Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengembangkan Potensi Diri sebagai Kewajiban Akademisi: Merajut Mimpi Menuju Bonus Demografi 2030

18 Agustus 2024   17:00 Diperbarui: 18 Agustus 2024   17:12 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ekpos, tersedia di https://ekpos.com/2024/08/09/557250/(dimodfikasi dg. Logo HUT RI ke 79 dan buku Pendidikan Profesi Keguruan ).

Mengembangkan Potensi Diri sebagai Kewajiban Akademisi: Merajut Mimpi Menuju Bonus Demografi 2030

 

Oleh: A. Rusdiana

Pada usia kemerdekaan yang ke-79, Indonesia berada di ambang perubahan besar dengan datangnya era bonus demografi pada tahun 2030. Bonus demografi ini menghadirkan peluang besar bagi bangsa ini untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Namun, peluang ini hanya dapat dimanfaatkan jika generasi muda, khususnya para akademisi, mampu mengembangkan potensi diri mereka secara optimal. Menulis dan berbagi pengetahuan melalui media seperti Kompasiana menjadi salah satu cara efektif bagi akademisi untuk berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan sekaligus meningkatkan reputasi dan keahlian profesional. Teori mengenai pengembangan diri menyatakan bahwa dengan terus-menerus memperdalam pengetahuan dan keahlian, seseorang dapat mencapai potensi maksimalnya. Dalam konteks ini, gap yang diidentifikasi adalah kurangnya kesadaran dan motivasi di kalangan talenta muda untuk terlibat aktif dalam kegiatan menulis yang dapat meningkatkan keahlian mereka. Pentingnya tulisan ini terletak pada dorongan untuk menjadikan pengembangan potensi diri sebagai kewajiban yang tak terpisahkan dari peran akademisi, terutama dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan bonus demografi. Untuk lebih memahami mengenai hal itu, mari kita  brake down, satu persatu:  

Pertama: Menulis sebagai Sarana Pengembangan Diri; Menulis di platform seperti Kompasiana bukan hanya tentang berbagi pemikiran, tetapi juga tentang mengembangkan diri. Setiap tulisan yang dihasilkan memungkinkan akademisi untuk memperdalam pemahaman mereka tentang suatu topik, menganalisis fenomena, dan menyampaikan argumen yang kuat. "ikatlah ilmu dengan tulisan". Dengan terus menulis, mereka dapat membangun fondasi keahlian yang kuat yang diperlukan dalam karier akademis atau profesional.

Kedua: Membangun Reputasi dan Kredibilitas Akademik; Menulis secara konsisten di media publik membantu akademisi membangun reputasi dan kredibilitas di mata rekan-rekan sejawat dan masyarakat luas. Dalam era digital, jejak digital menjadi sangat penting, dan tulisan yang dipublikasikan dapat menjadi bukti konkret dari kompetensi dan keahlian seorang akademisi. Hal ini penting dalam membangun karier, baik di lingkungan akademis maupun di sektor profesional lainnya.

Ketiga: Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif; Menulis membutuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang tajam. Dalam proses menulis, akademisi dilatih untuk mengevaluasi informasi, menyusun argumen, dan mencari solusi inovatif. Ini adalah keterampilan yang sangat penting dalam dunia akademis dan profesional, di mana pemikiran yang analitis dan solutif sangat dihargai.

Keempat: Kontribusi Terhadap Pengembangan Ilmu Pengetahuan; Menulis bukan hanya tentang pengembangan diri, tetapi juga tentang kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Melalui tulisan-tulisan yang dipublikasikan, akademisi dapat menyebarkan ide-ide baru, memperkenalkan konsep-konsep inovatif, dan mendorong diskusi yang konstruktif di kalangan ilmuwan dan masyarakat. Ini adalah bentuk tanggung jawab intelektual yang harus diemban oleh setiap akademisi.

Kelima: Persiapan Menghadapi Bonus Demografi 2030; Bonus demografi yang akan datang adalah peluang besar, tetapi juga tantangan. Akademisi muda perlu mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi era ini, salah satunya melalui pengembangan diri yang berkelanjutan. Menulis di media publik adalah salah satu cara untuk membangun kesiapan ini, dengan menjadikan diri mereka sebagai individu yang kompeten, berpengetahuan, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Mengembangkan potensi diri adalah kewajiban yang harus diemban oleh setiap akademisi, terutama di tengah tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh bonus demografi 2030. Dengan menulis secara konsisten, akademisi tidak hanya memperdalam keahlian mereka, tetapi juga berkontribusi secara nyata terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Sebagai rekomendasi, talenta muda akademis hendaknya menjadikan menulis sebagai bagian integral dari pengembangan diri mereka, dan aktif berkontribusi melalui berbagai platform media yang tersedia. Ini adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa mereka siap menghadapi dan memanfaatkan bonus demografi dengan sebaik-baiknya. Wallahu A'lam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun