Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah: Proses Evaluasi Pembelajaran Berkelanjutan dengan Penilaian Autentik

16 Juli 2024   19:47 Diperbarui: 16 Juli 2024   19:56 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Gramedia, tersedia di gramedia.com

Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah: Proses Evaluasi dan Pembelajaran Berkelanjutan Dengan Pelilaian Autentik

Oleh: A. Rusdiana

Indonesia akan segera menghadapi era bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Fenomena ini menawarkan peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, namun juga menghadirkan tantangan yang signifikan. 

Menurut teori perkembangan keterampilan, proses evaluasi dan pembelajaran berkelanjutan adalah komponen kunci dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. 

Sayangnya, terdapat GAP antara kebutuhan akan keterampilan ini dan ketersediaan pelatihan yang memadai. Pentingnya tulisan ini adalah untuk memberikan wawasan tentang bagaimana proses evaluasi dan pembelajaran berkelanjutan dapat membantu talenta muda Indonesia meningkatkan keterampilan pemecahan masalah mereka, guna menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dari bonus demografi. Mari kita breakdown satu persatu:  

Pertama: Evaluasi Solusi yang Berbeda Proses evaluasi merupakan langkah pertama dalam peningkatan keterampilan pemecahan masalah. Talenta muda harus didorong untuk mengevaluasi berbagai solusi yang telah mereka coba, menimbang kelebihan dan kekurangannya. 

Evaluasi ini membantu mereka memahami mengapa solusi tertentu berhasil atau gagal, sehingga mereka dapat mengembangkan pendekatan yang lebih baik di masa depan. 

Contoh konkretnya adalah dengan melakukan post-mortem analysis setelah proyek selesai. Lakukan dengan Penilaian Autentik.  Pada penilaian autentik ada kecenderungan yang fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik.

Sumber: Gramedia, tersedia di gramedia.com
Sumber: Gramedia, tersedia di gramedia.com

Kedua: Pembelajaran dari Kegagalan Kegagalan harus dilihat sebagai peluang belajar, bukan akhir dari usaha. Talenta muda perlu diajarkan untuk menganalisis kegagalan mereka secara kritis dan mengambil pelajaran berharga dari situ. Melalui refleksi mendalam, mereka dapat mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan dan menghindarinya di masa mendatang. Program mentoring dapat sangat efektif dalam proses ini, dengan mentor yang membantu mereka melihat kegagalan dari perspektif yang konstruktif.

Ketiga: Simulasi dan Studi Kasus Penggunaan simulasi dan studi kasus adalah metode yang efektif untuk melatih keterampilan pemecahan masalah. Dengan menghadapi skenario yang mirip dengan tantangan nyata, talenta muda dapat mengasah kemampuan mereka dalam lingkungan yang terkontrol. Ini juga memberi mereka kesempatan untuk mencoba berbagai pendekatan tanpa risiko nyata. Misalnya, hackathon dan kompetisi pemecahan masalah dapat menjadi platform yang sangat berguna. Keempat:

Kolaborasi Tim: Pemecahan masalah seringkali lebih efektif ketika dilakukan dalam tim. Mendorong talenta muda untuk bekerja sama dalam kelompok membantu mereka mengembangkan keterampilan kolaboratif dan melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Proses brainstorming bersama dapat menghasilkan ide-ide inovatif yang mungkin tidak muncul dalam pekerjaan individual. Oleh karena itu, penting untuk membangun budaya kerja sama dan saling mendukung.

Kelima: Feedback yang Konstruktif Umpan balik yang konstruktif adalah elemen kunci dalam pembelajaran berkelanjutan. Talenta muda harus dibiasakan menerima dan memberikan feedback yang jujur dan membangun. Feedback ini tidak hanya membantu mereka memperbaiki kinerja tetapi juga memotivasi mereka untuk terus belajar dan berkembang. Workshop dan sesi review berkala dapat menjadi alat yang efektif dalam implementasi feedback konstruktif ini.

Peningkatan keterampilan pemecahan masalah melalui proses evaluasi dan pembelajaran berkelanjutan sangat penting bagi talenta muda Indonesia dalam menghadapi era bonus demografi 2030. 

Dengan mengevaluasi solusi yang berbeda, belajar dari kegagalan, menggunakan simulasi dan studi kasus, bekerja dalam tim, dan menerima feedback yang konstruktif, mereka dapat mengembangkan pendekatan yang lebih efektif dan inovatif. 

Untuk itu, rekomendasi meliputi peningkatan program mentoring, penyelenggaraan lebih banyak hackathon, dan penguatan budaya kerja sama di tempat kerja dan institusi pendidikan. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan potensi penuh dari bonus demografi dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Wallahu A'lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun