Namun, cerita tidak berakhir begitu saja. Sunderland, meski terombang-ambing oleh ketertinggalan, enggan menyerah. Sepuluh pria berkostum merah berjuang dengan gigih, bahkan saat Trai Hume harus menerima kartu kuning kedua.Â
Dengan permainan yang membara, Dan Neil menyempatkan diri menyarangkan bola di gawang lawan, memperkecil jarak menjadi 1-2. Ini adalah sebuah upaya pemberontakan yang menggetarkan hati.
Namun, seperti dalam akhir kisah yang penuh dramatis, waktu berlalu tanpa perubahan lebih lanjut di papan skor. Usaha keras Sunderland untuk mengejar bahkan membalikkan kedudukan tak terwujud. Ipswich Town mencatat namanya sebagai pemenang dengan angka 2-1.
Saksikanlah penampilan yang menggetarkan, ketegangan yang tiada henti, dan semangat tak terkalahkan dalam pertandingan ini. Susunan pemain, strategi, dan permainan terpatri dalam ingatan penonton.Â
Sebuah pertunjukan yang menjadi mahakarya para pemain dan pelatih, menghidupkan kembali gairah sepak bola di setiap detiknya. Dalam stadion yang terang oleh sorotan lampu, dua tim berjuang, dan dalam pertempuran itu, hati-hati mereka yang turut bersorak ikut terbakar semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H