Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

“Learning to Explore, Develop, and Serve”

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pentingnya Kemampuan Kolaboratif: Mempersiapkan Talenta Muda untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Lapangan Kerja Munuju Bonus Demografi 2030

29 Juni 2024   07:39 Diperbarui: 29 Juni 2024   07:44 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok: Pribadi Kuliah Kewirausahaan Pendidikan Kelas LPDP Yang menekankan Kemampuan Kolaboratif  (Rabu, 26 Juni, 2024).

Pentingnya Kemampuan Kolaboratif: Mempersiapkan Talenta Muda untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja Menuju 2030

Oleh: A. Rusdiana

Dalam era globalisasi dan revolusi industri 4.0, keterampilan kolaboratif menjadi salah satu kompetensi yang sangat penting bagi talenta muda. Kemampuan ini tidak hanya penting untuk sukses dalam dunia kerja, tetapi juga esensial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja menjelang bonus demografi 2030. Partnership for 21st Century Learning (P21) telah mengidentifikasi critical thinking, communication, collaboration, dan creativity (4C) sebagai keterampilan abad 21 yang sangat diperlukan (Greenhill, 2010). Keterampilan kolaborasi khususnya membantu individu bekerja bersama secara efektif dan efisien, menghasilkan inovasi, dan mencapai tujuan bersama. Mari Kita breakdown satu persatu:

Pertama: Definisi dan Signifikansi Kolaborasi; Kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Ahmad (2018) dan Davis et al. (2018), keterampilan kolaborasi melibatkan kerja sama antara dua atau lebih individu untuk menyelesaikan masalah dengan berbagi tanggung jawab, akuntabilitas, dan peran. Ini memungkinkan setiap anggota kelompok untuk memberikan kontribusi yang terbaik dari pengetahuan, ide, dan keterampilannya. Dalam konteks pendidikan, keterampilan kolaboratif membantu siswa mengembangkan kemampuan komunikasi, pengelolaan konflik, dan pemecahan masalah.

Kedua: Penerapan Kolaborasi dalam Pendidikan; Untuk mempersiapkan talenta muda yang memiliki keterampilan kolaboratif, bahan ajar yang dirancang secara khusus sangat penting. Salah satu metode yang efektif adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis saintifik.  Dalam Kontek Pelaksanaan Kuliah, di UIN Bandung Saya sebut Lembar Catatan Kuliah (LCK). Tampak pada setiap Instrksi Pembelajaran di Bahan Ajar:

Sumber: Bahan Ajar, tresedia di:https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/84977
Sumber: Bahan Ajar, tresedia di:https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/84977

Imran et al. (2021) menyatakan bahwa LKS/LCK berbasis saintifik mendorong siswa untuk menemukan konsep secara ilmiah melalui langkah-langkah seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman akademis, tetapi juga melatih keterampilan kolaborasi siswa.

Kedua: Peran Guru/Dosen dalam Mengembangkan Keterampilan Kolaboratif; Guru memegang peranan penting dalam mengembangkan keterampilan kolaboratif siswa. Mereka harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendorong partisipasi aktif siswa. Penggunaan LKS/LCK berbasis saintifik dapat membantu guru dalam mencapai tujuan ini. Winahyu et al. (2017) menyatakan bahwa LKS/LCK yang baik tidak hanya mengembangkan aspek kognitif siswa tetapi juga potensi sikap dan keterampilan yang diperlukan. Dengan demikian, guru/dosen perlu memilih dan mengembangkan bahan ajar yang mendukung pembelajaran kolaboratif.

Sumber: Bahan Ajar, tresedia di:https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/84977
Sumber: Bahan Ajar, tresedia di:https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/84977

Ketiga: Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Kolaborasi; Meskipun penting, implementasi keterampilan kolaboratif dalam pendidikan tidak tanpa tantangan. Banyak LKS yang tersedia saat ini hanya berupa kumpulan soal dan rangkuman materi yang kurang menarik bagi siswa (Wardani & Widiana, 2018). Selain itu, kurangnya pemahaman guru tentang bagaimana mengajarkan keterampilan kolaboratif juga menjadi kendala. Solusinya adalah dengan mengembangkan LKS/LCK yang interaktif dan menarik, serta menyediakan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang metode pembelajaran kolaboratif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun