Mohon tunggu...
Ahmad Zakaria
Ahmad Zakaria Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Penulis tabu tapi visioner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Badar, Bukti Muhammad Sang Perenung

22 Januari 2021   01:55 Diperbarui: 22 Januari 2021   03:17 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perang badar merupakan perang yang pertama-tama diikuti oleh kaum muslim dengan jumlah 313 orang melawan kaum Quraisy dengan jumlah 1000 orang. Perang yang terjadi pada 13 Maret 624 M atau 2 tahun setelah Nabi hijrah ke Madinah ini menghasilkan kemenangan bagi pihak Muslim, dengan terbunuhnya lebih dari 50 orang Quraisy dan kurang dari 70 orang sebagai tawanan. Hijrahnya Nabi dan pengikutnya disambut hangat oleh kaum Anshar di Madinah, diberikan tanah, rumah, dan segala kebutuhan lainnya. 

Nabi dan Muhajirin (pengikut dari Mekkah) meninggalkan harta benda mereka bahkan keluarga yang berada di Mekkah. Hal ini dimanfaatkan oleh petinggi Quraisy, mereka menjual harta dan barang yang ditinggalkan oleh orang yang ikut bersama Rasulullah ke Madinah. Hal inilah yang menyebabkan Rasulullah berencana mengambil kembali hak orang-orang Muslim. 

Abu Sufyan bersama rombongan menjual barang yang ditinggalkan kaum Muslimin ke negeri Syam. Kabar ini terdengar sampai ke Rasulullah, sehingga ia berencana mengambil kembali hak kaum muslimin dengan mencegat kafilah dagang Abu Sufyan ketika pulang. Namun belum sampai ia mencegat, kabar ini telah sampai di telinga Abu Sufyan sehingga ia mengirim utusan bernama Dzamdzam bin Amr Al-Ghifari kepada Abu Jahal di Mekkah agar mengirimkan pasukan untuk menjaga kafilah dagangnya. 

Persiapan perang pun langsung dilakukan oleh Abu Jahal setelah mendapat kabar dari seorang utusan Abu Sufyan. Tidak tanggung-tanggung ia menyiapkan orang-orangnya yang telah terlatih dengan baik untuk berperang. Berbeda jauh dengan kaum muslimin, hanya ada beberapa orang yang benar-benar pandai berperang seperti Hamzah, Ali, Umar, Zubair, Ubadah dan tentu Rasulullah. Sedangkan mayoritas adalah mereka yang baru berlatih beberapa bulan. 

Muhammad dan pasukannya pergi ke Badr dan bermalam di Badr. 

Kaum Quraisy pun menyongsong turun menuju Badr dengan semangat dan tekad untuk berperang. Rasanya tidak rela apabila ia mati sebelum membunuh lawan. Meskipun demikian, ada kekhawatiran sebagian orang Quraisy akan mengalami kekalahan mengingat banyak ahli pikir dari mereka yang ikut andil dan tugas utama mereka melindungi kafilah dagang pun sudah selesai. Kafilah dagang telah berlalu. Namun kekhawatiran ini lebur karena kerasnya Abu Jahal yang menginginkan agar berperang. Ia takut dianggap pengecut oleh Muhammad dan kaumnya.

Di malam sebelum berperang Muhammad berdoa kepada Allah agar pertolongan turun karena ia khawatir akan kekalahan mengingat jumlah mereka sedikit. Dan hampir seluruh orang Muslim di Madinah mengikuti perang ini. Sehingga apabila kaum muslimin kalah maka akan menyebabkan lemahnya umat Islam dan kemunduran. Namun Allah menjanjikan kemenangan untuk orang Islam dengan memberikan pertolongan yaitu seribu Malaikat. 

Seketika karaguan yang menyelimuti hati Muhammad hilang dan berganti menjadi keyakinan akan kemenangan. Kekuatan keimanan yang terpatri dalam jiwa Muhammad juga menyentuh jiwa para pengikutnya sehingga tak ada seorang pun yang ragu untuk menghunuskan pedang kepada lawannya.

Esoknya mereka saling berhadapan, kaum muslimin berlari dengan penuh takbir dan semangat kemenangan, yang terbayang hanyalah kemenangan atau kematian sebagai syuhada. Teriakan takbir dari Muhammad semakin menambah kekuatan moral kaum muslimin. Debu dan pasir membumbung tinggi di udara. (Baca QS Al-anfal)

Ketika pedang kaum muslimin hampir mengenai leher orang Quraisy, Malaikat bekerja menebas sehingga tak disadari kepala jatuh tanpa disentuh pedang. Sudah bukan mereka lagi yang berperang, bukan mereka lagi yang membunuh musuh, tapi jiwa mereka telah dipenuhi oleh kekuatan dari Tuhan. Hingga kemenangan dapat dipeluk erat oleh kaum muslimin dan kaum Quraisy berlari tunggang langgang tak beraturan. 

Esoknya setelah Muhammad pulang ke Madinah ia kembali merenungi tentang peperangan itu, sehingga ia berkata, "Wahai penghuni perigi! Wahai 'Utba bin Rabi'a! Syaiba bin Rabi'a! Umayya bin Khalaf! Wahai Abu Jahl bin Hisyam! ...(seterusnya ia menyebutkan nama orang-orang yang dalam mati dalam perang itu satu satu) Wahai penghuni perigi! Adakah yang dijanjikan tuhanmu itu benar-benar ada. Aku telah bertemu dengan apa yang telah dijanjikan Tuhanku."

Di samping kebahagiaannya atas kemenangan, kesedihan pun dirasanya, karena beberapa orang dari Bani Hasyim ikut menjadi korban padahal Bani Hasyim pernah melindungi Rasulullah selama 13 tahun di Mekkah. Muhammad adalah seorang perenung. Sejak muda ia memanfaatkan pekerjaannya sebagai penggembala kambing untuk merenung di setiap waktunya. 

Gembala kambing yang berhati terang itu, dalam udara yang bebas lepas di siang hari, dalam kemilau bintang bila malam sudah bertahta, menemukan suatu tempat yang serasi untuk pemikiran dan permenungannya. Ia menerawang dalam suasana alam demikian itu, karena ia ingin melihat sesuatu di balik semua itu. Dalam berbagai manifestasi alam ia mencari suatu penafsiran tentang penciptaan semesta ini. Ia melihat dirinya sendiri. Karena hatinya yang terang, jantungnya yang hidup, ia melihat dirinya tidak terpisah dari alam semesta itu.

Bukankah juga ia menghirup udaranya, dan kalau tidak demikian berarti kematian? Bukankah ia dihidupkan oleh sinar matahari, bermandikan cahaya bulan dan kehadirannya berhubungan dengan bintang-bintang dan dengan seluruh alam? Bintang-bintang dan semesta alam yang tampak membentang di depannya, berhubungan satu dengan yang lain dalam susunan yang sudah ditentukan, matahari tiada seharusnya dapat mengejar bulan atau malam akan mendahului siang.

Pemikiran dan permenungan demikian membuat ia jauh dari segala pemikiran nafsu manusia duniawi. Ia berada lebih tinggi dari itu sehingga adanya hidup palsu yang sia-sia akan tampak jelas di hadapannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun