Mohon tunggu...
AHMAD CHAIRURIZA UMAM
AHMAD CHAIRURIZA UMAM Mohon Tunggu... Guru - GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMPN 1 BULU

HIDUP SEKALI HIDUPLAH YANG BERARTI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Moderasi Beragama di Era Digital Implementasi Nilai-Nilai Islam dalam Ruang Digital

13 Oktober 2024   21:40 Diperbarui: 13 Oktober 2024   22:38 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era digital telah membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam beragama. Akses informasi yang mudah dan cepat melalui internet memungkinkan kita terhubung dengan berbagai sumber pengetahuan, termasuk ajaran agama. 

Namun, di sisi lain, kemudahan ini juga membuka peluang terjadinya misinterpretasi ajaran agama, penyebaran hoaks, dan konflik antar umat beragama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai moderasi dalam beragama, khususnya di era digital.

Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap sosial kita secara drastis. Platform media sosial yang begitu mudah diakses telah menjadi ruang publik baru di mana kita dapat berinteraksi dan berbagi informasi. 

Namun, di balik kemudahan ini, tersimpan potensi konflik yang cukup besar. Ujaran kebencian, hoaks, dan polarisasi seringkali terjadi di ruang digital, terutama yang menyangkut isu agama. 

Padahal, ajaran Islam sendiri mengajarkan kita untuk hidup berdampingan dengan damai. Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW telah memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. 

Para ulama besar pun telah menafsirkan ajaran-ajaran ini dengan bijaksana. Lantas, bagaimana kita dapat menerapkan nilai-nilai moderasi dalam Islam dalam konteks dunia digital yang semakin kompleks?

Dalam QS. Al-Hujurat: 13 dijelaskan bahwa pentingnya persaudaraan, persatuan, dan tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan latar belakang fisik atau sosial. Yang menjadi ukuran utama adalah takwa dan amal perbuatan yang baik.

  "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. 

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Makna kandungan Q.S. Al-Hujurat ayat 13 adalah sebagai berikut:

  1. Kesetaraan Manusia: Ayat ini menegaskan bahwa seluruh umat manusia berasal dari satu asal, yaitu laki-laki (Adam) dan perempuan (Hawa). Tidak ada perbedaan hakiki di antara manusia dari segi asal-usulnya, baik itu ras, suku, atau bangsa.
  2. Perbedaan untuk Saling Mengenal: Allah menciptakan manusia dengan berbagai suku dan bangsa bukan untuk saling merendahkan atau menyombongkan diri, melainkan agar mereka saling mengenal, memahami, dan memperkaya satu sama lain dalam keragaman.
  3. Kriteria Kemuliaan di Sisi Allah: Ayat ini juga menegaskan bahwa ukuran kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak terletak pada status sosial, keturunan, atau kekayaan, melainkan pada ketakwaan. Orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa, yaitu orang yang paling taat kepada Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
  4. Allah Maha Mengetahui: Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu tentang hamba-hamba-Nya, termasuk amal, niat, dan takwa mereka. Tidak ada yang bisa disembunyikan dari pengetahuan-Nya.

Setiap individu memiliki hak untuk beragama sesuai dengan keyakinannya.Perbedaan keyakinan tidak boleh dijadikan alasan untuk saling menghina atau menjatuhkan.

Dialog antar umat beragama dapat memperkuat persaudaraan dan membangun masyarakat yang harmonis. Melalui dialog, kita dapat saling belajar dan memahami perbedaan. 

Dakwah harus dilakukan dengan cara yang bijak dan santun. Hindari pemaksaan agama dan generalisasi yang negatif terhadap agama lain.

Menguasai literasi digital memungkinkan kita untuk menyaring informasi yang benar dan menghindari hoaks. Dengan literasi digital, kita dapat berpartisipasi aktif dalam menyebarkan konten positif dan membangun narasi yang inklusif.

Moderasi beragama merupakan kunci untuk membangun masyarakat yang damai dan harmonis, terutama di era digital. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai Islam yang mengajarkan toleransi, saling menghormati, dan dialog, kita dapat hidup berdampingan dengan damai dengan sesama umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun