Kepribadian yang kuat akan membawa perempuan dalam posisi yang setara dalam kepemimpinan. Angle Koch, CEO US Money Reserve, menyatakan bahwa pemimpin perempuan sepatutnya bersifat empati, persuasif, dan didampingi oleh kerendahan hati. Selain itu, mereka juga sebaiknya adalah orang-orang tangguh dan punya semangat juang tinggi.
Seorang politisi terkenal Indonesia juga menyebutkan bahwa seorang pemimpin perempuan selayaknya dapat menjadi contoh kuat bagi perempuan-perempuan setelahnya. Ia sebaiknya mampu membuka gerbang bagi generasi perempuan selanjutnya untuk melanjutkan peran-peran di posisi strategis dan memegang tampuk kepemimpinan.Â
Sementara itu, intelektual juga menjadi hal yang mutlak dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin perempuan harus memahami seluk beluk bidang yang dipimpinnya. Kemampuan intelektual juga mendorong pengambilan tindakan yang terarah dan analisis tajam atas apa yang dihadapinya.Â
Memiliki kemampuan intelektual berarti mampu berpikir strategis dan terbuka. Kemampuan ini juga dipahami sebagai kecakapan dalam menerima serta memproses informasi. Kecerdasan intelektual menjadikan seseorang lebih mudah menyimpan dan mendapatkan pengetahuan baru, membantu memahami berbagai hal lebih mendalam, dan meningkatkan pengetahuan. Kemampuan ini sebagai seorang pemimpin mengizinkannya membantu orang-orang yang dipimpinnya untuk turut memahami apa yang sedang dihadapinya.
Dengan memiliki tiga kemampuan ini, pemimpin perempuan menjadi seorang yang didambakan oleh masyarakat untuk mengarahkan mereka menuju jalan kesuksesan. Masyarakat juga akan lebih percaya bahwa dengan kapabilitas, personalitas, dan intelektual, seorang pemimpin perempuan dapat menjadi wakil yang menyuarakan aspirasi masyarakat dan menerapkannya dalam kebijakan-kebijakan yang pro-rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H