Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Hobi Membaca menulis dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pandangan para Ahli: Terhadap Penerapan Teori Belajar Kognitifistik untuk Peningkatan Talenta Muda Menuju Bonus Demografi 2030

19 Juli 2024   06:25 Diperbarui: 19 Juli 2024   06:28 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pandangan Para Ahli: Terhadap Penerapan Teori Belajar Kognitifistik untuk Peningkatan Talenta Muda Menuju Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Indonesia akan segera menyongsong era bonus demografi pada tahun 2030 mendatang. Pada periode ini, jumlah penduduk usia produktif diproyeksikan akan mencapai puncaknya, memberikan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi. Namun, untuk mengoptimalkan potensi ini, Indonesia harus mempersiapkan talenta muda yang berkualitas dan kompetitif.

Teori belajar kognitifistik, yang dikembangkan oleh para ahli seperti Jean Piaget, Jerome Bruner, dan David Ausubel, menawarkan pendekatan-pendekatan inovatif dalam meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik. Pendekatan ini menekankan pentingnya asimilasi, akomodasi, dan belajar bermakna dalam proses pembelajaran.

Meskipun teori belajar kognitifistik telah banyak dibahas, penerapannya dalam konteks persiapan menghadapi bonus demografi 2030 belum dieksplorasi secara mendalam. Tulisan ini penting untuk mengidentifikasi cara-cara konkret dalam menerapkan teori tersebut guna meningkatkan kualitas talenta muda Indonesia. Mari kita breakdown, satu persatu:

Pertama: Pandangan Jean Piaget: Asimilasi, Akomodasi, dan Equilibrasi Jean Piaget adalah salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam psikologi kognitif. Menurutnya, perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang dipengaruhi oleh perkembangan sistem syaraf. Piaget membagi tahapan proses belajar menjadi tiga tahap: asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi.

Asimilasi: Integrasi informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada. Dalam konteks talenta muda, ini berarti memberikan kesempatan bagi mereka untuk menyerap informasi baru yang relevan dengan pengalaman mereka sebelumnya.

Akomodasi: Penyesuaian struktur kognitif untuk menghadapi situasi baru. Ini bisa diterapkan dengan mendorong talenta muda untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi dan pasar kerja.

Equilibrasi: Penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi untuk mencapai keseimbangan kognitif. Proses ini penting untuk memastikan talenta muda dapat mempertahankan pengetahuan baru sekaligus mengembangkan kemampuan adaptasi mereka.

Kedua: Pandangan Jerome Bruner: Tahap Enaktif, Ikonik, dan Simbolik Jerome Bruner mengembangkan teori free discovery learning yang menekankan pentingnya eksplorasi dan penemuan dalam proses belajar. Bruner membagi perkembangan kognitif menjadi tiga tahap: enaktif, ikonik, dan simbolik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun