Esensi Karakteristik Evaluasi Kinerja dalam Meningkatkan Talenta Muda Menuju Bonus Demografi 2030
Oleh: A. Rusdiana
Menjelang bonus demografi pada tahun 2030, Indonesia menghadapi tantangan dan peluang besar untuk mengoptimalkan potensi talenta muda. Evaluasi kinerja memainkan peran kunci dalam proses ini, berfungsi sebagai alat untuk menilai dan meningkatkan kinerja individu dan kelompok berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
Dunn (2003) mengartikan evaluasi sebagai usaha untuk mengukur hasil kebijakan dan manfaatnya, sedangkan Society for Human Resource Management (SHRM) menekankan pentingnya perbandingan antara kinerja aktual dan standar yang telah ditetapkan (Wirawan, 2009). Islam mengajarkan bahwa: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al Isra [17]: 36). Dengan pendekatan yang tepat, evaluasi kinerja dapat menjadi mekanisme strategis untuk menyiapkan talenta muda agar siap menghadapi tantangan era bonus demografi.
Penulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi esensi, evaluasi kinerja untuk meningkatkan akuntabilitas dan efektivitas dalam memajukan talenta muda di Indonesia. Untuk lebih dalam memahami Esensi Evaluasi Kinerja digagas Dunn (2003), mari kita breakdown, satu persatu:
Pertama: Fokus Nilai Evaluasi kinerja memiliki fokus pada penilaian nilai suatu kebijakan atau program, berbeda dari pemantauan rutin. Fokus ini menilai bagaimana kebijakan atau program memenuhi kebutuhan atau nilai yang telah ditetapkan. Dalam konteks pengembangan talenta muda, fokus nilai membantu dalam menentukan apakah program pelatihan dan pengembangan telah mencapai tujuan yang diharapkan. Misalnya, jika suatu program pelatihan dirancang untuk meningkatkan keterampilan kewirausahaan, evaluasi akan melihat sejauh mana pelatihan tersebut menghasilkan keterampilan yang relevan dan bermanfaat.
Kedua: Interdependensi Fakta-Nilai; Evaluasi kinerja memerlukan pertimbangan baik dari segi fakta maupun nilai. Fakta meliputi data objektif mengenai kinerja, sementara nilai mencakup penilaian subjektif mengenai kualitas dan relevansi hasil tersebut.
Dalam konteks talenta muda, ini berarti bahwa evaluasi harus mempertimbangkan data kinerja seperti hasil kerja dan juga nilai-nilai seperti kreativitas dan inisiatif yang diharapkan dari mereka. Dengan memadukan kedua aspek ini, organisasi dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai efektivitas program pengembangan talenta.
Ketiga: Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau; Evaluasi kinerja menilai hasil saat ini dan masa lalu, bukan hanya prediksi atau harapan untuk masa depan. Ini berarti bahwa evaluasi harus berfokus pada hasil nyata dari kebijakan atau program yang telah dilaksanakan, serta bagaimana hasil tersebut dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam mengelola talenta muda, hal ini memungkinkan untuk menilai sejauh mana mereka telah berkembang dan mencapai target yang telah ditentukan dalam periode sebelumnya, memberikan dasar yang solid untuk perencanaan pengembangan di masa depan.