Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mempersiapkan Pemimpin Masa Depan yang Resilen: Kunci Sukses Menyonsong Bonus Demografi 2030

31 Agustus 2024   00:11 Diperbarui: 31 Agustus 2024   00:11 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: EXPERD https://www.experd.com/id/articles/2015/05/441/talenta-masa-depan. /(dimodifikasi dengan Logo HUT Kemerdekaan RI Ke 79)

Mempersiapkan Pemimpin Masa Depan yang Resilien: Kunci Sukses Menyongsong Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Di tengah perkembangan teknologi dan globalisasi yang cepat, Indonesia saat ini berada di titik krusial. Dengan 79 tahun merdeka, negara ini berada di ambang bonus demografi, yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Bonus demografi ini menghadirkan peluang besar bagi pembangunan ekonomi jika talenta muda dapat dimanfaatkan secara optimal. Namun, tantangan yang dihadapi oleh pemimpin masa depan semakin kompleks dan tidak dapat diprediksi, termasuk perubahan iklim, disrupsi teknologi, dan ketidakstabilan ekonomi global. Resiliensi diperkenalkan oleh Dr. Emmy Werner, seorang psikolog perkembangan, pada tahun 1970-an, adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan baik terhadap perubahan dan tantangan. Pemimpin yang resilien tidak hanya mampu bertahan dalam situasi sulit, tetapi juga berkembang dalam menghadapi ketidakpastian. Teori resiliensi dalam kepemimpinan menekankan pentingnya keterampilan berpikir kritis, adaptif, dan kemampuan untuk merancang solusi inovatif. Meskipun banyak pemuda Indonesia memiliki potensi resiliensi yang besar, masih terdapat kesenjangan dalam hal kesiapan menghadapi tantangan masa depan. Banyak dari mereka kurang dilatih dalam keterampilan yang relevan untuk menghadapi dunia kerja yang berubah cepat. Tulisan ini penting untuk memberikan panduan bagi para pemimpin dan pendidik dalam mengembangkan talenta muda yang resilien, yang tidak hanya mampu menyelesaikan masalah, tetapi juga mampu berinovasi di tengah ketidakpastian. Untuk lebih memahami mengenai Mempersiapkan Pemimpin Masa Depan yang Resilien, mari kita  brake down, satu persatu: 

Pertama: Mendorong Keterlibatan Aktif dalam Pemecahan Masalah; Pemimpin masa depan harus dilatih untuk menjadi pemecah masalah yang efektif. Mendorong talenta muda untuk aktif terlibat dalam memecahkan masalah nyata, baik di lingkungan sekolah maupun di komunitas, akan membekali mereka dengan keterampilan praktis dalam mengidentifikasi isu, menganalisis informasi, dan mengembangkan solusi yang inovatif. Program-program seperti hackathon, proyek sosial, dan kolaborasi lintas disiplin dapat menjadi platform untuk mengasah kemampuan ini.

Kedua: Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Adaptif; Di era digital ini, kemampuan untuk berpikir kritis adalah kunci. Talenta muda perlu dilatih untuk tidak hanya menerima informasi, tetapi juga menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan berdasarkan data yang ada. Selain itu, kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, baik dalam teknologi, pasar, maupun situasi sosial-politik, akan membantu mereka tetap relevan dan kompetitif. Pelatihan yang berfokus pada problem-based learning (PBL) dan experiential learning akan sangat bermanfaat.

Ketiga: Menanamkan Mindset Pertumbuhan (Growth Mindset); Resiliensi juga berakar pada mindset. Mindset pertumbuhan yang menekankan bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan melalui usaha dan pembelajaran adalah fondasi yang penting bagi pemimpin masa depan. Dengan menanamkan mindset ini, talenta muda akan lebih tangguh menghadapi kegagalan dan tantangan, serta terus berusaha untuk belajar dan berkembang. Pendekatan ini dapat diimplementasikan melalui pembelajaran berbasis proyek, refleksi diri, dan mentoring.

Keempat: Pelatihan Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi; Pemimpin yang resilien perlu memiliki keterampilan komunikasi yang kuat dan mampu bekerja sama dalam tim. Mendorong talenta muda untuk terlibat dalam kegiatan kolaboratif dan diskusi terbuka akan membantu mereka mengembangkan kemampuan ini. Pengalaman dalam proyek kelompok, debat, dan kegiatan organisasi dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengasah keterampilan komunikasi dan kolaborasi mereka.

Kelima: Mengintegrasikan Pendidikan Emosional dan Mental; Kesehatan mental dan emosional adalah elemen penting dari resiliensi. Program pelatihan pemimpin masa depan harus mengintegrasikan pendidikan emosional dan kesehatan mental untuk membantu talenta muda mengelola stres, meningkatkan empati, dan mengembangkan self-awareness. Teknik seperti mindfulness, manajemen stres, dan konseling dapat menjadi bagian dari kurikulum untuk mendukung kesejahteraan mental talenta muda.

Upaya, mempersiapkan pemimpin masa depan yang resilien adalah investasi strategis untuk masa depan Indonesia, terutama dalam menghadapi bonus demografi 2030. Melalui keterlibatan aktif dalam pemecahan masalah, pengembangan kemampuan berpikir kritis, penanaman mindset pertumbuhan, pelatihan komunikasi dan kolaborasi, serta pendidikan emosional, kita dapat membekali talenta muda dengan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian dan tantangan di masa depan.

Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, sektor swasta, dan organisasi masyarakat. Menerapkan program pendidikan dan pelatihan yang fokus pada pengembangan resiliensi, membangun ekosistem pendukung yang inklusif, dan memberikan akses kepada sumber daya yang diperlukan bagi talenta muda akan memastikan bahwa Indonesia siap menyongsong era bonus demografi dengan pemimpin masa depan yang resilien dan adaptif. Teori resiliensi dalam kepemimpinan menekankan pentingnya keterampilan berpikir kritis, adaptif, dan kemampuan untuk merancang solusi inovatif. Wallahu A'lam.

Mengasah talenta muda dengan keterampilan kritis dan adaptif adalah langkah penting untuk membentuk pemimpin masa depan yang siap menghadapi ketidakpastian dan tantangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun