Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Project Based Learning (PBL) dalam Kurikulum Merdeka: Tantangan dan Solusi Penerapannya

22 Juli 2024   05:15 Diperbarui: 22 Juli 2024   05:25 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: penerbitduta.com (dimodifikasi)

Project Based Learning (PBL) dalam Kurikulum Merdeka: Tantangan dan Solusi Penerapannya

Oleh: A. Rusdiana

Kurikulum Merdeka Belajar yang diluncurkan pada tahun 2022 memberikan angin segar bagi dunia pendidikan Indonesia dengan tiga karakter utamanya: penerapan profil pelajar Pancasila, Project Based Learning (PBL), dan personalised atau differentiated learning. 

Di era modern ini, metode pembelajaran konvensional dinilai kurang efektif dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global. PBL, sebagai pendekatan yang berfokus pada pembelajaran melalui proyek nyata, diharapkan dapat mencetak talenta muda yang siap bersaing dan berinovasi. Namun, muncul pertanyaan penting: apakah PBL benar-benar bisa diterapkan secara efektif di Indonesia? 

Apakah ini hanya sekadar mempermudah masuknya pola-pola neoliberalisasi dalam pendidikan nasional? Menyongsong era bonus demografi 2030, tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan PBL dalam Kurikulum Merdeka Belajar dan dampaknya terhadap peningkatan talenta muda Indonesia. Mari kita breakdown, satu persatu:  

Pertama: Pengertian dan Manfaat Project Based Learning (PBL); Project Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran di mana siswa belajar dengan aktif terlibat dalam proyek yang relevan dengan kehidupan nyata. Proyek-proyek ini tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga keterampilan praktis seperti kolaborasi, manajemen waktu, dan pemecahan masalah. PBL dapat memberikan konteks yang lebih kaya dan mendalam bagi siswa untuk memahami materi pelajaran, sehingga meningkatkan motivasi dan retensi pembelajaran. Adapun manfaat PBL, antara lain:

  • Peningkatan Keterampilan Abad 21: Siswa belajar keterampilan seperti kritis berpikir, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi yang sangat dibutuhkan di era digital.
  • Pembelajaran Berbasis Konteks: Proyek nyata membuat siswa lebih memahami relevansi materi yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari.
  • Motivasi dan Engagement: Keterlibatan aktif dalam proyek meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kedua: Tantangan Penerapan PBL di Indonesia; Meskipun PBL menawarkan banyak manfaat, penerapannya di Indonesia tidak tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah kesiapan guru dan infrastruktur pendidikan. Guru perlu dilatih untuk merancang dan mengelola proyek yang efektif, sementara sekolah harus menyediakan fasilitas dan sumber daya yang memadai. Tantangan Utama PBL, antara lain:

  • Pelatihan Guru: Banyak guru belum terbiasa dengan pendekatan PBL dan memerlukan pelatihan intensif.
  • Sumber Daya dan Fasilitas: Sekolah di daerah terpencil sering kali kekurangan fasilitas yang memadai untuk mendukung proyek-proyek kompleks.
  • Evaluasi dan Penilaian: Menilai kinerja siswa dalam PBL membutuhkan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan metode konvensional.

Ketiga: Strategi Implementasi PBL dalam Kurikulum Merdeka Belajar; Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah perlu mengembangkan strategi implementasi yang komprehensif. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  • Pelatihan Berkelanjutan: Menyediakan program pelatihan berkelanjutan bagi guru untuk menguasai metodologi PBL.
  • Kolaborasi dengan Industri: Bekerja sama dengan industri untuk menyediakan proyek nyata yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
  • Pengembangan Infrastruktur: Meningkatkan infrastruktur pendidikan, khususnya di daerah-daerah terpencil, untuk mendukung pelaksanaan PBL.

Penerapan Project Based Learning dalam Kurikulum Merdeka Belajar menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan talenta muda Indonesia menghadapi tantangan global. Namun, keberhasilan implementasi PBL bergantung pada kesiapan guru, ketersediaan sumber daya, dan dukungan infrastruktur yang memadai. Pemerintah perlu fokus pada pelatihan guru, kolaborasi dengan industri, dan peningkatan fasilitas pendidikan untuk memastikan PBL dapat diterapkan dengan efektif. dengan ini merkomendasikan bahwa:

  • Program Pelatihan Guru: Menyediakan program pelatihan intensif dan berkelanjutan bagi guru untuk menguasai metode PBL.
  • Kemitraan dengan Industri: Mendorong kolaborasi antara sekolah dan industri untuk menciptakan proyek yang relevan dan aplikatif.
  • Peningkatan Infrastruktur: Memastikan sekolah-sekolah, terutama di daerah terpencil, memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung pelaksanaan PBL.

Dengan strategi yang tepat, Project Based Learning dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan talenta muda Indonesia dalam menyongsong era bonus demografi 2030. Wallahu A'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun