Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pantun sebagai Alat Promosi Nilai-Nilai Kebudayaan dalam Menyongsong Bonus Demografi 2030

4 Agustus 2024   13:23 Diperbarui: 4 Agustus 2024   13:26 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: SMP NEGERI 32 KOTA BEKASI, tersedia di smpn32kotabekasi.sch.id

Pantun sebagai Alat Promosi Nilai-Nilai Kebudayaan dalam Menyongsong Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Pantun, sebuah bentuk puisi tradisional Indonesia yang khas, bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan warisan budaya yang sangat berharga. Dalam konteks bonus demografi 2030 yang akan datang, mempromosikan dan melestarikan budaya lokal seperti pantun menjadi sangat penting. Pantun memiliki peran strategis dalam membentuk karakter dan identitas nasional di kalangan generasi muda. Dengan latar belakang tersebut, tulisan ini akan membahas bagaimana pantun dapat digunakan sebagai alat promosi nilai-nilai kebudayaan, serta pentingnya peranannya dalam membangun kebanggaan dan cinta terhadap budaya lokal. Mari kita breakdown, satu persatu:

Pertama: Pantun sebagai Media Pendidikan Budaya Pantun dapat digunakan sebagai sarana pendidikan budaya di kalangan generasi muda. Dengan mengajarkan pantun, generasi muda tidak hanya mempelajari bentuk puisi tradisional tetapi juga memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti adat istiadat, norma sosial, dan sejarah budaya. Ini membantu mereka untuk lebih mengenal dan menghargai budaya lokal mereka, yang penting dalam membangun identitas nasional yang kuat menjelang bonus demografi.

Buah naga, buah pepaya
Ikan tongkol dimakan angsa
Marilah jaga seni budaya
Jadi simbol peradaban bangsa.

Kain celana berbahan kasa
Gadis belia memakai toga
Sejuta warna budaya bangsa
Warisan mulia wajib dijaga.

Bapak petani baju bikini
Tanam pisang dan pohon jati
Sejuta seni negeriku ini
Warisan moyang yang sejati.

Adik berlari seperti Dora
Bawa logam ke rumah tentara
Seni tari dan seni suara
Beraneka ragam di Nusantara.

Sumber: https://www.diedit.com/pantun-budaya

Kedua: Pantun dalam Promosi Pariwisata Penggunaan pantun dalam promosi pariwisata lokal dapat meningkatkan daya tarik destinasi wisata dengan memberikan nuansa lokal yang khas. Pantun yang mengungkapkan keindahan alam dan kekayaan budaya daerah dapat menarik minat wisatawan, baik domestik maupun internasional. Hal ini berkontribusi pada pelestarian budaya dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal, yang penting dalam menghadapi tantangan bonus demografi.

Ketiga: Pantun sebagai Media Komunikasi dalam Acara Budaya Pantun sering digunakan dalam acara-acara budaya dan upacara adat. Dengan memperkenalkan pantun ke dalam berbagai kegiatan publik, kita tidak hanya merayakan budaya tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai budaya yang ada. Hal ini menciptakan ruang bagi generasi muda untuk terlibat langsung dalam pelestarian budaya dan membangun rasa bangga terhadap warisan budaya mereka.

Keempat: Pantun dalam Kampanye Sosial dan Kemanusiaan Pantun juga bisa digunakan dalam kampanye sosial dan kemanusiaan untuk menyebarluaskan pesan-pesan penting dengan cara yang menarik dan mudah diingat. Misalnya, pantun bisa dipakai untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup, kesehatan, atau kepedulian sosial. Ini membantu memperkuat pesan budaya sambil menyebarkan informasi penting yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Kelima: Pantun dalam Pembentukan Karakter Generasi Muda Mengintegrasikan pantun dalam pendidikan karakter di sekolah-sekolah dapat membantu membentuk karakter generasi muda. Pantun yang mengandung pesan moral dan etika dapat dijadikan materi ajar yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif. Ini mendukung pembentukan kepribadian yang kuat dan positif, serta membangun rasa cinta terhadap budaya dan identitas nasional menjelang bonus demografi.

Singkatnya, pantun, sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia, memiliki peran penting dalam promosi nilai-nilai kebudayaan dan pembentukan karakter generasi muda. Dengan memanfaatkan pantun dalam berbagai konteks, mulai dari pendidikan hingga promosi sosial, kita dapat melestarikan budaya lokal dan membangun identitas nasional yang kuat. Untuk memaksimalkan potensi pantun, disarankan agar berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, aktif terlibat dalam promosi dan pelestarian pantun. Dengan demikian, kita dapat menyongsong era bonus demografi 2030 dengan generasi muda yang tidak hanya cerdas dan inovatif, tetapi juga memiliki rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun