Sejarah Peperangan di Timor Timur
Timor Timur, yang sekarang dikenal sebagai Timor Leste, memiliki sejarah peperangan yang panjang dan penuh perjuangan. Wilayah ini terletak di bagian timur Pulau Timor, yang terbagi antara Indonesia (Timor Barat) dan negara merdeka Timor Leste (Timor Timur). Sejarah peperangan di Timor Timur terkait erat dengan perjuangan untuk kemerdekaan dan juga konflik yang dipicu oleh intervensi asing, terutama pada abad ke-20. Artikel ini akan membahas sejarah peperangan yang terjadi di Timor Timur, termasuk masa penjajahan, perlawanan terhadap penjajahan, hingga perjuangan untuk kemerdekaan yang akhirnya berhasil pada tahun 2002.
Masa Penjajahan Portugis (1515-1975)
Penjajahan di Timor Timur dimulai pada abad ke-16 ketika Portugis mendarat di wilayah tersebut. Meskipun bangsa Portugis menguasai sebagian besar wilayah, Timor Timur tidak sepenuhnya berada di bawah kendali langsung mereka. Pada awalnya, Portugis lebih fokus pada perdagangan rempah-rempah, dan Timor Timur menjadi salah satu pusat perdagangan di kawasan tersebut. Penjajahan Portugis di Timor Timur relatif longgar, dengan banyak wilayah yang masih dikuasai oleh kerajaan lokal.
Namun, pada akhir abad ke-19, setelah perjanjian dengan Belanda yang membagi Pulau Timor antara Belanda dan Portugis, wilayah Timor Timur mulai mengalami kontrol yang lebih ketat dari pihak kolonial Portugis. Pada saat itu, penduduk Timor Timur mulai merasakan dampak dari kebijakan kolonial Portugis yang sering kali eksploitatif. Dalam menghadapi kebijakan tersebut, beberapa kelompok di Timor Timur mulai melawan penjajahan Portugis, namun perlawanan mereka sering kali ditindas.
 Revolusi dan Invasi Indonesia (1974-1975)
Pada pertengahan tahun 1970-an, situasi politik di Portugal mengalami perubahan besar setelah Revolusi Anyelir pada tahun 1974, yang menggulingkan kediktatoran Estado Novo dan membuka jalan bagi demokratisasi. Dengan perubahan tersebut, Portugal mulai mengurangi pengaruhnya di koloni-koloninya, termasuk Timor Timur.
Pada tahun 1975, di tengah ketegangan politik yang meningkat, sebuah kelompok nasionalis prokemerdekaan yang bernama Fretilin (Frente Revolucionria de Timor-Leste Independente) mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur. Fretilin berideologi sosialisme dan didukung oleh banyak penduduk Timor Timur. Namun, kelompok lain yang pro-Indonesia, yaitu Apodeti (Associao Popular Democrtica de Timor), juga berkembang dan ingin bergabung dengan Indonesia. Pada saat yang sama, Portugis yang sebelumnya tidak melakukan banyak tindakan untuk memfasilitasi kemerdekaan, kini menghadapi kebingungannya sendiri terkait dengan masa depan Timor Timur.
Pada 28 November 1975, Fretilin mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur, namun hanya sembilan hari kemudian, Indonesia melancarkan invasi besar-besaran ke Timor Timur pada 7 Desember 1975, yang dikenal sebagai Invasi Indonesia ke Timor Timur. Invasi ini dilakukan dengan alasan untuk melawan ancaman komunis yang berpotensi berkembang di wilayah tersebut dan menghindari Timor Timur jatuh ke tangan komunis yang diduga didukung oleh Fretilin. Indonesia juga melihat Timor Timur sebagai bagian dari integrasi wilayahnya.
Perang Kemerdekaan Timor Timur (1975-1999)
Setelah invasi Indonesia, Timor Timur dijadikan provinsi ke-27 Indonesia, yang dikenal dengan nama Timor Timur. Perlawanan terhadap pendudukan Indonesia kemudian berkembang menjadi perang gerilya yang panjang dan brutal. Fretilin, yang menjadi kekuatan utama perlawanan, mengorganisir pasukan bersenjata yang dikenal dengan nama Falintil  (Foras Armadas de Libertao Nacional de Timor Leste). Selama lebih dari dua dekade, pasukan Falintil melakukan perlawanan terhadap tentara Indonesia yang jauh lebih kuat.
Perang ini mengakibatkan banyak korban jiwa. Pembantaian terhadap warga sipil terjadi, dengan laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang meluas. Salah satu peristiwa yang paling terkenal adalah Pembantaian Dili pada 12 November 1991, di mana sekitar 250 orang yang berdemonstrasi untuk kemerdekaan ditembak mati oleh tentara Indonesia di Dili, ibu kota Timor Timur. Kejadian ini mengguncang dunia internasional dan membuka mata banyak negara terhadap kekejaman yang terjadi di Timor Timur.
Pada tahun 1999, setelah perubahan politik di Indonesia dan jatuhnya Soeharto, Presiden Indonesia saat itu, pemerintah Indonesia setuju untuk mengadakan referendum kemerdekaan di Timor Timur. Referendum yang diadakan pada 30 Agustus 1999 menunjukkan bahwa hampir 80% penduduk Timor Timur memilih untuk merdeka. Namun, setelah hasil referendum diumumkan, terjadi gelombang kekerasan besar-besaran yang dilakukan oleh milisi pro-Indonesia yang didukung oleh pasukan Indonesia, menyebabkan ribuan orang tewas dan ratusan ribu pengungsi.
Kemerdekaan Timor Leste (2002)
Setelah periode kekerasan pascareferendum, komunitas internasional, dengan dukungan PBB, mengirimkan pasukan perdamaian untuk menjaga keamanan di Timor Timur. Proses pemulihan dan rekonstruksi dimulai dengan bantuan internasional. Akhirnya, pada 20 Mei 2002, Timor Timur secara resmi memperoleh kemerdekaan dan menjadi negara merdeka dengan nama Timor Leste.Xanana Gusmo, pemimpin perjuangan kemerdekaan, menjadi Presiden pertama negara tersebut.