"Guling" merupakan akronim dari Guru Keliling. Akhir-akhir ini akronim tersebut muncul hampir beriringan saat pemerintah memberlakukan kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR) dengan terbitnya Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
Dalam kebijakan tersebut, proses Belajar Dari Rumah dilaksanakan melalui pembelajaran "Daring (dalam jaringan)" dimana guru dan siswa dipertemukan dalam satu ruangan virtual yang terhubung melalui jaringan komputer atau internet. Namun ternyata di lapangan begitu banyak kendala yang hadapi oleh guru dan siswa baik itu kendala sarana prasarana, masalah ekonomi dan kondisi sosial masyarakat.
Proses pembelajaran dengan mengandalkan menonton acara televisi dinilai kurang efektif karena disamping bersifat monoton, ternyata tidak semua siswa berminat akan acara edukasi yang ditampilkan disalah satu stasiun TV yang ditunjuk pemerintah dalam menyediakan pembelajaran luring tersebut. Demikian pula adanya ketika pihak sekolah ingin menghidupkan proses pembelajaran dengan membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Hasilnya pun sangat jauh dari harapan. Kadang LKPD dikembalikan kemasing-masing guru tampa coretan sedikitpun. Â
Alhasil, guru pun berkeliling mengunjungi siswa baik di rumahnya, di sudut-sudut kampung maupun di pelataran-pelataran tempat ibadah untuk memberikan bimbingan langsung meskipun dibatasi oleh waktu dan physical distancing. Entah siapa yang pertama kali mempopulerkan akronim "guling" tersebut. Yang jelas, asbab lahirnya akronim tersebut adalah rasa keprihatinan dan kegelisahan para guru akan kondisi pembelajaran siswa yang tidak maksimal. Guling dapat menjadi alternative pilihan dalam pembelajaran luring.
Tahapan selanjutnya adalah tahap pelaksanaan guling. Pada tahapan ini diawali dengan penyusunan jadwal, penyampaian program pada orang tua sekaligus penyiapan surat izin orang tua, peninjauan titik-titik kumpul, dan pelaksanaan proses pembelajaran serta monitoring. Proses guling dibatasi hanya dua kali kunjungan dalam setiap bulannya yakni pekan pertama dan ketiga. Materi yang disampaikan adalah materi essensial dan guru tidak perlu memaksakan pencapaian materi sampai 100%, 50% - 60% sudah dianggap cukup representative dan yang terpenting adalah tetap ada penanaman nilai-nilai karakter.
Kita semua berharap bahwa situasi darurat ini cepat berakhir sehingga proses pembelajaran kembali berjalan dengan normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H