Mohon tunggu...
Ahmad Fauzi
Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Bahasa Inggris Di TKIT An Nahl Grandwisata Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesulitan Mendidik Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19

28 Januari 2021   20:17 Diperbarui: 28 Januari 2021   20:43 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krisis kesehatan Covid-19 telah membuat banyak perubahan pola hidup termasuk pola pendidikan. Perubahan pola pendidikan tidak serta merta bisa diterima. Ada banyak hal yang harus diadaptasi. Beradaptasi dengan sistem pengajaran, materi dan metode pertemuan. 

: https://www.instagram.com/an.n.kidz

Namun demikian, dari pengalaman yang saya alami, sistem pendidikan dilapangan cepat beradaptasi dengan keadaan karena pendidikan itu adalah amanat undang-undang. Anak anak berhak mendapatkan pendidikan yang standar meskipun dengan kondisi yang tidak normal seperti sekarang ini. 

KESULITAN MENGAJAR ANAK USIA DINI DIMASA PANDEMI COVID-19

Sebagai seorang pendidik dan pengajar, saya mengalami langsung masalah-masalah yan dihadapi secara nyata dilapangan. Banyak permasalahan yang harus kami hadapi diantaranya 

- Keterbatasan teknologi dan gadget.

Masalah yang kami hadapi secara teknis adalah masalah keterbatasan gadget. Ketika kami mengadakan tatap muka kelas dengan metode online meeting, kami mengalami kendala pada jaringan atau koneksi, selain itu ada anak yang tidak mengetahui bagaimana menggunakan gadget yang ada. Penyampaian pelajaran juga kadang terkendala oleh suara yang kurang jelas sehingga pembelajaran tidak sempurna. 

- Jumlah jam tatap muka terbatas.

Sekolah kami menerapkan sistem sentra. Kalau dalam tatap muka normal, setiap anak akan mendapatkan tatap muka sekitar 15 sampai 24 jam dalam satu semester di setiap sentra. Namun kondisi covid-19 memaksa kami mengurangi jam pertemuan. Dalam satu semester setiap anak hanya mendapatkan tidak labih dari 15 jam pertemuan. 

Hal ini tentu sangat berpengaruh dengan target indikator pencapaian yang kami targetkan sehingga pada perencanaan kurikulum kami memutuskan untuk memilih indikator yang menjadi prioritas. Untuk mengatasi kekurangan jam pertemuan, kami memberikan layanan tugas dirumah dengan mengirimkan lembar kerja, selain itu para guru membuat video pembelajaran yang upload di youtube sehingga siswa bisa mendapatkan tambahan stimulasi dari video pembelajaran. 

- Siswa cepat bosan didepan layar.

Anak – anak memang suka bermain dengan gadget, namun ketika gadget itu digunakan untuk belajar ada hal yang berbeda. Mereka cepat bosan. Disini guru atau pendidik dituntut untuk menjadi kreatif bagaimana menghidupkan suasana belajar online agar anak tidak cepat bosan. Kegiatan belajar yang hanya duduk di depan layar, akan membuat anak cepat mengantuk atau malah tidak fokus. 

Dalam perencanaan pembelajaran untuk menghadapi masalah seperti ini, kami merencanakan kegiatan belajar tidak hanya duduk didepan layar seperti kegiatan bermain dengan mainanya, mewarnai, menggunting. 

Stimulasi juga diberikan  anak melakukan gerakan-gerakan fisik seperti senam, melompat, membungkuk dan kegiatan fisik lainya. Jadi kegiatan belajar online tidak semata-mata duduk didepan layar sehingga anak tidak cepat bosan. 

- Siswa enggan mengikuti tatap muka secara virtual

Permasalahan ini mungkin agak berat karena siswa tidak mau mengikuti tatap muka virtual. Dengan tidak adanya tatap muka secara virtual , membuat kedekatan guru dan siswa yang sudah terjalin akan menjadi renggang. Kedekatan guru dan siswa sangat penting untuk membuat suasanya nyaman sehingga siswa tidak merasa canggung untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan ketika proses belajar sedang berlangsung. 

Absensi tatap muka baik secara klasikal ataupun secara virtual menjadikan anak menganggap guru adalah orang yang jauh dan bahkan sebagai orang asing. Anak usia dini akan menutup diri dan merasa malu ketika bertemu dengan orang yang lama tidak pernah dilihat. Hal ini akan mengganggu proses pembelajaran karena guru harus melakukan pendekatan ulang. 

Disini bimbingan orang tua sangat penting untuk memahamkan anak agar mau mengikuti tatap muka secara virtual. Dengan dukungan moral serta mempersiapkan segala keperluan ketika akan belajar diharapkana anak akan mau mengikuti tatap muka virtual. 

Jalan terakhir ketika siswa benar-benar tidak mau mengikuti pembelajaran tatap muka virtual adalah dengan mengirimkan video pembelajaran. Kemudian,  video pembelajaran tersebut ditonton bersama bimbingan orang tua. 

Menuju kenyamanan belajar secara virtual 

Semua mengalami perubahan oleh karena itu diperlukan adaptasi yang cepat untuk menghadapi perubahan tersebut. Ide kreatif muncul dari para guru. Guru-guru kami yang tadinya minim pengetahuan bagaimana membuat video pembelajaran, sekarang menjadi terbiasa dan menghasilkan karya yang luar biasa. 

Dengan segala usaha, ide kreatif dan kerjasama, diharapkan akan menciptakan rasa nyaman bagi siswa untuk belajar secara virtual. Membangun komunikasi dengan orang tua serta melakukan kerjasama yang baik adalah solusi mengatasi segala kesulitan dalam mengantarkan siswa-siswa kami untuk memperoleh pendidikan terbaik dalam kondisi apapun. 

Penulis adalah guru bahasa Inggris di TK Islam Grandwisata Bekasi 

Website : Annahlkidz.sch.id

Instagram : An.n.kidz

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun