Jarak tempuh kami sudah kurang lebih satu kilo meter. Namun naas bagi kami. Tarikan tali gas hampis sampai di penyangga tetiba ban bekang motor berhenti berputar. Resultant gaya gesekan ban dengan aspal menyeriakkan bunyi melengking.
Dalam alam kesadaran saya terbesik dan membuat sangkaan. Mungkin sepalang kayu memalang di terali. Teriak suara perempuan beriringan dengan tidak seimbangnya laju motor, beban motor sudah diluar kendali saya.
Si sulung melompat namun mampu saya dekap sehingga mengurangi luka parahnya. Hanya lecet di siku dan lutut tapi suara tangis dan rasa takutnya membuat saya khawatir. Saya tetap tetap terjaga dan menyadari bahwa kami baru saja mengalami kecelakaan tunggal.
Motor tergeletak dengan lilitan kain hitam tepat di gir-nya. Ternyata hampir tiga perempat blus hamil istri saya digulung gir sampai membentuk sebuah konde. Tepat di depan mata saya. Istri saya tengkurap lemas tak berdaya dan tidak sadarkan diri. Dalam keadaan itu tangan kanannya masih tetap memegang perutnya yang besar melindungi janin buah hati kami.
Sontak saja saya dekap istri dan saya balikkan badannya. Darah segar mengucur di telinga kanannya, bedak di pipinya kini hilang dengan kulit termakan aspal, gincu di bibir bertukar dengan merahnya darah. Teriakan memohon pertolongan, ratapan dan doa-doaku belum juga membuatnya siuman.
Kerumunan orang mulai sesak di jalanan berusaha memberikan pertolongan semampu mereka. Blus yang melilit di gir seperti tali kapal tak mampu dipotong dengan gunting, untung celurit seorang petani mampu menyelesaikan satu masalah ini. Yang lain pun mencoba menghubungi call center 113 Brigade Siaga Bencana (BSB) sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan dan kedaruratan di daerah kami.
Dengan tenaga yang masih tersisah, saya kuatkan diri untuk mengangkat dan membaringkannya di bale-bale dekat TKP. Celana training sedikit membantunya tetapi tetap saja sedikit auratnya tersingkap. Beruntung selembar sarung pemberian warga mengantikan blus yang koyak tak berpola.
Suara sirine ambulance dari kejauhan, dan tentu saja keajaiban dari Sang Maha Pemberi hidup membuatnya siuman. Ia bahkan sempat bertanya, apa yang barusan terjadi. Dan saya jawab dengan Alhamdulillahi rabbil alamin, syukur kepada Tuhan atas keajaiban ini.
Di rumah sakit, kami bertiga mendapatkan perawatan yang maksimal. Istriku menjalani perawatan yang serius. Darah segar yang mengucur di telinga hanya bersumber dari robekan bagian luar telinga bukan dari otak, luka robek di bagian bibir dan dagu mendapakan jahitan sementara luka serutan aspal diolesi dengan antiseptic. Penangan pun berlanjut di ruang ultrasonography (USG) untuk mengetahui kondisi janin, dan hasilnya membuat pikiran dan perasaan saya lega.
Peristiwa ini tak akan terlupakan khusnya bagi kami. Kami telah banyak memetik pelajaran berharga dengan cobaan ini. Keselamatan kita berada dalam genggaman Tuhan. Di mana pun tempatnya, termasuk di atas kendaraan jangan sesekali lupa akan penggenggam keselamatan itu. Ampuni kami ya Allah atas segala kekhilafan yang kami lakukan. [ ]Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H