Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Keterbukaan: Memahami dan Menghargai Sudut Pandang Lain untuk Mengisi 79 Tahun Merdeka Menuju Bonus Demografi 2030

20 Agustus 2024   00:08 Diperbarui: 20 Agustus 2024   00:45 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Biro Kesra birokesra.babelprov.go.id/-(dimodfikasi dg. Logo HUT RI ke 79).

Membangun Keterbukaan: Memahami dan Menghargai Sudut Pandang Lain untuk Mengisi 79 Tahun Indonesia Merdeka Menuju Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Indonesia, yang merayakan 79 tahun kemerdekaannya, berada di ambang era bonus demografi yang diproyeksikan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Talenta muda akan memegang peran krusial dalam memanfaatkan momentum ini. Namun, untuk mengoptimalkan potensi ini, keterampilan interpersonal seperti memahami dan menghargai sudut pandang orang lain menjadi sangat penting. Teori yang mendasari pentingnya keterampilan ini mencakup pemahaman bahwa empati dan keterbukaan dapat memperkuat hubungan dan kolaborasi antarindividu maupun kelompok. GAP yang sering terjadi adalah kurangnya keterampilan ini dalam interaksi sehari-hari, yang sering kali memicu konflik yang tidak konstruktif. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi pentingnya keterbukaan dalam memahami dan menghargai sudut pandang yang berbeda, serta bagaimana hal ini dapat mendukung Indonesia dalam menyambut bonus demografi. Untuk lebih memahami mengenai hal itu, mari kita  brake down, satu persatu: 

Pertama: Meningkatkan Empati dan Hubungan Antarindividu;  Memahami sudut pandang lain membutuhkan empati. Ketika talenta muda mampu memahami perspektif orang lain, mereka dapat membangun hubungan yang lebih dalam dan saling menghargai. Empati ini menjadi dasar bagi kerja sama yang lebih efektif, yang pada gilirannya dapat mendukung upaya bersama dalam mencapai tujuan nasional, termasuk dalam memanfaatkan bonus demografi.

Kedua: Mengembangkan Keterampilan Mendengarkan Aktif; Mendengarkan aktif adalah kunci untuk memahami sudut pandang lain. Dengan fokus mendengarkan, talenta muda dapat menangkap nuansa dan konteks dari perspektif orang lain. Keterampilan ini memungkinkan mereka untuk merespons secara lebih tepat dan konstruktif, yang sangat penting dalam situasi kerja tim atau kolaborasi lintas budaya.

Ketiga: Memfasilitasi Penyelesaian Konflik yang Konstruktif; Ketika sudut pandang yang berbeda dipahami dan dihargai, penyelesaian konflik dapat dilakukan secara lebih konstruktif. Alih-alih memperuncing perbedaan, talenta muda dapat menggunakan keterampilan ini untuk menemukan solusi win-win yang menguntungkan semua pihak. Hal ini sangat relevan dalam menghadapi tantangan global dan persaingan di era Industri 4.0.

Keempat: Mendorong Inovasi Melalui Perspektif yang Beragam; Perspektif yang berbeda sering kali membawa ide-ide baru dan inovatif. Dengan terbuka terhadap sudut pandang lain, talenta muda dapat menciptakan inovasi yang lebih relevan dan tepat guna. Keberagaman pemikiran ini akan menjadi aset berharga dalam mengembangkan solusi yang dibutuhkan untuk mengisi Indonesia Merdeka dan menyongsong bonus demografi.

Kelima: Membangun Kerjasama yang Lebih Solid dalam Tim;  Tim yang anggotanya saling memahami dan menghargai sudut pandang masing-masing cenderung lebih solid dan produktif. Talenta muda yang memiliki keterampilan ini akan lebih mampu bekerja sama, mengatasi hambatan, dan mencapai tujuan bersama. Ini akan menjadi kunci keberhasilan dalam berbagai inisiatif pembangunan nasional.

Keterbukaan dalam memahami dan menghargai sudut pandang lain adalah keterampilan esensial yang harus dimiliki oleh talenta muda Indonesia. Dengan kemampuan ini, mereka tidak hanya akan mampu membangun hubungan yang lebih baik dan menyelesaikan konflik secara konstruktif, tetapi juga akan mampu berkontribusi secara lebih efektif dalam proses inovasi dan kolaborasi tim. Untuk itu, program pelatihan dan pendidikan yang menekankan pengembangan keterampilan ini perlu ditingkatkan dan diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan serta lingkungan kerja. Dengan demikian, Indonesia akan lebih siap menghadapi bonus demografi 2030 dengan talenta muda yang tidak hanya berkompeten secara teknis, tetapi juga unggul dalam keterampilan interpersonal. Wallahu A'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun