Mohon tunggu...
Ahmad Ikhsanfaqih
Ahmad Ikhsanfaqih Mohon Tunggu... Penulis - Pecinta makanan

Setiap orang lain bisa kita wajib untuk bisa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Proposal Rakyat untuk Pemerintah di Pilpres 2019

27 Maret 2019   09:25 Diperbarui: 27 Maret 2019   09:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Misalnya tempe setipis kartu atm. Serontak kubu Prabowo menanggapi dengan 2 pendapat yakni pertama karena itu semua adalah hasil survei, pendapat public, rasa public dan suara rakyat. Yang kedua terkait tempe setipis ATM, itu bukanlah pernyataan Bang Sandi, tetapi datang dari emak-emak karena Bang Sandi sejak lama datang ke pasar dan sering berdialog dengan emak-emak dan itulah reaksi emak-emak yang lucu.

Ada lagi kasus yang nyeleneh di tahun politik saat ini yaitu kasus CFD. CFD yang seharusnya diperuntukkan untuk olahraga, budaya, dan lingkungan hidup, malahan dimanfaatkan untuk mengintimidasi masyarakat. Insiden kaos berlogo #2019Gantipresiden VS #Diasibukkerja di acara Car Free Day (CFD) pada 29 April 2018 membetot perhatian publik. Peristiwa ini mengusik akal sehat. 

Lalu, siapa sebenarnya yang menjadi provokasi intimidasi insiden CFD ini dan siapa yang patut disalahkan atas kejadian diluar normal ini ? rakyat sendiri ataukah ada oknum penguasa  yang terlibat atas insiden ini ?

Demokrasi dan bangsa kita yang besar ini haruslah dilandaskan kejujuran dan keadilan. Inilah yang harus menjadi modal bagi anak bangsa. Yang menjadi kendala bangsa ini adalah krisis orang-orang baik, negara kita Indonesia butuh orang-orang baik. Seringkali para penguasa berdiskusi tentang permasalahan sampai mendalam tapi itu semua seolah menorehkan hasil yang nol bilamana keadilan yang ada di media social masih sangatlah buruk. 

Yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan. Kritis boleh, dusta jangan. Ruang publik di dunia maya susah dikontrol. Mau jadi apa negara kita kalau kejujuran saja masih tiada melekat pada hati bangsa ini. Bukan salah Jokowi dan Prabowo. Yang salah adalah rasa ketakutan yang ada di hati kecil kita semua. Itulah awal dari suasana gerah politik kita sekarang. 

Kita ditakut-takuti di media sosial, dan takutlah kita secara sungguhan. Takut kalah, takut menderita, takut ditindas, takut sengsara. Makanya, berhentilah 'menikmati' ketakutan dari media sosial. Berhentilah kecanduan dengan rasa ketakutan! Ayo, cari informasi yang benar dari kedua kubu politik. 

Tonton semua saluran TV, baca semua artikel dari media online dan cetak. Jangan mau dibodohi lewat media sosial! Nikmati dramanya dengan santai bersama segelas kopi dan camilan, tapi jangan mau ikut diadu. Menang cuma jadi arang, kalah jadi abu. Hari ini mereka masih bisa membakar-bakar emosi kita. 

Tapi, satu saat di masa depan sudah tidak bisa lagi kalau rakyat lebih cerdas. Memilih Jokowi atau Prabowo itu perkara bubur ayam diaduk atau nggak diaduk. Sederhana saja, itu urusan selera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun