dalam Interaksi: Membangun Talenta Muda melalui Program MBKM
Oleh: A. Rusdiana
Dalam menghadapi era bonus demografi 2030, Indonesia membutuhkan generasi muda yang tidak hanya cakap dalam keterampilan teknis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat. Salah satu aspek penting dari pengembangan karakter tersebut adalah kemampuan menjaga etiket dan sopan santun dalam setiap interaksi. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), dengan berbagai kegiatan seperti asistensi mengajar, menyediakan platform yang ideal bagi mahasiswa untuk mempraktikkan etiket profesional. Menjaga etiket di dunia pendidikan dan kerja melibatkan penghormatan terhadap rekan, atasan, serta siswa, yang berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang produktif dan kolaboratif.
Teori yang relevan di sini adalah teori etika profesional yang menekankan pentingnya sikap hormat dan sopan santun dalam membentuk reputasi individu dan keberhasilan jangka panjang. Namun, kesadaran mengenai pentingnya etiket dalam interaksi sering kali kurang diprioritaskan oleh mahasiswa dan talenta muda. GAP ini perlu dijembatani melalui peningkatan kesadaran dan penerapan prinsip-prinsip etiket profesional dalam setiap kesempatan interaksi.
Tulisan ini penting karena memberikan pemahaman tentang bagaimana menjaga etiket dan sopan santun dapat meningkatkan citra diri mahasiswa dan membangun karier yang sukses. Dengan mempersiapkan talenta muda dalam menjaga etiket, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk lebih memahami mengenai Komunikasi Efektif dalam Pengajaran, mari kita brake down, satu persatu:
Pertama: Menghormati Pendapat Orang Lain; Dalam interaksi profesional, salah satu prinsip utama yang harus dijaga adalah menghormati pendapat orang lain. Dalam program MBKM, mahasiswa sering kali terlibat dalam diskusi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dosen, rekan mahasiswa, dan siswa di sekolah. Menghargai perbedaan pendapat menunjukkan sikap keterbukaan dan kedewasaan yang diperlukan dalam dunia kerja. Dengan demikian, mahasiswa dapat membangun hubungan profesional yang kuat dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
Kedua: Menjaga Bahasa dan Komunikasi yang Sopan; Sopan santun dalam berbicara adalah cerminan profesionalitas seseorang. Dalam interaksi sehari-hari, terutama di lingkungan kerja atau pendidikan, menjaga bahasa yang baik sangat penting. Mahasiswa MBKM perlu belajar bagaimana menggunakan kata-kata yang tepat dan sopan, baik secara lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa yang sopan dan profesional akan meningkatkan citra diri mereka serta memperkuat hubungan dengan kolega dan atasan.
Ketiga: Menghindari Konflik dengan Pendekatan Diplomatis; Kemampuan menjaga etiket juga mencakup keterampilan mengelola konflik dengan pendekatan diplomatis. Ketika menghadapi perbedaan pandangan atau masalah, mahasiswa perlu menghindari konfrontasi yang keras dan memilih cara yang lebih diplomatis. Melalui program MBKM, mahasiswa dapat mempelajari cara berkomunikasi secara efektif untuk menyelesaikan permasalahan tanpa merusak hubungan kerja. Keterampilan ini sangat berharga di dunia profesional.
Keempat: Mematuhi Aturan dan Norma Profesional; Setiap lingkungan kerja atau pendidikan memiliki aturan dan norma yang harus diikuti. Mahasiswa yang terlibat dalam program MBKM perlu mematuhi aturan yang berlaku, baik di kampus maupun di sekolah tempat mereka melakukan asistensi mengajar. Mematuhi aturan ini menunjukkan integritas dan komitmen terhadap profesionalisme. Etiket yang baik bukan hanya tentang bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga tentang bagaimana kita menghormati aturan yang ada.
Kelima: Memberikan Umpan Balik dengan Bijaksana; Salah satu bentuk etiket dalam interaksi adalah kemampuan memberikan umpan balik dengan cara yang sopan dan konstruktif. Mahasiswa MBKM sering kali diminta untuk memberikan umpan balik kepada siswa atau rekan mereka. Kemampuan ini tidak hanya membantu dalam pengembangan individu lain, tetapi juga menunjukkan kemampuan kepemimpinan dan komunikasi yang baik. Memberikan kritik yang membangun adalah salah satu kunci menjaga hubungan profesional yang sehat.
Menjaga etika komunikasi dan sopan santun dalam interaksi merupakan aspek krusial dalam membangun karakter profesional talenta muda di era bonus demografi 2030. Melalui program MBKM, mahasiswa dapat mengasah keterampilan ini dengan menghormati pendapat orang lain, menjaga komunikasi yang sopan, menghindari konflik, mematuhi aturan, dan memberikan umpan balik yang bijaksana. Semua keterampilan ini penting dalam menciptakan citra diri yang positif dan membentuk lingkungan kerja yang produktif. Untuk meningkatkan etiket dan sopan santun dalam program MBKM, perguruan tinggi dan pihak-pihak terkait dapat memberikan pelatihan khusus tentang etiket profesional. Selain itu, mahasiswa perlu diberi kesempatan lebih banyak untuk terlibat dalam situasi kerja nyata sehingga mereka dapat mempraktikkan keterampilan ini. Dengan demikian, Indonesia akan memiliki generasi muda yang siap menghadapi tantangan global di masa depan. Wallahu A'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H